All Chapters of Terdamparnya Sang Putri Duyung: Chapter 41 - Chapter 50

Dengan strategi yang matang dan tekad yang membara, Arjuna Wiratama, Naya Kirana, Bagas Prasetya, dan Kianjaya mempersiapkan keberangkatan mereka menuju pulau terpencil tempat Nyonya Sekar akan melancarkan ritual pengurasan energi lautan. Suasana di safe house dipenuhi dengan persiapan yang serius, namun juga ada getaran harapan yang samar. Naya Kirana, kini sebagai penjaga Kristal Laut dan pemegang Cincin Api Laut, merasakan koneksi yang semakin kuat dengan elemen-elemen di sekitarnya."Pulau ini sangat terpencil," ujar Kianjaya, menunjuk pada peta topografi yang terpampang di layar besar. "Terletak di kedalaman perairan Indonesia bagian timur. Untuk bisa sampai ke sana tanpa terdeteksi, kita harus menggunakan jalur laut yang tidak biasa."Arjuna mengangguk. "Kita akan menggunakan perahu cepat yang dimodifikasi. Kianjaya, kau yang akan mengemudikan. Bagas, kau amankan perimeter dan siapkan jalur pelarian jika dibutuhkan."Naya Kirana berdiri di samping Arjuna, memegang tangannya. Cin

Dengan pemahaman baru tentang arti sebenarnya dari ritual kuno dan siklus takdir yang telah mengikat mereka selama berabad-abad, Naya Kirana merasakan beban sekaligus tujuan yang lebih jelas. Bukan lagi sekadar menghentikan Nyonya Sekar, melainkan juga memperbaiki kesalahan masa lalu. Arjuna Wiratama memegang tangannya, memberikan kekuatan dan dukungan penuh.Mereka melanjutkan perjalanan di bawah laut, melewati terowongan sempit yang akhirnya mengarah ke dasar kompleks kuil rahasia Nyonya Sekar. Cahaya remang-remang dari obor-obor kuno dan gemuruh samar dari ritual yang sedang berlangsung terdengar semakin dekat."Ini dia," bisik Bagas Prasetya, menunjuk ke sebuah gerbang batu besar yang tersembunyi di balik ganggang laut. "Pintu masuk utama dari bawah air."Naya Kirana mengangguk. "Aku merasakan banyak penjaga di balik gerbang ini. Mereka kuat. Tapi... aku juga merasakan energi yang kacau. Mereka tidak seimbang." Ia menyentuh gerbang batu itu, dan Cincin Api Laut di jarinya memancar

Enam bulan telah berlalu sejak peristiwa di Kuil Api Amrita. Langit malam di atas Jakarta kini dihiasi oleh sebuah konstelasi bintang baru yang memancarkan cahaya biru dan merah, sebuah pengingat abadi akan Naya Kirana dan pengorbanan dirinya. Bagi dunia, itu adalah fenomena astronomi yang misterius. Bagi Arjuna Wiratama, itu adalah Naya Kirana, senyumnya yang kini menjadi bagian dari alam semesta.Setelah Naya Kirana mengorbankan dirinya untuk menciptakan jembatan abadi antara darat dan laut, Nyonya Sekar ditemukan dalam keadaan lemah dan linglung, tanpa ingatan akan obsesinya atau kejahatan yang dilakukannya. Ia kini dirawat di sebuah rumah sakit jiwa dengan diagnosis yang membingungkan bagi para dokter, sebuah akhir yang damai namun ironis bagi wanita yang sangat serakah akan kekuasaan. Sementara itu, Kala dan agen-agennya yang tersisa telah ditangkap dan dibawa ke pengadilan atas berbagai kejahatan, dengan bukti kuat yang dikumpulkan oleh Kianjaya dan Bagas Prasetya. Dunia telah d

Kata-kata Tabib Shen di tepi pantai telah menanamkan benih harapan di hati Arjuna Wiratama. Ia tidak lagi merasa sepenuhnya hampa. Ada sebuah tekad baru yang membara dalam dirinya untuk menemukan kembali kenangan yang hilang itu. Ia tahu bahwa seseorang yang sangat berarti baginya telah memberikan pengorbanan besar, dan ia berutang padanya untuk mengingat.Arjuna kembali ke apartemennya, menatap mutiara yang semakin memudar. Ia menaruhnya di dekat sketsa putri duyung dan syal biru laut. Ia mencoba memejamkan mata, memusatkan pikirannya, berharap kilasan memori akan datang. Namun, hanya kegelapan yang ia dapati."Hyung, kau baik-baik saja?" tanya Kianjaya yang masuk dan melihat Arjuna termenung. "Kau terlihat gelisah."Arjuna menceritakan pertemuannya dengan Tabib Shen dan perasaan yang semakin kuat untuk mengingat. Kianjaya, yang memahami betapa pentingnya ini, menawarkan bantuan."Mungkin ada cara untuk memicu ingatanmu," kata Kianjaya, berpikir keras. "Kadang, melihat rekaman visual

Pertemuan Arjuna Wiratama dengan manifestasi cahaya Naya Kirana di tengah laut adalah momen yang mengubah segalanya. Ia tidak lagi merasakan kekosongan atau kerinduan yang tak terdefinisi. Hatinya kini dipenuhi oleh kedamaian dan pemahaman yang mendalam. Mutiara di telapak tangannya memancarkan cahaya konstan, dan konstelasi bintang baru di langit malam terasa lebih dekat, seolah Naya Kirana selalu ada di sisinya."Kau benar-benar di sini," bisik Arjuna kepada cahaya yang berkedip-kedip di hadapannya. Ia tidak dapat menyentuhnya secara fisik, tetapi ia merasakan kehadiran Naya Kirana, cinta mereka, dan semua kenangan yang kini jelas di benaknya.Bisikan telepati Naya Kirana kembali mengisi benaknya, suaranya kini lebih jernih dan kuat dari sebelumnya. "Aku selalu di sini, Arjuna. Aku adalah bintangmu, jembatanmu ke lautan."Arjuna menjalani kehidupannya yang baru dengan perspektif yang berbeda. Ia masih bekerja sebagai pebisnis ulung, tetapi kini fokusnya tidak hanya pada keuntungan.