Share

Dimabukkan Cinta
Dimabukkan Cinta
Author: Windyana

Bab 1

Author: Windyana
Pacarku, yang juga merupakan teman masa kecilku itu gagal dalam membangun usaha dan terlilit utang puluhan miliaran. Dia memohon padaku untuk membantunya. Jadi, aku berhenti kuliah dan menjual miras untuk membantunya mengelola arus kasnya.

Sepuluh tahun kemudian, dia melamarku dan kupikir kerja kerasku akhirnya terbayar. Sampai aku menemukan riwayat obrolannya dengan teman-temannya di ponsel.

[ Delvina sudah hampir 30 tahun. Dia terlalu tua dan kotor. Dia nggak layak dampingi kamu. ]

[ Siapa yang tahu dia itu sebenarnya jual miras atau jual diri untuk melunasi utangmu dulu? ]

[ Lagian, gimana dengan anakmu dengan sekretarismu? ]

...

Ketika aku membaca pesan itu, Xavier yang mabuk sedang berbaring di tempat tidur. Aku baru saja membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya agar dia bisa tidur dengan lebih nyaman. Aku bahkan menyiapkan segelas air madu di meja samping tempat tidur.

Dalam 10 tahun terakhir, selama kami bersama, akulah yang mengurus seluruh kebutuhan hidupnya. Aku tidak pernah meragukan pentingnya hubungan ini. Kami menganggap satu sama lain sebagai keluarga yang paling penting.

Setelah membaca dari atas, aku baru mengetahui seluruh isinya. Topik ini dimulai Randy, sahabat Xavier.

[ Xavier, kamu benar-benar mau nikahi Delvina? ]

Setelah itu, dia membagikan foto lamaran yang aku posting ke akun sosial mediaku. Semua orang di grup mulai membicarakannya. Xavier pun membalas.

[ Aku sudah melamar. Mana bisa aku nggak menikahinya. ]

[ Xavier, bukannya aku cerewet. Tapi, dengan kekayaanmu sekarang, kamu bisa dengan mudahnya nikahi seorang gadis muda, cantik, dan bersih. ]

[ Dia sudah hampir 30 tahun. Meski dia cantik, kamu pasti sudah bosan, 'kan? ]

[ Waktu itu, komisi dari menjual sebotol miras baru berapa? Tapi, dia sanggup bayar 6 miliar utangmu dalam 3 tahun. Kita juga bukannya nggak pernah pergi ke tempat seperti itu. Kita tahu jelas kenapa dia bisa hasilkan uang sebanyak itu. ]

[ Xavier nggak menyentuhnya juga karena khawatir akan terjangkit penyakit. ]

Sementara itu, Xavier tidak menjelaskan sepatah kata pun. Dia hanya membaca dalam diam. Pada akhirnya, dia membalas.

[ Apa boleh buat. Dia itu yatim piatu. Aku kasihan padanya. Kalau aku mencampakkannya, nggak ada lagi orang yang menginginkannya. ]

Aku menatap pria yang berbaring di tempat tidur dengan tubuh gemetar.

"Vina, kepalaku pusing. Vina ...."

Setiap kali mabuk, dia suka bertingkah seperti anak manja. Dulu, aku sangat menyukai sisi rapuhnya.

Ting. Ponselnya berdering lagi. Itu adalah pesan dari Willa, sekretarisnya Xavier.

[ Pak Xavier, aku sudah minum obat setelah kejadian semalam. Jangan khawatir. ]

Aku mengenakan jaket tipis dan berjalan keluar dari rumah dengan linglung. Aku berdiri di jalanan seberang kompleks dan menatap lampu-lampu ribuan rumah. Air mataku tidak berhenti mengalir.

Aku dan Xavier tumbuh besar di panti asuhan yang sama. Waktu kecil, aku tidak menyukainya. Dia penakut, pemalu, dan selalu bertanya dengan hati-hati apa yang ingin kumakan.

Namun, ketika aku berusia 10 tahun, panti asuhan kami terbakar dan aku terjebak di gudang. Dia menerjang masuk untuk menyelamatkanku dan melukai tangan kanannya. Sampai sekarang, bekas luka itu masih tertinggal di pergelangan tangannya.

Pada saat itu, dia sangat berbakat dalam bermain piano dan ada keluarga kaya yang berencana untuk mengadopsinya. Gara-gara kejadian ini, dia terpaksa tinggal di panti asuhan. Sampai berusia 15 tahun, kami baru meninggalkan panti asuhan tersebut.

Aku mengikutinya selangkah demi selangkah dan ingin menjadi adik perempuannya selamanya.

Saat itu, Xavier berkata, "Vina, kita nggak bisa hidup bersama seumur hidup kalau kamu jadi adikku. Suami istri baru bisa. Kalau kamu sudah dewasa, menikahlah denganku. Aku akan perlakukan kamu dengan baik dan memberimu sebuah keluarga."

Jadi, aku pun menantikannya.

Saat kuliah, kami bekerja paruh waktu dan menikmati kehidupan kampus dengan bahagia bersama. Setelah lulus, dia memulai bisnisnya sendiri. Ketika dia terlilit utang, aku tidak tega melihatnya menderita, juga tidak ingin dia depresi.

Demi melunasi utang itu, aku pun berhenti dari pekerjaanku yang cukup bagus saat itu, lalu pergi berjualan miras. Ketika mengetahui hal itu, dia memasang ekspresi getir dan bersumpah bahwa dirinya tidak akan mengecewakanku.

Ketika kariernya mulai menanjak, Xavier membawaku ke jalan ini dan menunjuk ke sebuah rumah di kompleks ini sambil berkata, "Cepat atau lambat, kita pasti akan pindah kemari. Vina, pada saat itu, kita menikah ya."

Dalam 10 tahun terakhir, aku memperlakukannya layaknya satu-satunya keluargaku dan memberinya semua yang aku miliki.

Semalam, dia melamarku dan aku sudah siap untuk menyerahkan kesucianku kepadanya. Namun, dia mengatakan bahwa dirinya harus pergi karena ada urusan mendesak di perusahaan. Ternyata, dia bukan ada urusan, melainkan tidur dengan Willa.

Selama ini, dia tidak pernah menyentuhku. Katanya, itu demi kebaikanku sendiri. Dia ingin melindungiku dan menghormatiku. Aku percaya pada ucapannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimabukkan Cinta   Bab 10

    "Dulu, aku satu panti asuhan denganmu."Kemudian, Dylan menyuruh seseorang untuk membawa keluar sebuah boneka. Itu adalah boneka kain yang sudah usang, tetapi dia masih menyimpannya sampai sekarang.Ingatanku tiba-tiba menjadi jelas. Cinta pertamaku sebenarnya bukanlah Xavier, melainkan seorang anak laki-laki di panti asuhan yang beberapa tahun lebih tua dariku. Dia selalu takut gelap dan aku ingin melindunginya.Setelahnya, dia meninggalkan panti asuhan dan aku pun melupakannya. Boneka ini adalah pemberiannya."Kamu itu pahlawanku, Vina. Aku sudah menunggumu selama 17 tahun."Setelah mendengar ucapan itu, aku pun menangis.Dylan berjalan ke hadapanku, lalu memelukku dengan posisi setengah berjongkok. Dia adalah seorang pebisnis sukses, tetapi selalu merendah di depanku.Aku tidak membiarkannya mengejarku, melainkan langsung pacaran. Aku kembali bekerja di Breeze Club dan mulai berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan miras.Di tahun kedua kami bersama, aku bertemu dengan kedua

  • Dimabukkan Cinta   Bab 9

    Orang-orang pun berbondong-bondong meninggalkan makian di situs web resmi Nova Teknologi. Beberapa waktu lalu, video lamaran Xavier kepada Willa juga diposting di internet. Sekarang, dia sudah dimaki habis-habisan.Aku lebih peduli dengan isi pernyataan tulisan tangan itu.[ Seperti jarum kompas yang selalu menunjuk ke utara, tuduhan seorang pria selalu mengarah pada wanita. ] Itu adalah kutipan dari novel berjudul Ribuan Matahari.Dylan mengeluarkan selembar tiket pesawat dari laci."Aku akan tanggung uang sekolah dan semua biaya hidupmu selama berkuliah di Aldova. Satu-satunya persyaratanku adalah, kamu harus memenangkan kejuaraan regional di kompetisi bartender selanjutnya dan pulang ke dalam negeri."Aku menatapnya dengan berlinang air mata, tetapi air mataku tetap tidak menetes. Dia adalah mentorku, orang yang berjasa bagiku, dan juga orang yang mengajariku cara membuka lembaran baru hidup. Dia memberitahuku untuk tidak bergantung pada siapa pun, dan aku harus menjadi pahlawan ba

  • Dimabukkan Cinta   Bab 8

    Dalam sebulan ini, aku tidak berhenti belajar. Kemudian, aku membawa undangan dan miras unik dari Breeze Club untuk berpartisipasi dalam kompetisi bartender itu.Ada berbagai macam orang yang berpartisipasi dalam kompetisi ini. Rasio di antara pria dan wanita juga hampir seimbang. Aku mengenakan setelan kerja wanita yang lebih formal. Saat aku masuk, ada banyak orang yang mengalihkan perhatian mereka ke arahku."Siapa ini? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia cantik banget.""Kayaknya dia itu selebritas yang diundang ke kompetisi ini deh?""Bukan. Lihat saja pakaian yang dikenakannya. Dia juga seorang bartender."Ada banyak orang yang berdiskusi tentang aku. Namun, aku langsung berjalan menuju area kompetisi untuk mengambil pelat nomor.Saat kompetisi resmi dimulai, aku melihat Dylan duduk di baris pertama. Dia mengenakan setelan biru tua dan kacamata berbingkai emas. Dia menatapku dengan santai. Aku langsung menjadi lebih tenang.Ada tiga orang dalam satu kelompok. Berdasarkan

  • Dimabukkan Cinta   Bab 7

    Ketika teman-temannya mendekat dan mengamati kami dengan bingung, Xavier kembali bersikap lembut. "Vina, aku yang sudah abaikan perasaanmu. Jangan abaikan panggilanku. Kita bisa bicarakan semuanya. Kamu jangan merusak dirimu."Aku ingin muntah, tetapi berusaha menahannya.Aku dengan cekatan membuka sebotol miras, menuangkannya ke dalam gelas, lalu menaruh es batu dan lemon di dalamnya sebelum menyerahkannya kepada seorang pelanggan individu di sebelah.Xavier menarik pergelangan tanganku. Namun, sebelum dia sempat marah, Dylan telah turun.Semua orang menoleh secara refleks. Dia memiliki aura yang kuat, juga terlihat sedikit mirip dengan anak blasteran. Ketika memasang tampang dingin, dia bisa membuat orang ketakutan.Xavier segera mengubah sikapnya begitu melihat Dylan dan berniat untuk menyanjungnya."Halo, Pak Dylan. Aku Xavier dari Nova Teknologi. Sebelumnya, aku pernah memberimu kartu namaku. Aku nggak nyangka akan bertemu denganmu di sini."Dylan menjawab, "Aku pernah bertemu den

  • Dimabukkan Cinta   Bab 6

    Setelah dipikir-pikir sekarang, sebenarnya tanda-tandanya sudah terlihat. Hanya saja, dulu aku benar-benar bodoh.Aku menyewa sebuah apartemen murah dan buru-buru mencari pekerjaan di internet. Aku hanya tamat SMA dan mulai berjualan miras ketika kuliah tahun ketiga. Setelah mengetahuinya, pihak kampus pun membujukku untuk berhenti berkuliah. Selain berjualan miras, aku tidak punya pengalaman kerja lain.Mantan kolegaku yang bernama Henny tahu bahwa aku sudah putus dan sedang mencari pekerjaan. Dia pun merekomendasikan sebuah tempat untukku. Klub kelas atas itu kekurangan bartender, tetapi aku sangat ragu.Pengalamanku selama berjualan miras tidaklah bagus. Meskipun aku tidak melakukan hal yang memalukan, pekerjaan itu masih meninggalkan sedikit trauma dalam hatiku."Vina, jangan berprasangka buruk terhadap dirimu di masa lalu. Baik kamu maupun Fenny nggak salah."Setelah mendengar ucapan itu, aku pun memutuskan untuk pergi melamar.Breeze Club adalah sebuah bar pribadi yang hanya seca

  • Dimabukkan Cinta   Bab 5

    "Kalau aku nggak datang, bukannya aku harus dengar orang lain memfitnahku? Kapan kamu melihatku naik ke lantai atas bersama pria lain? Kapan, di mana, dan seperti apa rupa orang itu?"Xavier pun terdiam. Ketika aku menemani orang lain minum-minum dan ditindas dulu, dia hanya memintaku untuk bersabar. Setiap dini hari, aku pulang dalam keadaan mabuk, sedangkan dia sudah tertidur lelap.Aku sudah menanggung segala hinaan demi melunasi utangnya, tetapi dia malah mengucapkan kata-kata seperti itu untuk mencampakkan aku."Xavier, kamu benar-benar nggak tahu malu! Demi lunasi utangmu dulu, aku minum-minum sampai muntah darah. Sampai sekarang, lambungku masih sakit setiap hari.""Kalian juga sama saja! Kalian bilang aku jual diri, apa kalian menyaksikan dan mendengarnya dari bawah tempat tidur dengan mata kepala kalian sendiri? Apa kalian tahu ucapan seperti itu bisa menghancurkan hidup seseorang?" bentakku dengan lantang.Willa berdiri dan bersikap sok adil. "Bu Delvina, ini salahku. Aku ngg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status