"Kalau aku nggak datang, bukannya aku harus dengar orang lain memfitnahku? Kapan kamu melihatku naik ke lantai atas bersama pria lain? Kapan, di mana, dan seperti apa rupa orang itu?"Xavier pun terdiam. Ketika aku menemani orang lain minum-minum dan ditindas dulu, dia hanya memintaku untuk bersabar. Setiap dini hari, aku pulang dalam keadaan mabuk, sedangkan dia sudah tertidur lelap.Aku sudah menanggung segala hinaan demi melunasi utangnya, tetapi dia malah mengucapkan kata-kata seperti itu untuk mencampakkan aku."Xavier, kamu benar-benar nggak tahu malu! Demi lunasi utangmu dulu, aku minum-minum sampai muntah darah. Sampai sekarang, lambungku masih sakit setiap hari.""Kalian juga sama saja! Kalian bilang aku jual diri, apa kalian menyaksikan dan mendengarnya dari bawah tempat tidur dengan mata kepala kalian sendiri? Apa kalian tahu ucapan seperti itu bisa menghancurkan hidup seseorang?" bentakku dengan lantang.Willa berdiri dan bersikap sok adil. "Bu Delvina, ini salahku. Aku ngg
Read more