Cahaya pagi menembus tirai kamar. Hangat, tapi menusuk karena terlalu sunyi.Alya membuka mata perlahan, kepala berat, tubuh lemah. Napasnya terasa panas di dada. Saat menoleh, ia sadar kalau infus sudah terpasang di tangannya, selimut menutupi hingga dada, dan di kursi dekat jendela ada sosok Sean, duduk diam dengan laptop di pangkuannya. Suara ketikan pelan terdengar, teratur, tapi dingin.Alya menelan ludah. “Kau… tidak tidur?” suaranya nyaris hanya bisikan. Sean tak menjawab. Ia hanya berhenti mengetik sejenak, lalu menutup laptop perlahan.Tatapannya terarah ke luar jendela, bukan ke Alya. “Aku sudah tidur di ruang sebelah,” ujarnya datar. “Tapi dokter bilang suhu tubuhmu masih tinggi, jadi aku balik ke sini.&rdqu
Last Updated : 2025-10-26 Read more