Malam turun dengan sunyi yang dalam. Lampu lorong rumah sakit menyala temaram, menyisakan bayangan panjang yang menggantung di dinding. Suster jaga baru saja mengganti infus Zea, lalu meninggalkan kamar dengan langkah hati-hati. Adrian masih di dalam, duduk membaca dokumen di sofa kecil sambil sesekali melirik Zea yang sudah kembali diam, menatap langit-langit. Tak ada percakapan lagi sejak sore. Hanya kehadiran yang sunyi, tapi nyata. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara ribut. “Maaf Pak, Anda tidak bisa masuk sekarang! Pasien butuh istirahat!” “Jangan halangi aku! Aku harus ketemu Zea malam ini juga!” Zea langsung menoleh. Suara itu. Rayyan. Adrian segera berdiri, membuka pintu kamar, tapi belum sempat melangkah keluar, dua petugas keamanan yang menjaga sudah menahan Rayyan di depan pintu kamar. Wajah Rayyan berantakan, bajunya kusut, jaketnya robek di bagian lengan, dan yang paling mencolok, ada memar besar di sisi kanan wajahnya. Bibirnya pecah, sedikit berdarah. Ma
Last Updated : 2025-07-27 Read more