Semua Bab QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan: Bab 21 - Bab 30

Wu Xuan berdiri di depan gerbang utama Lembah Rawa Giok, tempat uji bakat yang hanya dibuka setahun sekali oleh Sekte Awan Obat. Kabut ungu tipis menggantung di udara, aroma rempah langit dan jamur qi menguar dari balik hutan bambu spiritual.Di depannya, berdiri para peserta terpilih dari berbagai sekte. Tak kurang dari dua ratus alkemis muda hadir. Beberapa di antaranya memancarkan aura luar biasa—tanda tingkat keahlian mereka di dunia alkimia.Seorang pemuda berambut biru berdiri dengan angkuh sambil memegang kipas perak. "Hmph, murid dari sekte bawah juga ikut? Kau tahu ini kompetisi penyaringan Alkemis Perunggu tingkat tinggi, kan?"Namanya adalah Fan Yu (Alam Qi Murni – Tahap 8, Alkemis Perunggu Tinggi), murid inti dari Sekte Awan Racun.Wu Xuan hanya membalas dengan senyum tenang. Ia mengenakan jubah hitam beraksen emas, lambang dari Sekte Langit Timur dan lencana Alkemis Perunggu Menengah yang diberikan oleh Guru Qian Lie.Di sebelahnya, Li Mei (Alam Inti Roh – Tahap 2, Alkemi

Langit di atas Dataran Tujuh Pilar dipenuhi awan-awan halus yang bergulung lambat. Udara menggetarkan kulit, penuh dengan tekanan spiritual dan sisa gelombang panas dari tungku-tungku yang berbaris rapi di sepanjang arena. Aura para peserta beradu tanpa suara, membentuk medan tak kasat mata yang hanya bisa dirasakan oleh para kultivator dan alkemis tingkat tinggi.Wu Xuan berdiri tenang, jubah putih dengan corak naga ungu keemasannya berkibar ringan. Tatapannya lurus ke depan, pada tungku logam besar yang disediakan panitia. Di sekelilingnya, puluhan peserta dari berbagai sekte tengah bersiap, wajah-wajah mereka dipenuhi ketegangan dan semangat.Suara berat menggema dari podium utama.“Para peserta, dengarkan baik-baik!” Tetua Jiu Yan dari Aliansi Alkemis Langit maju ke depan. Pria tua itu mengenakan jubah merah darah dengan bordir nyala api dan lambang giok emas di dada — simbol Alkemis Emas Menengah. Kultivasinya berada di Alam Roh Dewa – Tahap 4, menjadikan setiap gerakannya terasa

Mentari telah tinggi saat suara gong ketiga bergema di Dataran Tujuh Pilar. Para peserta yang tersisa—delapan orang pilihan dari puluhan sekte—berkumpul di tengah arena, tepat di bawah Pilar Tengah yang kini bersinar warna emas, ungu, dan biru. Cahaya tiga warna itu berputar, saling menyelimuti dan menyatu, menciptakan pusaran tekanan Qi yang tak biasa.Tetua Jiu Yan melangkah maju bersama dua tetua alkemis lain: Tetua Liu Feng dari Sekte Pilar Alkemis (Alkemis Emas Rendah, Alam Jiwa Langit Tahap 6) dan Tetua Mei Lan dari Sekte Taman Obat Murni (Alkemis Perak Tinggi, Alam Roh Dewa Tahap 2).“Ujian ketiga adalah Pemurnian Roh Tiga Langit!” suara Jiu Yan menggema.“Setiap peserta akan diberikan tiga bahan utama dari tiga elemen: Api, Es, dan Petir. Kalian harus memadukannya menjadi inti roh tunggal dalam waktu dua jam. Yang gagal menyatukan bahan atau menstabilkan aura akan langsung didiskualifikasi.”Kotak batu dibagikan. Wu Xuan membuka kotaknya—di dalamnya:* Bunga Api Jiwa Ungu (ele

Angin yang berembus di Dataran Tujuh Pilar mendadak berhenti, seolah dunia menahan napas. Sosok yang baru turun dari langit itu berdiri tegak, jubah putih panjangnya berayun perlahan, bersulamkan pola delapan teratai keemasan. Di pinggangnya tergantung tungku kecil dari giok ungu tua—tanda khas alkemis tingkat tinggi.“Namaku Bai Chen dari Sekte Obor Surga,” ucapnya, suaranya halus tapi mengandung tekanan spiritual yang menembus dada setiap alkemis di sana. “Atas nama Tetua Tertinggi Sekte kami, aku datang membawa satu undangan.”Ia mengangkat gulungan giok bercahaya, dan memproyeksikan simbol raksasa ke langit—simbol kuno berwujud tungku bercakar naga, melayang di atas delapan pilar cahaya surgawi.“Kompetisi Alkemis Tingkat Tertinggi: Ujian Pil Surgawi Besar, akan dimulai dalam tiga bulan. Wu Xuan dari Sekte Langit Timur dan Sekte Awan Obat... diundang secara langsung sebagai salah satu calon unggulan.”Desahan kekaguman dan bisik-bisik langsung terdengar dari seluruh arena.“Undang

Tiga hari setelah kembali dari Lembah Jiwa Liar, Wu Xuan, Qian Rou, dan Yan Mo bersiap meninggalkan Dataran Tujuh Pilar. Di gerbang barat, langit tampak jernih, namun sebuah kapal giok melayang perlahan turun dari awan, diiringi aliran musik lembut dan semburan cahaya formasi spiritual.Kapal itu panjangnya dua puluh zhang, dikelilingi pelindung Qi berbentuk delapan teratai bercahaya. Di atasnya berdiri Bai Chen, perwakilan dari Sekte Obor Surga.“Wu Xuan, Qian Rou, Yan Mo. Nama-nama kalian telah tercatat di batu langit. Kami akan membawa kalian ke Gunung Obor Surga,” katanya dengan nada resmi.Wu Xuan melangkah menaiki kapal dengan mantap. Roh Naga Cermin Jiwa mengambang samar di belakang punggungnya, tersembunyi oleh segel Jiwa Langit. Qian Rou menyusul, diikuti oleh Yan Mo yang masih sibuk membaca buku kecil berisi rumus pil.Kapal melesat ke udara, meninggalkan Dataran Tujuh Pilar dan memasuki langit selatan. Gunung Obor Surga sendiri terletak di batas antara Benua Timur dan Langi