All Chapters of Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan: Chapter 171 - Chapter 180

Dimas pulang dengan emosi yang begitu meledak-ledak. Dia benar-benar tidak terima dengan semua penolakan dan perlawanan yang Ayudhia berikan.Melangkah masuk ke dalam rumah dengan tangan yang terkepal, Dimas berpapasan dengan Sonia yang sekarang menghalangi langkahnya.“Bagaimana tadi?” tanya Sonia dengan tatapan penuh harap. Sonia tahu kalau Dimas mau menemui Ayudhia untuk meminta bantuan.Mendengar pertanyaan Sonia, Dimas semakin emosi dan nada begitu tinggi Dimas membalas, “Ayudhia benar-benar mempermalukanku. Dia tak memberiku muka sama sekali, bahkan dengan terang-terangan menolak ajakanku!”Sonia sangat terkejut. Dia benar-benar tak menyangka dan tak percaya kalau yang dikatakan Dimas benar adanya.Rahang Dimas mengetat, giginya bergemeletuk menahan emosi tetapi tetap saja meledak.“Sialan! Anak itu benar-benar tak tahu diuntung. Jika dulu bukan karena kamu depresi anakmu hilang, aku tidak akan pernah setuju mengambil anak dari panti asuhan yang kurang ajar seperti itu!” umpat D

Arlo sedikit melonggarkan pelukan lalu memundurkan kepala untuk bisa menatap wajah Ayudhia. Menatap ekspesi sang istri yang mengerucutkan bibir, Arlo begitu gemas karena Ayudhia sangat lucu. “Besok masih hari minggu, apa kamu mau jalan-jalan,” katanya untuk mengurangi kesedihan Ayudhia. “Jalan-jalan ke mana?” tanya Ayudhia dengan tatapan polos. Melirikkan matanya ke samping untuk mencari jawaban, Arlo malah mengedikkan bahunya saat menatap kembali pada Ayudhia. “Aku juga tidak tahu,” katanya, “apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi atau hal-hal yang ingin kamu lakukan?” Ayudhia diam sejenak untuk berpikir, setelahnya ada satu hal yang melintas di kepalanya. “Aku lama sekali tidak menonton bioskop. Apa kamu mau nonton denganku?” tanya Ayudhia sambil mengedip-ngedipkan kelopak mata. Tanpa berpikir, Arlo menganggukkan kepala. “Tentu,” balasnya tanpa ragu, yang terpenting untuknya Ayudhia senang dan tidak bersedih lagi. Mendengar Arlo setuju menonton bersamanya, senyum Ayudhia l

Arlo mengajak Ayudhia segera masuk ke mobil yang ada di area parkir mall. Mesin mobil sudah menyala, tetapi Arlo tak langsung menjalankan mobilnya. Dia menoleh pada Ayudhia dan menatap istrinya yang beberapa kali mengembuskan napas kasar.“Kamu baik-baik saja? Apa aku perlu turun dan kembali ke sana untuk memberi mereka pelajaran?”Mendengar apa yang Arlo katakan, Ayudhia langsung menoleh lalu menggeleng pelan.“Tidak perlu, untuk apa mengurusi mereka,” balasnya, “aku baik-baik saja, apalagi ada kamu yang melindungiku,” kata Ayudhia lalu memulas senyumnya.Menghela napas panjang, Ayudhia kembali berkata, “Lagi pula, aku sudah biasa ditindas Fiona. Apa yang tadi Fiona lakukan bukan apa-apa, malahan aktingnya sedikit turun, tidak seganas dulu.”Setelah bicara, Ayudhia tertawa kecil sambil menutup permukaan bibirnya dengan telapak tangan.Melihat Ayudhia bisa tertawa, Arlo tersenyum sambil mengangguk pelan.Dengan satu tangan memegang stir, dan tangan lainnya memasukkan persneling, Arlo

Di Atelier.Ayudhia baru saja selesai menyaksikan siaran live konferensi pers Dimas. Dia mengembuskan napas pelan, tidak menyangka kalau Dimas masih memakai namanya untuk menyelamatkan nama baiknya.‘Dia tahu konsekuensinya, tapi dia tetap bersikap seolah dia bisa mengatasi semuanya,’ batin Ayudhia.Maya menatap Ayudhia yang hanya diam. Lalu, dia mengambil ponselnya dan kembali berdiri di samping meja Ayudhia, dengan tatapan tak teralihkan dari wajah sahabatnya ini.“Apa yang dikatakan Dimas Ardhana itu benar? Apa kamu juga sepakat mengakhiri hubungan dengan mereka? Kok rasanya aneh sekali,” ucap Maya dengan kening berkerut samar.Menoleh pada Maya setelah mendengar apa yang dikatakan sahabatnya ini, Ayudhia hanya tersenyum getir.Melihat ekspresi wajah Ayudhia, Maya langsung paham dan tak perlu menuntut jawaban sejelas-jelasnya dari Ayudhia.Maya mengembuskan napas kasar, lalu mulai mengeluh, “Sepertinya Dimas Ardhana itu hanya takut dihujat publik, makanya dia berkata kalau kamu sep

Arlo masih memeluk Ayudhia sambil sesekali mengusap punggung Ayudhia untuk menenangkan karena dia masih mendengar suara isakkan sang istri.Cukup lama Arlo berada di posisi itu, sampai akhirnya dia tak mendengar suara Ayudhia menangis. Arlo mengurai sedikit pelukan, memundurkan kepalanya pelan, lalu menengok wajah Ayudhia yang masih basar dengan air mata, tetapi mata Ayudhia sudah terpejam rapat.Memastikan Ayudhia sudah tertidur pulas. Dengan perlahan Arlo menarik tangannya dari bawah leher Ayudhia, memastikan istrinya berbaring nyaman, sebelum dia turun dari ranjang.Membiarkan istrinya agar bisa tidur dengan nyenyak, Arlo melangkahkan kaki untuk meninggalkan kamar. Ketika baru saja membalikkan badan setelah menutup pintu, Arlo terkejut melihat Alina sudah ada di hadapannya.Meredam keterkejutannya, Arlo menatap sang mama lalu bertanya, “Kenapa Mama di sini?”Alina lebih dulu menatap ke pintu sebelum kembali menatap Arlo, setelahnya dia berkata, “Sejak tadi Mama kepikiran Ayu terus,