All Chapters of Pesona Berbahaya Suami Dadakanku: Chapter 131 - Chapter 140

“Kerja bagus,” puji Arnold atas keputusan yang diambil Alvin.“Kamu harus menambah bonus jajanku bulan ini,” seloroh Alvin seraya menepuk ringan lengan kakak angkatnya tersebut.Namun, senyuman di bibir Arnold perlahan memudar saat merasakan napasnya tiba-tiba terasa berat. Genggamannya pada tubuh Sherin sempat melemah sebelum akhirnya ia cepat kembali menstabilkan posisinya.Menyadari perubahan raut wajah Arnold, Alvin pun menyipitkan matanya dan bertanya, “Kak, kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu─”“Aku baik-baik saja.” Arnold kembali memotong cepat. “Fokus pada tugasmu. Hati-hati … masih ada sisa gas beracun di dalam kamar.”“Apa?” Alvin langsung terbelalak. “Gas beracun?!”Sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Arnold telah masuk ke dalam lift bersama beberapa pengawal yang mengikutinya masuk agar dapat membantu proses evakuasi berjalan dengan aman.Sementara Alvin masih berdiri di depan lift. Tatapannya tertuju pada pada wajah gadis dalam gendongan Arnold yang sempat tertutup ramb

“Jangan paksa aku mengulanginya,” imbuh Arnold dengan suara yang jauh lebih mengintimidasi daripada sebelumnya. “Apa. Yang. Terjadi. Pada. Istriku?” Penekanan di setiap katanya membuat ketegangan di udara semakin menyesakkan. Semua orang saling berpandangan dengan bingung sekaligus syok, tidak yakin apakah mereka baru saja mendengar dengan benar? Arnold Windsor yang terkenal tidak suka didekati wanita, bahkan sangat bersih dari skandal, tiba-tiba menyebut seorang perempuan sebagai istrinya? Siapa pun yang mendengar hal ini pasti tidak akan ada percaya. Jika kalimat itu keluar dari mulut orang lain, mereka mungkin sudah menertawakannya. Tapi, ini Arnold sendiri! Mana mungkin mereka berani meragukan pernyataannya. Di dalam ruangan itu, hanya satu orang yang tidak menunjukkan rasa kagetnya, yaitu Sophia Nolan. “Arnold, berhenti menakuti mereka,” tukas wanita itu, memecahkan ketegangan yang hampir mencekik napas semua orang di dalam ruangan itu. Tatapan Arnold pun berpin

“Kenapa melihatku seperti itu, Arnold?” Sophia tersenyum canggung, lalu memegang pipinya dengan bingung. “Apa ada sesuatu di wajahku?” Arnold mendengus pelan. Senyum tipis—lebih mirip guratan sinis—terangkat di sudut bibirnya. “Tidak,” jawabnya dingin. “Yang aneh bukan wajahmu … tapi keberanianmu yang telah meragukan istri saya, Madam Nolan.” Udara di ruangan seketika kembali membeku. Tatapan Arnold tidak bergeser sedikit pun dari wajah Sophia, dingin, menusuk dan penuh penilaian seolah satu gerakan kecil saja bisa menjadi alasan untuk meledakkan amarahnya. Meskipun Sophia tidak mengatakannya secara langsung, tetapi Arnold dapat merasakan adanya pertentangan besar dalam pikiran wanita itu mengenai Sherin. Seakan-akan ada kesalahan berat yang dilakukan istri kecilnya itu, yang membuat Sophia sulit menerima gadis itu sepenuhnya. Sejak tadi, Sophia memang menahan diri untuk tidak membahas hal tersebut saat para tim medis masih di dalam ruangan itu. Kini, ia tidak berpikir untuk men

Ucapan Arnold membuat Sophia terheran-heran. “Kenapa kamu bisa—”Arnold memotongnya tanpa ragu, “Apa kamu lupa kalau racun adalah salah satu spesialisasi Shadow Eagle?” Sophia terperangah, lalu menepuk pelan keningnya. “Astaga! Kenapa aku sampai melupakan hal dasar yang krusial seperti ini?” gumamnya. Wanita itu juga menyadari bahwa Shadow Eagle memiliki motif kuat untuk membunuh Arnold setelah apa yang telah Arnold lakukan atas kerugian triliunan dolar akibat aksi-aksi perebutan kekuasaan wilayah mereka selama ini. “Sekarang apa kamu masih meragukan istri saya, Madam Nolan?” seloroh Arnold, tersenyum mengejeknya. Sophia berdecak pelan, lalu ia tersenyum gugup. “Aku tidak menuduhnya bersekongkol dengan pelakunya. Alasanku membahas kejadian di kelab waktu itu … hanya karena kemunculan Nona Scarlet di kamar hotel semalam terasa agak aneh dan tiba-tiba saja aku teringat masalah yang lalu.” Kerutan di dahi Arnold kembali mencuat. Namun, sebelum ia sempat memberikan tanggapan, Sophia m

“Jadi waktu Mama tahu kalau menantu Mama akan datang ke acara gala amal J-Charity, Mama langsung meminta undangan dari salah satu kenalan Mama,” lanjut Beatrice, nada suaranya terdengar santai seakan tidak merasa bersalah sedikit pun. Rahang Arnold mengatup rapat. Ia tidak tahu harus mulai berkomentar dari mana. Yang jelas, Arnold benar-benar tidak menduga ibunya ada di sana sejak awal. "Tapi, bagaimana Mama bisa tahu aku yang mana?" selidik Arnold, masih meragukan pengakuan ibunya. Padahal ia sudah menyamar sebaik mungkin, memakai topeng agar tidak dikenali oleh orang dekatnya. Bahkan, ia berhasil mengecoh Sherin meskipun sebelumnya gadis itu sempat mencurigainya. "Apa ...," Pandangan Arnold kembali bergeser kepada Oliver, lalu dengan suara dipenuhi curiga, ia melanjutkan, "apa dia yang memberitahu Mama?" Oliver sontak menggeleng. Sebelum ia sempat membuka mulut, Beatrice telah menyambar lebih dulu. “Jangan salahkan Oliver. Mama tidak butuh bantuan siapa pun untuk mengenali