Pagi itu udara dingin banget, tapi bukan karena cuaca. Rafi tahu, ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada kabut tipis yang menyelimuti kota. Ancaman yang ngendap di balik bayangan, orang-orang yang selama ini diem, sekarang mulai buka suara, atau lebih tepatnya, buka langkah. Di rumah pamannya, Rafi duduk di depan laptop dengan map-map data berserakan di meja kayu. Di layar monitor, ada CCTV dari beberapa titik: rumah Ara, gerbang sekolah, bahkan parkiran belakang kantor polisi tempat Fadil pernah diamankan. Semua udah dia pasangin pengawas. "Lo makin serius sekarang," kata pamannya, Pak Dirga, sambil nyodorin kopi hitam. “Gue gak bisa duduk santai, Paman. Mereka mulai nyentuh orang-orang yang gue sayang,” jawab Rafi, matanya tajam ngelihatin layar. Pak Dirga duduk di sampingnya. “Lo tau yang lo lawan sekarang bukan anak SMA biasa. Mereka punya jaringan, duit, bahkan mungkin aparat yang bisa m
Terakhir Diperbarui : 2025-09-19 Baca selengkapnya