All Chapters of Pesona Berbahaya Suami Dadakanku: Chapter 51 - Chapter 60

Paula yang baru saja mencapai tanah, bergegas menghampiri ibunya. Matanya membelalak syok saat melihat telunjuk ibunya tidak lagi lurus. “Mama!” pekiknya, panik. Tangisnya juga pecah melihat kondisi ibunya tersebut.“Lepaskan ibuku, Sherin!” Paula berusaha menarik telunjuk ibunya dari cengkeraman Sherin, tetapi tindakannya malah memperparah rasa nyeri wanita paruh baya itu.Paula tersentak dan bergegas melepaskan tarikannya. “Sherin, kamu keterlaluan! Aku akan menuntutmu!” ancamnya dengan suara bergetar.“Silahkan saja,” tantang Sherin dengan acuh tak acuh. Di dunia ini, tidak ada lagi hal yang gadis itu takutkan setelah semua miliknya dirampas oleh Penelope dan putrinya."Sekalian, kamu juga akan kubuat bernasib sama seperti ibumu," ancamnya kemudian..“K-Kau─!” Tubuh Paula bergetar hebat. Sorot mata Sherin terlihat memancarkan hawa membunuh yang sangat kuat. Ia merasa gadis itu mampu melakukan apa pun saat ini.Para pelayan yang berdiri di sudut halaman pun menunduk ketakutan. Tidak

“Nona, ini kartu akses kamar Anda.”Seorang petugas hotel menyerahkan sebuah kartu ke tangan Sherin. “Mari saya tunjukkan letak ruangannya,” ujarnya seraya mengarahkan Sherin ke arah lift.Akan tetapi, gadis itu menolak. “Tidak apa-apa. Saya bisa sendiri. Terima kasih.”“Baiklah. Semoga hari Anda menyenangkan,” ucap petugas hotel tersebut dengan ramah sebelum akhirnya berbalik badan.Sherin hanya mengangguk, lalu menatap kartu di tangannya sejenak. Sebelumnya, Hailey telah memastikan kebenaran informasi mengenai keberadaan pemimpin Black Fang melalui jaringan informasi yang dimiliki keluarga Flynn. Dari laporan yang didapatkan, sosok itu memang benar menginap di hotel itu.Namun, untuk bisa bertemu langsung dengannya jelas bukan perkara mudah. Karena itu, Hailey sengaja memesankan kamar agar Sherin tidak dicurigai apabila berkeliaran di hotel tersebut.Mengabaikan rasa cemas yang merayap, Sherin melangkah cepat menuju lift. Akan tetapi, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pri

“Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu membuntutiku?”Suara dingin King alias Arnold membuat istri kecilnya tersentak.“Ti-tidak, Tuan. Sa-saya …..” Karena terlalu panik, Sherin sampai kehilangan kata-katanya untuk menjawab.“Housekeeping?” tanya Arnold seraya menunjuk troli yang dibawa gadis itu.Sherin tidak memiliki pilihan selain menjawab dengan anggukan.“Tapi, saya tidak pernah meminta layanan ini,” sahut pria itu.Tubuh Sherin menegang. Dadanya serasa ditusuk dingin oleh tatapan tajam Arnold di balik topengnya. Ia menunduk dalam-dalam dan berkata lirih, “Maaf, mungkin saya … sudah salah kamar.”“Oh, ya?” Arnold tersenyum sinis.Sherin tertunduk dalam. Tatapan pria itu terlihat seperti ingin mengulitinya hidup-hidup.Hailey di seberang juga merasakan bahaya yang sama dan memintanya untuk segera mundur. Akan tetapi, pria itu tidak berniat membiarkannya pergi semudah itu.“Siapa yang menyuruhmu pergi?” tukas Arnold ketika melihat Sherin hendak berbalik badan.Gadis itu tersentak kag

“Baj─Hmph!”Umpatan Sherin terputus oleh pagutan kasar pria itu. Ia memukul dada bidang King dengan kepalan kecilnya. Namun, usahanya sia-sia.Tangan besar pria itu mencengkeram tengkuknya, sementara yang lain melingkari pinggang rampingnya, menahannya agar tidak dapat melarikan diri dari cengkeramannya.Seakan ingin menegaskan kuasanya dan kepemilikannya, Arnold terus melumat bibir gadis itu dengan rakus,Sherin meronta, kedua tangannya menekan dada bidang pria itu, namun semakin ia melawan, semakin rapat pula tautan bibir mereka. Tidak kehilangan akal, ia berusaha memundurkan langkahnya agar bisa melepaskan diri. Akan tetapi, pria itu selalu berhasil mengiringinya.‘Sial!’ maki Sherin di dalam hati.Gadis itu semakin terdesak. Punggungnya telah menghantam dinding dingin di belakangnya.Ketika lidah pria itu telah menerobos paksa, menelusuri setiap sudut mulutnya, sensasi panas mengalir di seluruh tubuhnya. Meskipun pagutan bibir pria itu sangat kasar dan sangat memaksa, anehnya, She

Setelah keheningan yang menyesakkan, suara tajam Arnold memecah udara berat di dalam ruangan itu. “Tadi kamu sudah dengar semua pembicaraan kami, bukan?” Ryan hanya mengangguk malas. Bibirnya tetap terkatup rapat. Arnold mendekat sedikit, sorot matanya menusuk. “Apa semua yang gadis itu katakan tadi … benar?” selidiknya. Lagi-lagi Ryan hanya mengangguk. Arnold menarik napas panjang, lalu dengan satu gerakan cepat, ia menarik kerah bathrobe Ryan, memaksa tubuh pria itu merapat ke arahnya. "Jadi orang suruhanmu datang berbuat onar di galerinya?" desis Arnold. Sorot matanya menusuk, dingin, menuntut jawaban. Ryan mendecih acuh. Dengan wajah malas, ia akhirnya membuka suara. “Benar. Hari ini aku baru memeriksa laporan tunggakan, dan di sana tertera nama Clover … tercatat sebagai jaminan hutang. Jadi aku mengirim orang-orangku untuk menyita galeri itu sebagai penebusan. Apa itu salah?” Satu alis Arnold terangkat naik. Dengusan dingin berembus dari hidungnya. “Jadi … di bela