Semua Bab Suddenly Marry With The CEO: Bab 21 - Bab 30

Mobil jeep Daniel sudah penuh dengan barang belanjaan. Perut Tiara sudah mulai berteriak. Ia mengamati tenda-tenda makanan yang sudah berjajar rapi di sepanjang jalan yang mereka lewati.Daniel meliruk Tiara yang netranya sejak tadi melihat ke sisi jalan. " Kamu juga sudah lapar?"Tiara mengangguk. "Sangat lapar.""Ikan bakar, keliatannya enak untuk makan malam hari ini." Hanya itu yang terlintas dalam benak Daniel. Entahlah. Ia akhir-akhir ini lebih menyukai makanan dengan bumbu lokal."Saya ikut aja deh, Pak. Sudah lapar banget soalnya." Tiara meringis sambil memegangi perutnya. Tumben-tumbennya ia merasa sangat lapar malam ini. Tiara berusaha mencari penyebab ia merasa sangat lapar malam ini. Beberapa menit kemudian, ia menemukan penyebabnya. Makan siang bersama Minarti-lah penyebabnya. Karena Minarti, Tiara tidak dapat menikmati makan siangnya dengan leluasa.Daniel turun lalu membukakan pintu untuk Tiara, lalu menggandeng asisten pribadinya itu menyusuri jalan setapak menuju te

Tiara melirik Daniel, merasa aneh dengan ucapan terima kasih yang disampaikan Daniel. ' Apa maksudnya?'"Ini untukku? Terima kasih." Daniel membawa pergi satu mug, tanpa menunggu jawaban Tiara. Ia duduk menghadap layar tivi, menyeruput pelan coklat panas yang baru dibuatkan oleh Tiara. "Roti ini juga untukku?" Daniel menatap Tiara sambil mengangkat satu piring yang berisi dua roti tawar yang telah diolesi keju oles. Lagi, tanpa menunggu jawaban Tiara, Daniel melahap roti itu.Rasa gurih, sedikit asin menyeruak masuk dan mendominasi rasa di dalam mulut Daniel. Pria itu makan sambil menggelengkan kepalanya, lalu mengangguk-angguk menikmati roti itu.Tiara hanya mendengus. Ia mengambil minuman coklat miliknya, meminumnya bersama roti oles keju buatannya. Setelah merasa cukup, dan minuman coklat panasnya habis, Tiara bersiap untuk meninggalkan apartemen Daniel.Melihat Tiara yang berdiri merapikan pakaiannya dan menata ulang rambutnya, Daniel langsung meletakkan mug yang masih berisi se

“Apakah bisa kita mulai sekarang, Pak Daniel?” tanya petugas berjas dan berpeci hitam, dengan kacamata berbingkai hitam.Daniel menatap Tiara sesaat, lalu tanpa menunggu persetujuan gadis itu, Daniel menggandeng tangan Tiara lalu menariknya, memaksanya berjalan mengikuti langkah Daniel.Daniel mendudukkan Tiara di kursi sofa, tepat di depan dua pria berjas hitam, petugas dari KUA kecamatan tempat tinggal Daniel.Daniel mengangguk, dan memberi kode kepada pria itu untuk memulai acara yang dimaksud Daniel. Keduanya lantas mengeluar beberapa berkas lalu sibuk mencatat. Kartu tanda penduduk milik Daniel dan Tiara sudah berada di hadapan petugas itu.Tiara yang masih syok, tidak bereaksi apapun. Ia mengikuti semua dengan pikiran kosong, mendengar dan mengikuti semua proses tanpa protes, hingga akhirnya kata sah terdengar keras di ruang tamu.Tiara mengerjapkan netranya, berusaha memahami yang baru saja terjadi. “Apa tadi? Sah? Apanya yang sah?”Tiara menatap ke arah Daniel yang sedang sibuk

"Terima kasih, Pak David. Tapi saya tidak ... ""Tidak apa? Tidak menolak? Bagus! Aku akan membantumu menghadapi siapapun yang akan mengganggumu karena hal ini, termasuk mantan istri Daniel."Tiara menjadi pening sendiri. Bukannya membantu menyelesaikan masalahnya, David justru menambah masalah menjadi semakin runyam. Tiara melirik ke arah Daniel yang masih memegang ponselnya sambil menatap kesal David."Sudah selesai belum bicaranya? Tanganku sudah pegal." Daniel mengibaskan tangan kanannya yang mulai kesemutan."Aku akan ke apartemenmu.""Tidak usah. Sebentar lagi aku akan ke kantor. Kita bertemu jam makan siang di kantorku.""Oke."Daniel menghentikan panggilannya, lalu kembali menatap Tiara. Wajah Tiara terlihat sangat suntuk. Daniel mengusap kasar wajahnya. Bukan maksud hatinya untuk membuat Tiara menjadi susah karena perasaannya. Akan tetapi, Daniel harus segera melaksanakan niatnya agar bisa melindungi Tiara dari Puspita."Kita berangkat sekarang." Daniel mengenakan jas hitam

“Siapa?” Daniel meminta David untuk mengulangi perkataannya barusan.“Pria yang selalu mengikuti kemana saja Puspita pergi setiap mantan istrimu itu ke luar negeri.”Daniel merasa ada yang hilang dalam hatinya. Semakin kosong. Itukah sebabnya, wanita itu tidak pernah menghubunginya lebih dulu setiap berada di luar negeri? Sekedar mengucap ‘aku rindu padamu’-pun tidak pernah didengar Daniel dari bibir Puspita setiap dirinya menelpon.Daniel tergelak sendiri. David melirik khawatir. “Kamu membutuhkan sesuatu?”Daniel menggeleng. “Tidak. Aku hanya merasa telah dibodohi olehnya. Aku memang bodoh. Tertipu sekian tahun lamanya dengan ucapan dan sikap manjanya.”David menghela napas kasar. “Masa lalu. Biarkan dia pergi. Hadapi yang sekarang yang memang harus kamu hadapi.”“Jadi menurutmu, aku tidak usah bergabung dengan mereka?”David menggangguk setuju. “Lebih baik tidak berhubungan dan menjalin kerja sama dengan mereka.”Daniel memanggil Tiara. Ia menceritakan usulan David terkait materi