Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila

Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila

By:  HasliaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
100Mga Kabanata
9views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Monica sudah diam-diam mencintai Surya selama sepuluh tahun, dia berpikir bahwa menikahinya adalah sesuatu yang sangat diinginkannya. Bahkan jika lelaki itu adalah sepotong besi hitam yang dingin, dia akan menghangatkannya sedikit demi sedikit. Namun, dia tetap sangat dingin padanya. Surya sangat lembut kepada Erika, tetapi malah memperlakukan Monica seperti barang usang, mengabaikannya, menyiksanya, bahkan mempermalukannya... Monica bersedia menanggung semuanya karena mereka memiliki seorang putra. Demi putranya, dia bersedia mempertahankan gelar Nyonya Atmadja dan menghabiskan hidupnya dalam pernikahan tanpa cinta! Hingga saat dirinya diculik, suaminya malah tinggal bersama wanita itu sepanjang malam, dan tak khawatir padanya. Bahkan putra kesayangannya pun meninggalkannya, dan lebih memilih wanita itu sebagai ibunya! Monica akhirnya melepaskan semuanya: dia tidak menginginkan suami yang tidak bisa tersentuh sama sekali, putra yang tidak bisa menghargainya, dia tidak menginginkan mereka semua, dia hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri! ... Setelah bercerai, Monica kembali menekuni seni merangkai bunga, membuka perusahaannya sendiri, menghasilkan banyak uang, memenangkan berbagai penghargaan. Mencintai orang itu seperti merangkai bunga, jadi dia berencana untuk kembali ke penampilannya yang ceria seperti dulu. Melihat wanita yang dulu diabaikannya kini bersinar dan dikelilingi oleh banyak laki-laki, mantan suaminya mulai panik. Dia berlutut memohon padanya dengan mata memerah, "Monica, aku mencintaimu. Tolong jangan tinggalkan aku." Monica mencibir, "Tuan Surya, cinta yang terlambat itu tak berguna." Putranya memeluk erat kakinya dan menangis, "Ma, jangan tinggalkan aku!" Monica menepisnya tanpa ekspresi. "Jangan panggil aku Mama. Aku bukan mamamu."

view more

Kabanata 1

Bab 1

Monica Hermawan mengira bahwa setelah sepuluh tahun cinta dalam diam dan lima tahun masa pernikahan, akan dapat mencairkan sedikit demi sedikit hati Surya Atmadja meskipun sedingin potongan besi hitam.

Namun, dia tidak menyangka bahwa semua itu hanya sebatas angan-angannya saja.

Terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Monica berdiri di samping tempat tidur dan menerima sebuah foto di ponselnya.

Itu adalah sebuah foto di restoran yang menyediakan makanan barat paling mewah di Kawasan Elit Saloka. Surya dan seorang wanita saling berhadapan, dengan tatapan mata yang hangat dan lembut.

Dan, Monica mengenal wanita itu.

Dia adalah Erika Sudrajat, mantan pacar Surya.

Dia baru saja kembali dari luar negeri bulan lalu. Pada malam dia kembali, Surya meninggalkan Monica untuk mencarinya.

Erika adalah cahaya bulan yang menerangi langit hidup Surya.

Sedangkan Monica, dia seperti bercak darah nyamuk di dinding putih yang mengganggu.

Pintu kamar mandi terbuka, Surya keluar dengan mengenakan jubah mandi bersama dengan kabut uap hangat.

Monica meletakkan ponselnya dan berbalik. Sosok jangkung itu telah berada di belakangnya, mencubit dagunya dan menundukkan kepalanya.

"Hmm..." Monica mengerutkan kening, tetapi kekuatan Surya sama sekali tidak mengendur. Dia tampak sangat puas melihatnya kesakitan. Dia menggigit bibirnya, mencubit rahangnya, lalu pinggangnya, dan mendorongnya ke tempat tidur.

"Tunggu..." Monica meletakkan tangan di dadanya, suaranya terdengar sedikit hampa, "Aku merasa nggak enak badan hari ini."

Entah apakah dia sudah memakan sesuatu yang salah. Setelah makan malam, perutnya mulai terasa kram.

Tetapi ekspresi Surya hanya mencibir ketika mendengar hal itu, dia mencubit dagunya, dan memaksanya untuk menatap matanya, "Monica, kamu yang sudah mengejarku mati-matian lima tahun lalu. Kenapa sekarang kamu malah berpura-pura jual mahal?"

Nada suaranya penuh dengan penghinaan.

Wajah Monica memucat sejenak lalu berkata, "Aku nggak..."

Namun sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Surya melemparnya ke tempat tidur, tanpa belas kasihan atau kesabaran, dia langsung ke intinya.

Kening Monica berkerut karena merasa kesakitan, dan dia hanya bisa menggigit bibir untuk menahannya.

Meskipun Surya tampak menahan diri dan anggun, tetapi sebenarnya dia sama sekali tidak memiliki belas kasihan terhadapnya. Sebaliknya, dia lebih tampak seperti sedang sengaja membalas dendam padanya, dengan berulang kali menyiksanya.

Monica menahannya sambil menatap wajahnya yang seperti mahakarya Tuhan, dengan garis-garis yang jelas dan ketampanan yang tak tertandingi, tetapi ekspresinya sangat dingin, bahkan dalam hal ini pun, dia tidak pernah menunjukkan kelembutan sama sekali.

Namun, dia dengan jelas melihat bahwa Surya begitu lembut saat menatap Erika di foto itu.

Ternyata dia juga memiliki sisi yang lembut, hanya saja, kelembutan itu bukanlah untuknya.

Pada saat tubuhnya gemetar karena diisi keberadaannya, seharusnya perasaan yang dia rasakan adalah kehangatan, tetapi hati Monica malah terasa seperti spons yang terendam air, berat dan menyumbat rongga hingga membuatnya sesak.

Setitik air mata jatuh dari sudut matanya.

"Kenapa kamu menangis?" Surya menyeka air matanya. Dia menarik diri, lalu setelah membersihkan diri, dia menyerahkan sekotak obat kepadanya.

Monica menarik selimut dan duduk, lalu menerimanya dengan kaku. Bahkan, meski sudah menggunakan pengaman, dia tetap sangat berhati-hati.

Dikarenakan lima tahun yang lalu, dia hamil anaknya akibat “kecelakaan” itu, dan kemudian dia harus menikahinya di bawah pengaturan keluarganya.

Meskipun pernikahannya dengan Surya tidak dipublikasikan, hal itu tetap menyebabkan Erika patah hati dan pergi ke luar negeri.

Oleh karena itu, Surya sangat membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan bersikap seolah ingin membunuhnya setiap saat.

Tetapi sekarang saat melihat obat itu, perut Monica mulai terasa sedikit nyeri, "Malam ini, apa aku boleh nggak minum obat ini?"

Surya tidak berbicara, dia lalu menyerahkan segelas air kepadanya.

Maknanya sudah sangat jelas.

Monica menggigit bibirnya dan mengambil segelas air itu. Saat dia baru saja menelan pilnya, Surya menerima sebuah panggilan.

"Oke, aku ke sana sekarang." Suara Surya sedikit melembut, dia lalu mengambil mantelnya.

Monica tidak dapat memikirkan orang lain yang akan meneleponnya selarut ini dan membuatnya berbicara dengan lembut, kecuali Erika. Tetapi dia tetap berkata dengan cepat, "Sudah larut malam, kamu mau pergi ke mana?"

"Ini bukan urusanmu."

Surya melemparkan kalimat dingin itu dan meninggalkan kamar tanpa menoleh ke belakang.

Monica memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh di bawah cahaya lampu tangga yang berwarna kekuningan.

Monica menurunkan pandangannya, dan ada jejak kesedihan melintas di matanya.

Entah karena efek obatnya, perutnya terasa kram lagi.

Monica berbaring di tempat tidur dan meringkuk seperti bola.

Beberapa menit kemudian, pembantu mengetuk pintu dan bertanya, "Nyonya, pakaian tuan dan tuan muda hari ini sudah dibawa ke ruang cuci. Apa Anda ingin mencucinya sekarang atau besok?"

Setelah menahan sakit di perutnya cukup lama, Monica lalu bangkit dan berkata, "Sekarang saja."

Masih banyak urusan yang harus dilakukannya besok hari.

Surya tidak suka orang lain menyentuh pakaian dalamnya, jadi dia harus mencuci semua bajunya dengan tangan. Putranya juga alergi terhadap debu sejak dia masih kecil, membuatnya lebih teliti dalam hal mencuci pakaian. Dia tidak merasa nyaman menyerahkannya kepada pembantu. Jadi dia yang selalu membersihkan kamar putranya setiap hari, termasuk alat tulis dan buku bergambarnya. Dia membersihkannya dengan cermat setiap hari.

Monica baru saja menyeret tubuhnya yang lemas ke ruang cuci dan mendengar dua pembantunya sedang berbisik di dalam.

"Bahkan pakaiannya harus dicuci sendiri. Bagaimana Nyonya Monica bisa terlihat seperti nyonya keluarga ini? Dia malah jadi seperti pengasuh."

"Sstt, jangan bicara begitu. Apa kamu nggak mau bekerja di sini lagi?"

"Aku nggak salah..."

Pembantu itu baru saja membuka pintu ruang cuci dan melihat Monica berdiri di depan pintu. Dia sangat takut hingga kakinya terasa lemas, "Nyo...Nyonya."

Mendengar suaranya yang gemetar, Monica hanya berkata dengan suara lembut, "Biar aku yang urus ini."

"Baik, Nyonya." Pembantu itu mengangguk berulang kali dan bergegas pergi.

Setelah mereka pergi, kelembutan di alis Monica berangsur menghilang. Dia menunduk, berjalan ke arah keranjang berisi pakaian Surya dan mengambil salah satu kemejanya.

Surya selalu benci disentuh orang lain, tetapi saat ini, tercium samar aroma parfum mawar di kemejanya, harum dan menggoda.

Monica biasanya yang merangkai bunga segar di rumah setiap hari. Agar aroma bunganya tidak tumpang tindih, dia sendiri tidak pernah menggunakan parfum yang sekuat ini, jadi aroma ini pasti adalah aroma Erika.

Tidak perlu dijelaskan harus sedekat apa hingga aroma parfum orang lain bisa menempel di pakaian.

Jari-jari Jiang Monica sedikit gemetar, dia lalu menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya.

Selain Surya, dia juga memiliki seorang putra. Surya memang tidak mencintainya, tetapi masih ada darah keturunannya di dalam tubuh putranya.

Ketika dia memikirkan hal itu, hati Monica sedikit terhibur. Demi putranya, dia harus menjadi istri yang baik bagi Surya, sehingga putranya dapat menjadi pewaris yang sah bagi Keluarga Atmadja di masa depan.

Namun, saat dia mengambil pakaian putranya, perutnya tiba-tiba bergejolak.

Uek.

Monica lalu menutup mulutnya dan bergegas ke kamar mandi, dia memuntahkan semua yang telah dimakannya malam ini ke kloset.

Dia pikir akan merasa lebih baik setelah memuntahkan semuanya, tetapi rasa sakit yang sangat membuatnya hampir pingsan. Dia menggunakan sedikit tenaga terakhirnya untuk menjatuhkan gelas di wastafel.

Suara pecahan gelas terdengar, Farel kemudian datang memeriksa.

Farel Atmadja adalah putra Monica dan Surya.

Dia adalah satu-satunya harapan Monica dalam lima tahun pernikahan yang tanpa harapan itu.

"Farel..." Mata Monica berbinar dan dia mengulurkan tangannya.

Untungnya, putranya masih peduli padanya.

Namun, saat tangannya hendak menyentuhnya, Farel malah mundur selangkah untuk menghindarinya.
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
100 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status