Lahat ng Kabanata ng QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan: Kabanata 41 - Kabanata 50

Pintu batu perlahan terbuka, mengeluarkan suara bergema seperti guntur yang tertahan selama ribuan tahun. Aura ungu keperakan menyembur keluar, mengandung tekanan jiwa yang membuat beberapa murid mundur setengah langkah.Wu Xuan melangkah lebih dulu, diikuti oleh Qian Rou dan Jiang Yue. Di balik pintu itu terdapat sebuah lorong lebar dengan pilar-pilar batu kristal menjulang, masing-masing dihiasi ukiran naga dan simbol formasi kuno. Ujung lorong itu mengarah pada aula bundar yang melingkar—pusat dari reruntuhan, yang dikenal dalam legenda sebagai: Kuil Jiwa Kaisar.Di tengah aula, berdiri sebuah altar dengan kubah transparan. Di dalamnya, tergantung sebuah pusaka naga kristal yang berputar perlahan, menyemburkan cahaya biru keemasan. Di bawah pusaka itu, duduk sosok berjubah emas dengan rambut panjang putih—jasad yang membatu dalam posisi meditasi.Qian Rou menatapnya. “Itu... Kaisar Jiwa?”Fei Lan mengangguk. “Kaisar Jiwa Agung, pendiri formasi segel kuno untuk menahan Dewa Iblis. K

Langit Timur mulai bersinar kemerahan ketika Wu Xuan dan para sekutunya tiba di Kota Langit Cahaya—kota netral yang menjadi tuan rumah pertemuan besar para pemimpin sekte: Rapat Tujuh Sekte.Di pusat kota berdiri Paviliun Kaisar Tertua, bangunan berbentuk oktagon yang menjulang dengan atap giok dan formasi penjaga langit. Tujuh bendera berkibar di sekelilingnya—lambang dari tujuh sekte besar:* Sekte Langit Timur (asal Wu Xuan)* Sekte Pil Rembulan* Sekte Bintang Api* Sekte Awan Rahasia* Sekte Giok Hijau* Sekte Seribu Rumus* Sekte Guntur SuryaDalam ruangan utama, para tetua duduk dalam lingkaran. Wu Xuan berdiri di tengah, mengenakan jubah naga warisan Kaisar Jiwa. Aura Alam Roh Dewa tahap awal terpancar kuat dari tubuhnya. Di belakangnya berdiri Qian Rou (Alam Jiwa Langit tahap akhir), Jiang Yue (Alam Inti Roh puncak), dan Han Lie (Alam Inti Roh menengah).Tetua Pil Rembulan, Nyonya Yin Mei (Alam Roh Dewa tahap akhir, Alkemis Tingkat Master), berbicara duluan.“Kami menerima ka

Langit di atas Gunung Jiwa berpendar warna ungu dan perak, pertanda bahwa Pilar Jiwa Pertama telah terbuka sempurna. Namun, di dalam gunung, ujian belum selesai.Setelah kembali dari ruang ujiannya, Wu Xuan berdiri di puncak batu spiritual dan menyadari bahwa pilar kedua masih tersegel—dan untuk membukanya, dibutuhkan “getaran formasi tingkat dewa”. Sebuah tantangan yang bahkan sebagian besar tetua belum pernah pecahkan.Di seberangnya, dari lorong batu yang terukir rumus kuno, muncul seorang pemuda berambut perak dengan jubah biru tua berhias simbol rumus rumit berkilau giok. Wajahnya tampan namun datar, seperti tak terpengaruh dunia. Di belakangnya mengambang gulungan bambu kuno.Ia memperkenalkan diri dengan suara datar namun menggetarkan:"Aku adalah Lu Shen, murid utama Sekte Seribu Rumus. Tingkat Kultivasi: Alam Jiwa Langit tahap akhir. Tingkat Alkemis: Pengendali Formasi Agung."Wu Xuan langsung merasa tekanan luar biasa dari gelombang spiritual Lu Shen. Bukan tekanan Qi, tapi

Langit Timur yang sebelumnya tenang berubah kelam.Di luar Gunung Jiwa, bendera Sekte Seribu Rumus tiba-tiba menyala merah darah. Alarm spiritual bergema di seluruh medan pelatihan sekte gabungan. Para tetua terkejut, formasi pelindung segera diaktifkan.Tetua Sekte Seribu Rumus, Grandmaster Lu Jian (Alam Roh Dewa tahap puncak, Formator Dewa), mengirimkan pesan darurat:“Markas tengah Sekte Seribu Rumus diserang langsung oleh pasukan Klan Iblis Jiwa! Segel pertahanan berhasil ditembus… kami butuh bantuan segera!”Wu Xuan yang baru saja keluar dari ruang Batu Naga langsung merasakan gejolak Qi jahat itu—gelombang spiritual iblis yang familiar, namun kali ini, lebih dalam dan mengakar.Qian Rou menahan nafas. “Mereka tak menunggu. Mereka tahu begitu Pilar Jiwa terbuka, kekuatanmu bisa jadi penyeimbang. Maka mereka menyerang sebelum kau siap!”Jiang Yue mengepalkan tangan. “Sekte Seribu Rumus adalah sekutu kita. Kita tak bisa diam saja.”Wu Xuan memejamkan mata. Dalam pikirannya, suara n

Tiga hari setelah terbentuknya tim Tujuh Penjaga Jiwa, perjalanan menuju reruntuhan Menara Jiwa dimulai. Lokasinya berada di wilayah Pegunungan Shilun, daerah tandus yang dikutuk sejak Perang Roh Purba, tempat di mana ribuan kultivator gugur melawan gerombolan iblis jiwa.Wu Xuan, mengenakan jubah naga ungu keperakan miliknya—dengan lambang Jiwa Langit bersinar di punggung—memimpin di depan bersama Qian Rou yang membawa gulungan peta pil spiritual. Di belakang, Lu Shen mengamati medan dengan gulungan rumus berputar di udara, menandai titik-titik anomali Qi di sekitar mereka.“Langkah kaki kita tak boleh salah. Sekali masuk formasi kutuk Menara Jiwa, hanya jalan formasi roh yang bisa membebaskan kita,” ujar Lu Shen tenang.Yan Cheng, dengan tombaknya yang bersinar merah api, menyeringai. “Sudah lama aku tak mengayunkan tombak di tanah terlarang. Semoga tempat ini tidak membuatku menguap bosan.”Mei Ru tersenyum lemah. “Kalau ada yang terlalu semangat, jangan lupa minum pil tenang jiwa.