Share

Bab 4

Author: Windyana
Willa berpura-pura menjadi gadis sok polos yang tidak tahu apa-apa.

"Haih, kami sebenarnya juga nggak seharusnya ceritakan hal ini. Waktu usaha Xavier gagal dan dia berniat kembali ke kampung halamannya, Delvina tiba-tiba bilang dia akan jual miras untuk mendukung Xavier. Xavier tentu saja menolak, tapi dia malah bersikeras melakukannya. Tak disangka, dia benar-benar berhasil menghasilkan 6 miliar dalam 3 tahun."

"Sebanyak itu? Memangnya jual miras bisa hasilkan uang sebanyak itu?"

Randy mendengus dan menjawab, "Tentu saja nggak. Kalau cuma jual miras, dia nggak akan bisa hasilkan uang sebanyak itu."

Willa lanjut bertanya, "Lalu, dari mana dia hasilkan uang sebanyak itu?"

Semua orang terdiam. Sangat jelas bahwa mereka menyiratkan aku menjual diri untuk menghasilkan uang. Menyebarkan rumor tidak butuh modal dan ucapan orang dapat membunuh orang lain.

Aku mengamati ekspresi Xavier dengan dingin. Dia hanya menggigit bibirnya.

Willa menangis tersedu-sedu sambil memeluk Xavier. "Pak Xavier, maaf. Aku nggak bermaksud untuk ungkit hal ini. Aku cuma merasa, kamu itu orang yang baik dan nggak seharusnya menikahi seseorang yang ...."

Menikahi seseorang yang menjual diri untuk menghasilkan uang?

Xavier yang bersedia mendobrak pintu gudang dan melindungiku dari kebakaran telah meninggal sejak lama. Xavier yang sekarang adalah seorang presdir perusahaan teknologi yang sukses. Wanita yang diinginkannya seharusnya bukanlah aku.

Aku tidak memiliki gelar akademik ataupun pekerjaan, bahkan pernah menjual miras dan menemani orang minum-minum. Aku tidak layak mendampinginya.

Namun, ketika dia berutang begitu banyak dan rentenir datang mencarinya dulu, aku yang menggantikannya menanggung satu pukulan. Dia juga yang menangis dan memohon padaku untuk mencari jalan keluar.

Ketika aku akhirnya pergi menjual miras, dia menangis sambil berkata bahwa suatu hari nanti, dia pasti akan menikahiku dengan penuh kehormatan.

Ketika aku berbalik dan hendak pergi, seseorang tiba-tiba mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya, aku pernah mencarinya waktu dia lagi kerja. Waktu itu, dia naik ke lantai atas dengan seorang pria."

Aku menatap Xavier dengan bingung. Ekspresinya sudah berubah menjadi seperti iblis. Ketika dia membuka mulutnya, aku merasa dia seperti ingin menelanku dan telingaku langsung berdengung

Hatiku terasa sangat sakit. Aku bergegas masuk dan semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arahku. Ekspresi mereka pun berubah drastis.

Aku berjalan ke depan Xavier dengan wajah dingin. Dia pun berdiri dan memasang wajah kasihan. "Vina, kok kamu ada di sini?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimabukkan Cinta   Bab 10

    "Dulu, aku satu panti asuhan denganmu."Kemudian, Dylan menyuruh seseorang untuk membawa keluar sebuah boneka. Itu adalah boneka kain yang sudah usang, tetapi dia masih menyimpannya sampai sekarang.Ingatanku tiba-tiba menjadi jelas. Cinta pertamaku sebenarnya bukanlah Xavier, melainkan seorang anak laki-laki di panti asuhan yang beberapa tahun lebih tua dariku. Dia selalu takut gelap dan aku ingin melindunginya.Setelahnya, dia meninggalkan panti asuhan dan aku pun melupakannya. Boneka ini adalah pemberiannya."Kamu itu pahlawanku, Vina. Aku sudah menunggumu selama 17 tahun."Setelah mendengar ucapan itu, aku pun menangis.Dylan berjalan ke hadapanku, lalu memelukku dengan posisi setengah berjongkok. Dia adalah seorang pebisnis sukses, tetapi selalu merendah di depanku.Aku tidak membiarkannya mengejarku, melainkan langsung pacaran. Aku kembali bekerja di Breeze Club dan mulai berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan miras.Di tahun kedua kami bersama, aku bertemu dengan kedua

  • Dimabukkan Cinta   Bab 9

    Orang-orang pun berbondong-bondong meninggalkan makian di situs web resmi Nova Teknologi. Beberapa waktu lalu, video lamaran Xavier kepada Willa juga diposting di internet. Sekarang, dia sudah dimaki habis-habisan.Aku lebih peduli dengan isi pernyataan tulisan tangan itu.[ Seperti jarum kompas yang selalu menunjuk ke utara, tuduhan seorang pria selalu mengarah pada wanita. ] Itu adalah kutipan dari novel berjudul Ribuan Matahari.Dylan mengeluarkan selembar tiket pesawat dari laci."Aku akan tanggung uang sekolah dan semua biaya hidupmu selama berkuliah di Aldova. Satu-satunya persyaratanku adalah, kamu harus memenangkan kejuaraan regional di kompetisi bartender selanjutnya dan pulang ke dalam negeri."Aku menatapnya dengan berlinang air mata, tetapi air mataku tetap tidak menetes. Dia adalah mentorku, orang yang berjasa bagiku, dan juga orang yang mengajariku cara membuka lembaran baru hidup. Dia memberitahuku untuk tidak bergantung pada siapa pun, dan aku harus menjadi pahlawan ba

  • Dimabukkan Cinta   Bab 8

    Dalam sebulan ini, aku tidak berhenti belajar. Kemudian, aku membawa undangan dan miras unik dari Breeze Club untuk berpartisipasi dalam kompetisi bartender itu.Ada berbagai macam orang yang berpartisipasi dalam kompetisi ini. Rasio di antara pria dan wanita juga hampir seimbang. Aku mengenakan setelan kerja wanita yang lebih formal. Saat aku masuk, ada banyak orang yang mengalihkan perhatian mereka ke arahku."Siapa ini? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia cantik banget.""Kayaknya dia itu selebritas yang diundang ke kompetisi ini deh?""Bukan. Lihat saja pakaian yang dikenakannya. Dia juga seorang bartender."Ada banyak orang yang berdiskusi tentang aku. Namun, aku langsung berjalan menuju area kompetisi untuk mengambil pelat nomor.Saat kompetisi resmi dimulai, aku melihat Dylan duduk di baris pertama. Dia mengenakan setelan biru tua dan kacamata berbingkai emas. Dia menatapku dengan santai. Aku langsung menjadi lebih tenang.Ada tiga orang dalam satu kelompok. Berdasarkan

  • Dimabukkan Cinta   Bab 7

    Ketika teman-temannya mendekat dan mengamati kami dengan bingung, Xavier kembali bersikap lembut. "Vina, aku yang sudah abaikan perasaanmu. Jangan abaikan panggilanku. Kita bisa bicarakan semuanya. Kamu jangan merusak dirimu."Aku ingin muntah, tetapi berusaha menahannya.Aku dengan cekatan membuka sebotol miras, menuangkannya ke dalam gelas, lalu menaruh es batu dan lemon di dalamnya sebelum menyerahkannya kepada seorang pelanggan individu di sebelah.Xavier menarik pergelangan tanganku. Namun, sebelum dia sempat marah, Dylan telah turun.Semua orang menoleh secara refleks. Dia memiliki aura yang kuat, juga terlihat sedikit mirip dengan anak blasteran. Ketika memasang tampang dingin, dia bisa membuat orang ketakutan.Xavier segera mengubah sikapnya begitu melihat Dylan dan berniat untuk menyanjungnya."Halo, Pak Dylan. Aku Xavier dari Nova Teknologi. Sebelumnya, aku pernah memberimu kartu namaku. Aku nggak nyangka akan bertemu denganmu di sini."Dylan menjawab, "Aku pernah bertemu den

  • Dimabukkan Cinta   Bab 6

    Setelah dipikir-pikir sekarang, sebenarnya tanda-tandanya sudah terlihat. Hanya saja, dulu aku benar-benar bodoh.Aku menyewa sebuah apartemen murah dan buru-buru mencari pekerjaan di internet. Aku hanya tamat SMA dan mulai berjualan miras ketika kuliah tahun ketiga. Setelah mengetahuinya, pihak kampus pun membujukku untuk berhenti berkuliah. Selain berjualan miras, aku tidak punya pengalaman kerja lain.Mantan kolegaku yang bernama Henny tahu bahwa aku sudah putus dan sedang mencari pekerjaan. Dia pun merekomendasikan sebuah tempat untukku. Klub kelas atas itu kekurangan bartender, tetapi aku sangat ragu.Pengalamanku selama berjualan miras tidaklah bagus. Meskipun aku tidak melakukan hal yang memalukan, pekerjaan itu masih meninggalkan sedikit trauma dalam hatiku."Vina, jangan berprasangka buruk terhadap dirimu di masa lalu. Baik kamu maupun Fenny nggak salah."Setelah mendengar ucapan itu, aku pun memutuskan untuk pergi melamar.Breeze Club adalah sebuah bar pribadi yang hanya seca

  • Dimabukkan Cinta   Bab 5

    "Kalau aku nggak datang, bukannya aku harus dengar orang lain memfitnahku? Kapan kamu melihatku naik ke lantai atas bersama pria lain? Kapan, di mana, dan seperti apa rupa orang itu?"Xavier pun terdiam. Ketika aku menemani orang lain minum-minum dan ditindas dulu, dia hanya memintaku untuk bersabar. Setiap dini hari, aku pulang dalam keadaan mabuk, sedangkan dia sudah tertidur lelap.Aku sudah menanggung segala hinaan demi melunasi utangnya, tetapi dia malah mengucapkan kata-kata seperti itu untuk mencampakkan aku."Xavier, kamu benar-benar nggak tahu malu! Demi lunasi utangmu dulu, aku minum-minum sampai muntah darah. Sampai sekarang, lambungku masih sakit setiap hari.""Kalian juga sama saja! Kalian bilang aku jual diri, apa kalian menyaksikan dan mendengarnya dari bawah tempat tidur dengan mata kepala kalian sendiri? Apa kalian tahu ucapan seperti itu bisa menghancurkan hidup seseorang?" bentakku dengan lantang.Willa berdiri dan bersikap sok adil. "Bu Delvina, ini salahku. Aku ngg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status