“Calon mamanya Jehan!” Ah iya, Kay ingat. Dia sempat mendengar Prabu menerima panggilan telepon kala itu dan membicarakan tentang perkenalannya dengan seorang perempuan. “Hmmm … kecuali, kamu mau mempertimbangkan tawaran saya, Kay! Janji besok, masih bisa saya batalkan. Gimana?” “Tidak perlu, Pak. Saya akan menemani Bapak.” Kay bicara setelah berpikir beberapa saat. “Baiklah, ayo pilih baju yang kamu suka! Pilihkan juga buat saya dan Jehan, pastikan warnanya senada!” titah Prabu. “Apa malah gak aneh, ya? Kalau warna baju kami sama, sudah kayak keluarga, dong!” Hanya saja, itu cuma gumaman di hati Kay. Pada kenyataannya dia tetap saja menuruti apa yang diperintahkan Prabu. Sementara itu, di lobi mall, Renata berulang kali melirik jam tangan. Kakinya sudah terasa pegal. Dia sudah duduk, berdiri, mondar-mandir, tetapi Prabu, Kay dan Jehan belum terlihat juga batang hidungnya. “Ngantri di toilet mana, si?” Renata yang kesal menghentakkan kakinya. Hatinya terasa benar-benar geram.
Terakhir Diperbarui : 2025-06-25 Baca selengkapnya