All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 101 - Chapter 110

Setelah wawancara, Grayson dan Ari kembali ke kastel bersama dengan Keluarga Kerajaan lainnya. Grayson merangkul Ari yang menyandar kepadanya."Apa menurutmu wawancaranya akan bermanfaat?" tanya Ari sambil menatapnya dengan tatapan polos.Grayson menghela napas. Dia tidak ingin berbohong pada Ari, tetapi dia tidak ingin membuatnya mengkhawatirkan hal yang tidak diperlukan pula. "Aku tidak tahu. Tapi, setidaknya kebenarannya sudah diungkapkan. Publik tidak bisa mempermasalahkan kita soal itu. Aku hanya berharap ini bisa memuaskan orang-orang. Satu hal yang tidak kita perlukan adalah Perang Sipil.""Mari berdoa saja supaya itu tidak akan terjadi," sahut Ari. "Kurasa wawancara berlangsung dengan baik. Aku hanya berharap Marcus tidak melakukan hal bodoh lainnya."Grayson menyeringai. "Itu sepertinya sulit," katanya, nada suaranya terdengar sangat sarkastis.Ari menguap saat mereka mencapai depan kastel tak lama kemudian."Lelah?" tanya Grayson.Ari mengangguk. "Hanya sedikit,

Grayson menaiki mobil Mercedesnya dan kembali ke kastel, tahu kalau dia harus kabur dari sana secepatnya sebelum Marcus dan Piers berubah pikiran. Dia masih tidak percaya kalau Piers benar-benar menghentikan Marcus membunuhnya. Juga, dia tidak bisa percaya kalau Marcus benar-benar mengangkat pistol ke arahnya dan membuat komentar penuh niatan memberontak.Grayson bergegas ke kastel secepat yang bisa dia lakukan sambil berusaha menahan dorongan untuk putar balik dan mengejar Marcus. Namun, kalau dipikirkan lagi, Piers mengawal sepupunya. Meski Grayson tidak takut pada Piers, dia cukup menghormati pria itu, tahu kalau dia akan melindungi sumber pemasukannya dengan cara apa pun. Dan dalam kasus ini, sumber penghasilannya adalah Marcus. Ditambah lagi, Grayson tidak ingin masuk penjara seumur hidupnya karena sudah membunuh orang seperti Marcus.Sesaat kemudian, Grayson melaju di sebuah jalur yang panjang dan lebar menuju kastel. Saat berhenti di depan, dia segera memarkirnya di taman da

Ari membiarkan Grayson menuntunnya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. "Aku lega akhirnya setidaknya Marcus ditahan. Tetap saja, akan lebih baik jika kita punya bukti konkret untuk menahannya langsung."Grayson mengangguk. "Ya, tapi tadi kau nyaris membuatku ketakutan setengah mati di sana. Mengapa kau tidak meninggalkan ruangan saat kuminta?""Kupikir sudah waktunya kita bekerja bersama." Ari menghela napas dan beranjak menaiki tangga menuju kamar mereka. "Tidakkah begitu?"Di puncak tangga, Grayson menariknya ke dalam pelukan. "Ya, tergantung apa yang ingin kau kerjakan bersama."Ari tertawa dan memukul lengan Grayson dengan bercanda. "Kau tahu aku selalu ingin bekerja bersama soal itu." Dia menghela napas. "Tapi, yang benar saja, kau selalu menyidiknya bersama pihak otoritas, dan tidak pernah ada bukti konkret yang muncul untuk membuktikan seseorang terlibat sama sekali, apalagi pembunuhnya." Dia mengedikkan bahu. "Aku hanya merasa akan lebih baik kalau kita bekerja

Keesokan harinya, Grayson menerima pesan teks dari Carlton, teman baiknya. Pesan teks hanya bertuliskan, Pesta! Malam ini! Hadir, ya!Grayson menggeleng. Sudah lama dia tidak mendengar kabar Carlton, dan dia hanya mendadak mengirim pesan teks seperti ini. Grayson tersenyum selagi menghubungi nomor tersebut.'Yo!" Carlton menjawab pada nada sambung pertama. "Ada apa? Kau jatuh tertelan bumi atau semacamnya?""Ya, aku baru saja ingin menanyaimu hal yang sama." Meskipun Carlton terkadang sangat brengsek, dia masih merupakan teman terbaik yang Grayson miliki. Dia merindukan temannya. "Jadi, apa yang kau lakukan belakangan?""Eh ... kau tahu lah ... sama saja, seperti biasa." Carlton menghela napas. "Berpesta, cewek-cewek, pesta, cewek, cewek, dan - ""Biar kutebak, pesta dan cewek-cewek," potong Grayson."Bagaimana kau bisa menebaknya?" Suara Carlton meninggi, berpura-pura terkejut. "Bagaimana denganmu?""Eh ... kau tahulah ... kehidupan setelah menikah." Grayson tersenyum pa

"Kau apa?" suara Grayson naik tiga oktaf saat berbicara dengan Kepala Polisi Cruz Fletcher di telepon."Kami harus melepaskan Marcus Pierce," ulang Kepala Polisi Fletcher. "Baru saja ditemukan, pistol tersebut tidak digunakan dalam kedua pembunuhan dan senjata itu tercatat miliknya. Malah beliau baru saja membelinya beberapa minggu lalu."Grayson menggeleng. Tidak mungkin ini terjadi. "Bagaimana soal dia menodongku dengan pistol dan komentar pemberontakannya?"Kepala Polisi Fletcher menghela napas. "Hanya pernyataan Anda yang menjadi buktinya.""Melihat rekam jejak kami, perkataanku seharusnya lebih memberatkan." Grayson sangat jengkel. "Dia sudah terang-terangan mengancam seorang anggota Keluarga Kerajaan."Fletcher menghela napas. "Kita tidak punya cukup bukti untuk menahannya.""Kalau begitu, aku akan menghadapinya di pengadilan." tandas Grayson, kini dia mondar-mandir di ruangan. "Aku tidak akan diam saja dan menantinya membunuh salah satu anggota keluargaku, karena ke