All Chapters of Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan: Chapter 161 - Chapter 170

Arlo berdiri di ambang pintu, tatapannya tertuju pada Ayudhia yang masih berjongkok di depan lemari dengan ekspresi panik tertuju padanya.Melangkahkan kaki masuk lebih ke dalam, Arlo menghampiri Ayudhia lalu bertanya, “Kenapa kamu berjongkok di sini?”Dengan ekspresi canggung, Ayudhia menjawab pelan, “Aku nyari hairdryer, tapi kok tidak ada di tempat semula. Pas nyari di sini, malah nemu ini.”Sambil memperlihatkan kotak yang ada di tangannya, ekspresi wajah Ayudhia berubah semakin panik dan salah tingkah.Sebelum Arlo merespon ucapannya, Ayudhia buru-buru meletakkan kembali kotak itu ke dalam laci sebelum berkata, “Aku belum melihat isinya kok,” katanya dengan cepat karena takut Arlo marah dan mengira dia mengacak-acak barang pribadi Arlo di rumah Alina.Tatapan Ayudhia tertuju ke laci saat mendorong pelan laci itu kembali ke tempatnya semula.Ikut berjongkok di samping Ayudhia, Arlo meraih gagang laci lalu bertanya, “Apa kamu tidak mau melihat isinya?”Ayudhia menoleh cepat mendenga

Hari berikutnya.Silvi melangkah masuk ke tempat spa yang biasa dia datangi bersama Sonia.Pandangannya mengedar, sampai tatapannya tertuju pada Sonia yang duduk di ruang tunggu sambil membaca majalah.“Sonia,” sapa Silvi saat melangkah menghampiri Sonia.Sonia menoleh ke arah sumber suara. Bibirnya tersenyum tipis menatap kedatangan Silvi.“Sudah lama, maaf ya, tadi agak kejebak macet,” kata Silvi sambil meletakkan tasnya di samping sofa sebelum duduk di sebelah Sonia.Sonia menutup majalah yang sedang dibukanya lalu membalas, “Tidak apa-apa, aku juga baru saja datang.”Silvi mengangguk. Dia melirik Sonia lalu berkata, “Kita bisa mulai perawatan, ‘kan?”“Iya, tenang saja. Aku sudah booking sejak semalam, tempatnya sedang disiapin sama terapis.”Silvi mengangguk-angguk.Setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya Sonia dan Silvi masuk ke ruangan yang sudah disiapkan terapis. Mereka hanya memakai handuk yang membalut tubuh saat berbaring di ranjang untuk mulai mendapatkan pijatan.Silvi m

Melihat ekspresi wajah Alina yang sedikit aneh, Arlo lantas bertanya, “Apa benar mereka sudah dihukum berat? Rasanya sangat tidak adil kalau orang-orang jahat seperti mereka hanya dipenjara saja.”Mendengkus kasar setelah bicara, Arlo kembali berkata, “Dipenjara saja masih diberi makan, mereka seharusnya mendapat hukuman lebih dari dikurung.”Mendengar apa yang diucapkan Arlo, Alina hanya diam, bahkan dia mengalihkan tatapannya sejenak dari Arlo sebelum kembali menatap dan berkata, “Yang terpenting mereka ditangkap dan tidak ada anak-anak kecil lainnya yang menjadi korban.”Arlo menatap sang mama yang mendadak bersikap aneh. Namun, dia mengabaikan lalu menghela napas kasar lagi.“Jika memang kondisinya begini, ya sudahlah tidak a

Tatapan Arlo berubah panik saat melihat Ayudhia yang meringis kesakitan. Dia melangkahkan kaki dengan cepat menghampiri, lalu meraih tangan Ayudhia yang dipegang Alina.“Ayu tidak sengaja ….” Apa yang akan dikatakan Alina terjeda saat melihat sikap putranya.Arlo langsung meraup tubuh Ayudhia ke dalam gendongan, membuat Alina dan semua pelayan di dapur terkejut.Ayudhia membulatkan bola mata dengan apa yang Arlo lakukan, kedua pipinya merona karena Arlo menggendongnya padahal dia bisa jalan.Menatap wajah Arlo yang panik tetapi berbalut rasa tak senang. Ayudhia mencoba bicara dengan nada lirih. “Aku bisa jalan, turunkan aku.”Diamnya Arlo membuat Ayudhia melipat bibirnya. Dia tak berani bicara dan membiarkan saja suaminya menggendongnya keluar dari dapur.Alina sendiri masih berdiri dengan rahang terbuka menatap sikap putranya yang sangat tak terduga. Mengatupkan kembali mulutnya yang sempat terbuka, Alina menoleh ke para pelayan dan berkata, “Bereskan sisanya.”Setelahnya Alina mengam

Siang hari.Arlo menemani Ayudhia pergi ke restoran untuk menemui Dimas.Mobil mereka sudah terparkir di area restoran. Ayudhia duduk dengan wajah tegang, bahkan tangannya saling meremat.Melihat Ayudhia tak segera melepas sabuk, Arlo memiringkan tubuhnya ke arah Ayudhia duduk lalu bertanya, “Apa ada masalah? Apa kamu mau membatalkannya saja?”Mendengar yang Arlo katakan, Ayudhia menoleh dengan cepat sambil menggeleng.“Tidak perlu,” katanya, “aku mau menemuinya hanya untuk tahu, apa yang mau dia katakan setelah lebih dari sebulan ini tak pernah menghubungiku atau menanyakan kabarku,” imbuh Ayudhia lalu memulas senyum tipis.“Dan, aku ingin memastikan satu hal, yang bisa membuatku bisa sedikit lega,” kata Ayudhia lagi.Arlo mengangguk pelan.Arlo keluar dari mobil terlebih dahulu. Dia kemudian melangkah ke pintu samping Ayudhia duduk, tepat saat istrinya itu baru saja keluar.Menggandeng tangan Ayudhia dengan erat, Arlo melangkah masuk menemani Ayudhia menemui Dimas.Di dalam restoran.