Alma berhenti membaca. Pandangannya kabur, huruf-huruf di layar bergoyang. Rian mengumpat pelan, kursinya terlempar ke belakang.“Gila! Ini nggak adil!” teriaknya.Suara itu memantul di dinding kaca.Gio tidak bicara. Ia hanya menutup matanya, menahan napas panjang, lalu berdiri pelan.“Gi, lo denger dan liat kan?!” Rian masih meledak. “Mereka buang kita kayak sampah! Padahal semua bukti—”“Udah, Rian.”Suara Gio tenang tapi keras. “Sekarang bukan waktunya marah.”Alma menatap keduanya. Air mata yang ia tahan sejak rapat kemarin akhirnya jatuh. “Tidak hormat…” bisiknya. “Itu artinya kita ditandai selamanya, Gi. Semua tempat kerja bakal tahu.”Gio menatapnya, tatapannya dalam tapi lembut. “Aku tahu. Tapi dengar, Alma. Yang di kasih tanda itu bukan kita. Mereka yang takut kebenaran.”Rian menyapu rambutnya kasar, berjalan mondar-mandir. “Gue sumpah, gue nggak akan diem aja. Gue masih punya log asli, Gi. Bukti itu bisa—”“Belum sekarang,” potong Gio cepat. “Kalo lo keluarin sekarang, mer
Last Updated : 2025-10-09 Read more