Lahat ng Kabanata ng Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila: Kabanata 61 - Kabanata 70

Langkah kaki Surya terhenti sejenak. Dia menoleh dan menatap Bonia."Kalau kamu memang nggak mencintainya, lepaskan dia saja." Bonia menghela napas panjang. Bahunya terlihat lemas dan perlahan membungkuk. "Anggap saja aku mohon padamu."Wanita yang dulunya dikenal sebagai nyonya bangsawan terkenal di Kawasan Elit Saloka, kini rela merendahkan diri di hadapan pemuda itu demi anaknya sendiri."Boleh nggak?" Bonia bertanya pelan.Mungkin hanya dengan perceraian antara Surya dan Monica, lima tahun kesalahan ini bisa diakhiri. Dengan begitu, Surya tak akan terus menyakiti Monica.Yang Bonia inginkan hanyalah agar anaknya bisa hidup lebih baik.Surya tidak menjawab. Setelah beberapa detik terdiam, dia langsung membuka pintu kamar dan melangkah pergi tanpa menoleh sedikit pun.Tepat pada saat itu, Erika yang sedang didorong dengan kursi roda keluar dari bangsal melihatnya. Dia memanggil, "Mas Surya!"Surya menjawab singkat, tetapi tidak berhenti berjalan."Kamu mau ke mana?" tanya Erika, teta

Namun, perasaan itu dengan cepat ditepis oleh Surya.Bagaimanapun, yang lebih dulu membuatnya marah adalah Monica. Dia hanya ingin memberinya sedikit pelajaran.Surya mengangkat cangkir kopi dan menyeruput sedikit. Anehnya, meski rasanya sama seperti yang biasa dia minum dan sukai, entah kenapa kali ini terasa sedikit asam saat masuk ke mulut.Surya pun langsung meletakkan kembali cangkirnya dan memerintahkan Ariel untuk menyeduh yang baru.Setengah jam kemudian, pengacara datang dengan membawa surat cerai yang sudah disiapkan."Berdasarkan surat perjanjian pranikah antara Pak Surya dan Nona Monica sebelumnya, setelah perceraian, Nona Monica nggak akan mendapat bagian dari hartamu. Bahkan jika dia mengajukan gugatan, kita punya lebih dari 80% peluang untuk menang."Pengacara itu terlihat percaya diri. Dia merasa ini adalah kasus termudah yang pernah ditangani olehnya. Dia yakin bisa mengamankan hak-hak Surya seutuhnya. Dengan nada seperti ingin mendapat pujian, dia bertanya, "Gimana me

"Nggak usah, aku bisa makan sendiri." Monica langsung menolak secara refleks.Monica merasa hubungannya dengan Aska belum sampai pada titik di mana dia bisa menerima perlakuan seakrab seperti disuapi.Namun, Aska tidak peduli dan malah bertanya dengan wajah serius, "Apa Nyonya Monica mau membuat tanganku kena bubur panas lagi?"Monica jadi sedikit canggung. Dia tentu saja tidak bermaksud begitu.Di sisi lain, Aska pun tersenyum. "Aku cuma bercanda. Sekarang, Nyonya Monica sedang sakit. Sebagai staf Keluarga Atmadja, aku memang berkewajiban merawat Nyonya Monica yang sedang sakit. Jadi, sebaiknya Nyonya Monica makan yang banyak supaya cepat pulih ya?"Monica ragu-ragu sejenak, tetapi Aska kembali berkata dengan nada agak malang, "Tadi, tanganku sudah kena bubur panas. Sekarang, malah harus menahan posisi ini cukup lama. Rasanya sakit dan pegal. Tolong Nyonya Monica kasihanilah aku."Mendengar itu, Monica terlihat sedikit merasa bersalah dan akhirnya membuka mulut.Bubur yang hangat dan

“Nggak sentuh mana pun!“ sangkal Monica dengan kening berkerut. Dia juga tidak tahu kenapa Aska bisa tiba-tiba bersikap seperti itu, tetapi dia merasa tidak ada apa-apa di antara dia dengan Aska!“Nggak sentuh?” Surya masih menunjukkan senyuman datar. Jari tangannya malah mulai meraba ke bagian bawah. Dia melewati bagian dagu yang memiliki lekuk jelas, lalu berhenti di samping telinganya. Dia memainkan daun telinga Monica, lalu mencubitnya dengan perlahan. “Apa ada di bagian sini?”Tubuh Monica menjadi tegang. Dia menggigit bibir bawahnya. “Aku sudah bilang nggak ada!”“Oh ya?” Jari tangan Surya lanjut meraba ke bagian bawah, lalu masuk ke dalam kerah pakaian Monica. “Kalau bagian sini?”Monica tahu Surya sedang sengaja. Dia menggigit bibirnya dan tidak berbicara lagi.Surya juga tidak memedulikan Monica dan tidak menjawab. Jari tangannya terus meraba-raba ke setiap tempat. Kemudian, dia sengaja berhenti, lalu bertanya, “Gimana dengan di sini? Apa dia pernah merabanya?”Tubuh Monica ke

Monica pun terkejut dan melangkah mundur tanpa sadar. Akan tetapi, Surya mencengkeram lehernya sehingga dia tidak bisa mundur."Jangan bergerak."Ada ketegasan yang tak terbantahkan dalam nada dinginnya.Monica menggigit bibirnya.Dari jarak dekat, aroma cedar samar yang bercampur dengan aroma tubuh Surya menyapu wajah Monica bersama dengan napasnya yang hangat.Sementara itu, tatapan Surya tertuju pada punggung Monica. Kemudian, dia melepaskan helaian rambut Monica yang tersangkut di kancingnya dengan ekspresi serius. Dia tidak memiliki niat lain.Setelah itu, Monica baru merasa lega. Dia mengalihkan pandangannya dari Surya."Sudah." Saat menyingkap rambut Monica, Surya melihat bekas gigitan di belakang telinganya. Itu adalah bekas gigitan yang ditinggalkannya ketika mengamuk di hotel waktu itu.Sebab, berbagai tindakan Monica saat itu menunjukkan dengan jelas bahwa dirinya tidak ingin memiliki kontak apa pun dengannya. Hal itu langsung menyentuh titik paling sensitif dalam hati Surya