All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 81 - Chapter 90

Mereka membawa Piers ke kantor polisi dan petugas di meja depan segera membukakan pintu ke ruang belakang. Arnold dan Miles membawa Piers ke ruang interogasi kosong pertama yang mereka temukan. Arnold mengangguk ke arah Grayson. "Kami akan berjaga.""Terima kasih," sahut Grayson. "Hubungi kastel dan segera mintakan salinan catatan panggilan ponsel Piers," Grayson menginstruksi sambil berjalan menuju kantor Kepala Polisi. "Kau adalah satu-satunya yang kupercaya."Arnold mengangguk dan berjalan ke samping, keluar dari jarak pendengaran, lalu mengeluarkan ponselnya.Grayson mengetuk pintu kantor kepala polisi."Bukan hanya sekali, aku sudah memberitahumu ratusan kali, Matilda," suara sang kepala polisi terdengar menggelegar dari dari sisi lain pintu. "Aku tidak ingin diganggu!"Grayson menyeringai. "Sepertinya ini bukan Matilda."Pintu terbuka cepat. "Maaf, Yang Mulia. Saya pikir Anda adalah sekretaris saya - ""Matilda," tuntas Grayson. "Maaf sudah mengganggu waktumu sep

Ari dan Vickie lagi-lagi memesan piza malam itu. Ari mengira mendengar suara Grayson akan mengembalikan semangatnya, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia hanya menjadi semakin depresi. Dia dan Vickie sedang duduk di sofa, makan piza dengan piring kertas, seolah-olah situasi mereka masih sama seperti saat di bangku kuliah. Ketika bersama Vickie, Ari selalu bisa menjadi diri sendiri ... tidak peduli apa pun."Sudah kubilang, kau harus pergi bersamaku malam ini!" pinta Vickie. "Ini Malam Tahun Baru dan aku tidak akan meninggalkanmu sendiri!" Vickie benar-benar melompat-lompat di sofa sekarang."Ugg!" Ari mendesah. "Hentikan! Kau akan membuatku menjatuhkan pizaku! Dan noda besar piza akan terlihat sangat cantik di sofa krem ini."Vickie mengedikkan bahu. "Tidak masalah. Sofanya mungkin sudah diberi semprotan lapisan pelindung juga."Ari memutar mata."Kuberitahu saja! Pesta ini akan menyenangkan! Dan kalau melewatkannya, kau akan menyesal." Vickie mengamati Ari dengan ekspre

Meski sempat tergoda untuk tidak melakukannya, Ari akhirnya memesan layanan kamar. Tetapi, dia membuat catatan mental untuk membayarnya dengan uangnya sendiri, bukannya kartu kredit yang diberikan Grayson padanya. Setelah menutup telepon, dia duduk di sofa dan bertanya-tanya bagaimana sebuah kesalahpahaman kecil seperti ini bisa mengakibatkan kekacauan yang begitu besar. Dan Ari bahkan tidak bisa menyalahkan Vickie. Dia bisa saja menolak dan tetap bersikeras dengan keputusannya. Ari bertekad lain kali dia tidak akan membuat dirinya dalam posisi seperti ini lagi.Tetapi, mengapa juga Grayson bersamanya jika dia tidak bisa mempercayai Ari? Ari sudah memberitahu kenyataannya juga. Dan bagaimana jika yang terjadi lebih buruk dari itu? Apa yang akan Grayson katakan padanya saat itu?Saat layanan kamar tiba, Ari membayar pelayan pria itu di pintu tanpa membiarkannya masuk ke kamar. Dia juga membayarnya dengan menggunakan uangnya sendiri, bertekad untuk tidak memakai kartu kredit pria itu

"Rasanya lega sudah kembali," kata Ari saat mereka menuju Hotel Plaza sesaat kemudian. Ari nyaris terlelap di dalam mobil, dan Vickie tidak biasanya begitu diam sepanjang jalan. Ari tahu dia harus berbicara dengan temannya itu untuk memberitahunya bahwa dia tidak menyalahkan Vickie sama sekali."Aku akan pulang ke rumah malam ini ... karena Grayson sudah ada di sini," Vickie mengumumkan saat mereka memasuki lift.Grayson menatapnya tidak percaya. "Kau tidak perlu melakukan itu. Aku akan mempertahankan kamar lain untuk beberapa malam. Atau kau bisa tinggal bersama kami. Lagi pula ada kamar lain di kamar suite."Vickie menyeringai. "Terima kasih, tapi aku tidak ingin mengganggu kalian.""Tetap di sini," pinta Ari. "Dan kalau kau tidak ingin tinggal bersama kami, tinggallah di kamar Grayson."Vickie menatap Ari, jelas terlihat berusaha mempertahankan ekspresi datarnya selagi Grayson terkekeh."Terdengar janggal ya, 'kan?" tanya Ari sambil meringis. "Tidak!" kata Vickie. "Ta

Selagi makan, Grayson berharap suatu hari nanti Ari bisa memaafkannya. Namun, Grayson bukanlah satu-satunya yang pernah kehilangan seseorang. Ayah Ari meninggalkan ibunya, adiknya, dan juga Ari seorang diri. Diam-diam, Grayson ingin tahu alasannya. Akan tetapi, memangnya pernah ada alasan yang bagus untuk meninggalkan keluargamu? Grayson tahu itu tidak pernah ada."Ari, kau kembali ke tempat tidur saja, aku akan segera ke sana." Grayson melingkarkan lengan pada pinggang Ari, menariknya kepadanya. "Biarkan aku menjagamu hari ini." Dia tahu, dia harus berbuat banyak hal untuk menebus kesalahannya dan dia ingin memulainya sekarang. "Aku tahu butuh usaha besar untuk bisa mengembalikan kepercayaanmu lagi, tapi biarkan aku mencobanya. Biarkan aku menebus kesalahanku padamu. Kumohon, beri aku satu kesempatan."Ari mengangguk dan tersenyum kecil. "Kita bisa berbaring sejenak, tapi aku sungguh ingin ke rumah sakit untuk mengecek Henley.""Mengapa tidak menelepon saja untuk mencari tahu ko