All Chapters of Pengantin Pengganti Tuan Gabriel: Chapter 41 - Chapter 50

Kalian tahu? Kadang kebahagiaan itu bisa berasal dari hal-hal paling sederhana. Evelyn sebenarnya tidak terlalu pandai memasak. Dirinya tidak banyak juga mempelajari hal itu karena sibuk dengan pekerjaan selama ini.Tapi memasak sebelumnya merupakan salah satu cara agar dirinya bisa lebih berhemat. Itu bisa memotong sedikit lebih banyak pengeluaran daripada harus membeli di luar. Jadi bisa dibilang sebenarnya Evelyn selama ini mau tak mau harus memasak karena dirinya tidak mau menghamburkan uang di luar dengan membelinya.Tapi ternyata rasanya begitu menyenangkan, begitu membahagiakan, saat masakan yang selama ini dibuat olehnya dan hanya dinikmati olehnya, kali ini dinikmati oleh orang lain. Ya, begitulah. Kebahagiaan kadang bisa datang dari hal paling sederhana. Melihat seseorang begitu menikmati masakanmu misalnya.Itu menjadi bonus lebih saat orang itu terlihat begitu lahap menikmati makanannya. Seperti yang sedang diperhatikannya pada Gabriel.Evelyn hanya geleng-geleng kepala da

Gabriel membuka pintu kamar Evelyn. Tidak mengetuknya sama sekali. Berpikir kalau Evelyn sedang berada di kamar mandi, dia pun berada di ruangan yang berbeda, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi ternyata malam itu menjadi sebuah kesalahan besar, karena Gabriel memilih untuk tidak mengetuk pintu.Baru tiga langkah yang diambil olehnya memasuki kamar Evelyn, matanya yang sedang mencari-cari sesuatu langsung terpaku pada sosok Evelyn yang berdiri di samping ranjang. Kaki Gabriel membeku di pijakannya.Bukan karena ada sesuatu yang terjadi, tapi karena saat itu Evelyn sedang berdiri hanya dengan mengenakan handuk putih polos yang menutupi bagian dada sampai pahanya. Sisanya, kulit itu terekspos di depan mata Gabriel. Dengan kondisi yang masih agak basah. Gabriel bisa melihatnya dengan jelas dari posisinya.Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Diam tidak berbicara. Gabriel yang terpaku melihat pemandangan di depannya yang entah kenapa malam itu terasa begitu mengganggu, d

Fajar menyingsing dengan sangat cerah dari ufuk timur. Bias cahayanya membelai setiap permukaan bumi dengan sangat hangat. Menembus masuk melewati celah-celah tirai dan ventilasi di kamar Evelyn.Bukan pagi pertama Evelyn mendapati Gabriel di samping tubuhnya, tapi menjadi yang pertama hatinya dipenuhi dengan rasa senang saat menyadari hal itu.Pria itu masih terlelap di samping tubuhnya. Napasnya begitu teratur. Terlihat sangat tenang dan damai. Evelyn yang berada di pelukan Gabriel berbantalkan lengan pria itu terus-terusan tersenyum sambil memandangi wajah Gabriel yang berada sangat dekat dengannya.Semakin diperhatikan, wajah itu ternyata terlihat begitu lembut ketika dia memejamkan mata. Jauh berbeda daripada saat matanya memperlihatkan tatapan ketegasan. Evelyn menyukainya. Saat memikirkan sesuatu, dirinya tersentak. Apakah boleh dirinya memotret Gabriel dalam keadaan seperti itu?Ah, tidak. Memperhatikannya secara langsung justru terasa jauh lebih baik. Jadi yang dipilih oleh E

"Bu." Seorang anak kecil menarik-narik jari kelingking Evelyn ketika Evelyn sedang melepas anak-anak yang sudah selesai kelas. Mereka semua keluar dari kelas untuk pergi menuju orang tua mereka.Anak terakhir yang menarik-narik jari kelingking Evelyn terus mendongak dan Hal itu membuat Evelyn tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya. "Ada apa Emilia?" Dia bertanya. Pada seorang anak perempuan yang merupakan anak dari asisten pribadi Gabriel. Dia adalah anak perempuan William."Aku ingin tahu sesuatu," kata anak yang biasa dipanggil Emi itu."Tentang apa?" Evelyn langsung berjongkok di hadapan Emilia agar posisi wajahnya dengan wajah Emilia sejajar. Dia meraih masing-masing tangan Emilia dan menunggu dengan benar apa yang akan dikatakan oleh Emilia."Apa Ibu ingat dengan cookies yang sering sekali ibu bawa untuk dimakan bersama aku dan anak-anak yang lain?""Tentu saja. Kenapa?"Anak itu mengerutkan dahinya agak bingung. "Beberapa hari lalu ayahku pulang dari kantor dan memberikanku

"Apa Gabriel yang ada di ruangannya?" Seperti biasa, setiap kali Evelyn datang ke kantor Gabriel, dia memastikan keberadaan suaminya itu terlebih dahulu kepada petugas resepsionis sebelum memutuskan untuk naik atau tidak."Oh, ada. Kebetulan beliau baru saja kembali dari rapat di luar. Anda bisa langsung menemuinya di ruangannya." Si petugas resepsionis itu menjawabnya dengan ramah.Evelyn langsung menganggukan kepala. "Terima kasih. Kalau begitu aku langsung pergi ke sana. Jangan lupa dengan makan siangmu. Ini sudah hampir waktunya makan siang, 'kan?" Dia memberikan perhatian di akhir dan si petugas resepsionis itu hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.Ada yang aneh saat itu dengan istri atasannya. Itulah isi kepala si petugas resepsionis. Tapi dia tidak mengatakannya. Hanya diam-diam memperhatikan.Petugas resepsionis tahu bahwa mungkin ada sesuatu yang buruk baru saja terjadi pada istri dari atasannya itu, karena dirinya bisa melihat kedua mata Evelyn yang agak bengkak. Seper