Pagi itu, udara Yogyakarta terasa sedikit lebih panas dari biasanya. Dari jendela kamar kecil di rumah kontrakan Zaki, sinar matahari menembus tirai tipis, memantulkan warna keemasan di dinding. Alya terbangun lebih awal, dengan kepala yang masih dipenuhi campuran tenang dan gelisah.Sudah tiga hari ia tidak bermimpi buruk, tidak lagi terbangun di tengah malam dengan napas tersengal. Namun, kali ini, ketenangan itu justru membuatnya takut.Ia memandangi koper kecil di sudut kamar, masih seperti pertama kali ia datang. Belum dibuka sepenuhnya. Entah kenapa, setiap kali ia hendak menata isi koper itu ke dalam lemari, hatinya seperti menolak. Mungkin karena bagian dari dirinya tahu, rumah ini hanya persinggahan.Suara langkah Zaki terdengar dari luar, diikuti aroma kopi yang menembus celah pintu.Alya menarik napas panjang, lalu bangkit. Ia mengenakan cardigan abu-abu tipis dan melangkah pelan ke ruang tamu.“Pagi,” sapanya.Zaki menoleh dari dapur, menatapnya dengan senyum yang tenang s
Terakhir Diperbarui : 2025-10-13 Baca selengkapnya