All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 111 - Chapter 120

Kiara bergegas menuju meja Ari dan Grayson. Tetapi, kali ini, dia menatap mata Ari langsung, sepenuhnya cemas. "Apa Anda baik-baik saja?""Ya." Ari mengangguk, tetapi tidak terlalu yakin soal Grayson. "Apa yang terjadi di luar sana?"Kiara menggeleng. "Beberapa perusuh kembali." Dia menghela napas. "Saya hanya berharap situasinya bisa kembali normal. Kita punya negara yang baik, tetapi Pangeran Marcus dan pengikutnya akan menghancurkannya.""Pangeran Marcus?" tanya Ari, kecemasan menghiasi matanya. "Saya hanya melihat apa yang dia lakukan di televisi." Tetapi, firasatnya mengatakan ada hal lainnya.Pelayan tersebut mengangguk. "Ya." Dia menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang menguping. "Dia mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia."Ari mengangguk dan merendahkan suaranya. "Kau tahu di mana itu?"Kiara menggeleng. "Saya tidak yakin. Seharusnya ada di sekitar sini. Tetapi, Anda tidak mendengar ini dari saya.""Tidak masalah." Ari mengangguk. "Terima kasih," Kia

Ari terbangun karena sinar matahari menyorot masuk lewat jendela dengan menyilaukan. Sebentar lagi Hari Valentine dan Ari berharap mereka bisa melihat salju terakhir musim dingin ini. Tetapi, saat ini musim semi belum tiba, jadi mereka masih bisa menyaksikan pemandangan indah salju turun."Pagi." Dia berguling dan berkata pada Grayson. Dia suka menyaksikan Grayson tertidur, tetapi pria itu sudah terbangun dan sedang mengamatinya. Grayson mengusap seuntai rambut Ari dari wajahnya."Pagi, Cinta," sahutnya. "Bagaimana tidurmu?"Ari mengangguk dan tersenyum. "Bagus." Dia bangkit dari tempat tidur dan mengenakan jubahnya."Mau ke mana?" Dia berusaha menggapai Ari tetapi gagal. Dia mencucut bibirnya seperti anak kecil yang tidak berhasil mendapatkan keinginannya. "Kukira kita bisa menghabiskan waktu bersama."Ari tersenyum dan sudah berjalan ke kamar mandi. "Vickie dan aku akan mulai merencanakan Rumah Henley hari ini." Dia menyalakan keran air dan membiarkan pintu terbuka."Kau

Seperti yang dijanjikan, Ari hendak bertanya pada Nyonya Jackson untuk merekomendasikan seorang dokter kandungan yang dia ketahui, tetapi Grayson memberinya sehelai kertas yang hanya tertulis: Dr. Marcel Parker, lalu nomor teleponnya. Grayson mengangkat bahu dan tersenyum. Kemudian dia mengecup puncak kepala Ari dan berbisik. "Hubungi dia."Sensasi yang menyenangkan mengalir dalam tubuh Ari saat memikirkan kemungkinan tersebut. Dia mengangguk sambil menatap nomor tersebut. Tidak mampu menahan antusiasmenya, dia segera mengarah ke kamar mandi, menghubungi nomor tersebut, dan segera membuat janji.Sekarang, dia sudah berada di dalam mobil limosin mengarah ke tempat praktik dokter tersebut bersama Arnold Pepperini dan Eric Mason, para pengawalnya, dan Tomas Booth, sang pengemudi baru. Arnold duduk di sampingnya, sedangkan Eric duduk di depan bersama Tomas. Ari merasa Arnold sangat protektif terhadapnya, meski dia tidak tahu alasannya. Firasatnya mengatakan mungkin Grayson mengatakan s

Ari masih berada dalam ruangan dokter bersama dr. Marcel Parker saat pintu terbanting terbuka dan menghantam dinding."Apa maksudnya ini?" tanya Dr. Parker sambil berdiri.Arnold mengabaikannya dan menatap langsung Ari. "Kita harus pergi ... sekarang.""Arnold, tunggu di lorong. Aku akan segera keluar.""Putri, kita harus pergi - "Kerutan terbentuk di keningnya. "Arnold, aku akan keluar sebentar - ""Ari, saya sungguh minta maaf soal ini, tapi ...." Dia segera melintasi ruangan, meraupnya ke dalam lengannya dan mengarah ke pintu depan."Turunkan aku!" Ari menendang dan menjerit, memukul dada Arnold. "Ada apa denganmu?"Resepsionis menghalangi mereka. "Anda tidak bisa membawanya seperti itu!"Arnold mendorong wanita itu, membuatnya terjungkal ke lantai, sementara itu para wanita di ruang tunggu menjerit."Maaf!" Ari berseru dari atas pundak Arnold. "Saya akan menghubungi untuk membuat janji!"Arnold menendang pintu depan terbuka dan membawanya keluar menuju mobil

Pulangnya Vickie ke New York berdampak lebih buruk daripada yang Ari bayangkan. Dia merasa begitu kesepian hingga sulit untuk berkonsentrasi. Tentu saja, ada Grayson, tetapi akhir-akhir ini pria itu terlalu terobsesi menemukan pembunuh Dima dan Ralph, juga koneksinya pada Marcus dan Piers. Ari hanya berharap Grayson bisa segera menemukannya. Sudah waktunya mereka meninggalkan masa lalu di belakang dan melanjutkan hidup. Tetapi, bagaimana bisa mereka melakukannya jika masih ada para pembunuh yang mengancam mereka?Ari merindukan Henley dan sudah lama tidak berbicara padanya, jadi dia menghubungi nomor Henley."Halo, Ari?" Henley menjawab setelah beberapa nada sambung.Ari tersenyum. Dia sangat merindukan adiknya dan berharap dia bisa ada di sana. "Hei! Bagaimana kabarmu?" Air mata memenuhi matanya saat dia mendengar suara adiknya. Tetapi, dia tidak ingin adiknya tahu."Lebih baik sekarang," jawabnya. "Aku tidak sabar bertemu denganmu."Setitik air mata menetes ke pipinya. "Jad