All Chapters of Suddenly Marry With The CEO: Chapter 11 - Chapter 20

Minarti hanya menyimak percakapan David dan Puspita. Ia mengamati perubahan sikap dan mimik wajah Puspita. Hatinya mulai was-was. Bagaimana jika apa yang dikatakan David benar? Bahwa yang sebenarnya tersakiti adalah putranya sendiri?"Bukankah kamu sudah mengenal Tiara dengan baik? Tiara sangat menghargaimu dan menghormatimu sebagai istri Daniel, atasannya. Mustahal jika dia menolak memberi waktu kepada kalian untuk sekedar makan siang atau keperluan lain."Puspita tanpa sadar menekan jari telunjuk tangan kanan dengan jempol tangan kanannnya, melampiaskan rasa khawatir yang menyelinap datang sejak David melontarkan sindirannya."Mungkin saja waktu mereka tidak sama. Puspita senggang tapi Daniel repot dengan berbagai pekerjaannya." Minarti membantu Puspita menghadapi kecanggungan karena pertanyaan David yang tidak dapat Puspita jawab, meski sebenarnya Minarti penasaran dengan kebenaran mana yang harus dia percaya.David menggeleng. Enggan meneruskan percakapan yang membuatnya semakin

Robert membaca dengan serius lembar kertas yang baru saja dia keluarkan dari amplop yang diberikan Puspita padanya. Tidak ada satu menit membaca, Robert langsung memasukkan kembali kertas itu ke dalam amplop."Daniel itu tipe pria setia. Dia tidak pernah mengambil keputusan dengan gegabah. Dia melakukan ini pasti ada sebabnya."Raut wajah Puspita kini memucat. Robert tampaknya tidak tahu apa yang telah Puspita lakukan di belakang Daniel."Aku - ""Puspita yang aku kenal tujuh tahun yang lalu adalah gadis yang baik. Aku mengenalmu seperti itu, tapi jika terjadi sesuatu dalam rumah tanggamu, dan dengan kepribadian Daniel yang kukenal baik juga, maka aku tidak akan memihak siapa pun di antara kalian. Namun, satu hal yang perlu kamu tahu, bahwa jika Daniel sudah memutuskan untuk berpisah denganmu, maka benar, kamu tidak akan pernah bisa kembali bersamanya.Puspita terhenyak. Dia ternyata tidak benar-benar mengenal sosok Daniel. Dirinya hanya memanfaatkan kebucinan Daniel terhadapnya, deng

“Aku punya berita penting untuk om dan kamu tentunya.” David duduk di samping Michael. Wajahnya tampak sangat serius.“Apa? Jangan sampai berita penting yang kamu maksud itu menyangkut sesuatu atau orang yang aku tidak tertarik untuk tahu.” Daniel memandang malas ke arah David.“Aku tahu, tapi sayangnya ini menyangkut dia.”Michael bergeming. Sepertinya apa yang akan disampaikan keponakannya itu adalah sesuatu yang ia dapat beberapa hari lalu.“Apakah ini tentang Puspita?” Michael tanpa tedeng aling-aling menebak berita yang disebut David sebagai berita penting.David melepas satu kancing jasnya. “Apakah om sudah tahu?”Michael mengedikkan bahunya. “Om hanya menebak saja. Jika kamu tidak keberatan mengapa tidak segera kamu katakan?”David terkekeh. “Betul juga. Aku hanya ingin mengatakan jika pertemuanku dengan Puspita di luar negeri beberapa waktu lalu ternyata bukan hanya karena dia ada pameran busana di sana, tapi karena dia menemani seseorang melakukan perjalanan bisnis, yang anehn

"Jangan begitu, Pak. Bapak harus memikirkan semua dengan penuh pertimbangan. Ingat, Pak. Suatu keputusan yang diambil dengan terburu-buru itu tidak baik.""Aku tidak terburu-buru. Satu tahun. Aku sudah memikirkan hal ini sejak satu tahun yang lalu. Kamu percaya atau tidak, itu terserah kamu!" Daniel tidak mau mendengar lagi apapun alasan Tiara. Ia semakin yakin dengan keputusannya. David hanya bisa tersenyum melihat bagaimana Tiara berusaha memohon Daniel untuk memikirkan kembali keputusannya. Sedangkan Michael masih menimbang untuk mendukung rencana putranya itu. Dirinya tidak mau Daniel mengalami hal yang sama lagi. Mungkin ia perlu berbicara lagi dengan Daniel.-0-Tiara memukul keras gulingnya ke atas kasur. Ia marah dan butuh pelampiasan. Sayangnya, yang ada di dekatnya saat ini hanyalah bantal dan gulingnya. "Bagaimana ini? Dipecat atau tidak, sama buruknya. Aku harus bagaimana?" Tiara berkata pada dirinya sendiri lalu menggigit ujung selimut kesayangannya.Ddrrrrttt. Ponsel

Daniel asyik menonton film pilihannya sendiri, mengabaikan Tiara yang menggigit donat dengan penuh emosi karena ia gagal menikmati film incarannya. Tiara sampai menghabiskan coklat panas tiga mug berukuran besar.Dua jam berlalu, akhirnya Tiara tertidur. Ia membawa amarahnya hingga ke alam mimipi, memukuli Daniel karena telah merusak semua rencananya.Daniel melihat ke jam dinding yang terletak tepat di atas layar tivi. Jam satu dini hari. Saatnya dirinya pulang. Mendengar dengkuran halus Tiara, Daniel segera melangkah menuju sofa dimanna Tiara tertidur.“Bisa-bisanya tertidur dengan posisi seperti ini. Nggak capek apa?” Daniel memindahkan Tiara ke kamar tidurnya, lalu meninggalkan begitu saja rumah Tiara. Ia mengunci Tiara dari luar dengan sengaja, sehingga ada alasan untuknya menjemput asistennya itu besok pagi.Keesokan harinyaTiara menggeliatkan badannya, menarik kembali selimut yang hanya menutupi setengah badannya. Angin dingin masuk lewat sela-sela ventilasi kamar, membuat Ti