Home / Romansa / Dead&Queen / Bab 84 : : Ide Iseng

Share

Bab 84 : : Ide Iseng

Author: Ucyl_16
last update Last Updated: 2025-10-09 09:57:11

Alma berhenti membaca. Pandangannya kabur, huruf-huruf di layar bergoyang. Rian mengumpat pelan, kursinya terlempar ke belakang.

“Gila! Ini nggak adil!” teriaknya.

Suara itu memantul di dinding kaca.

Gio tidak bicara. Ia hanya menutup matanya, menahan napas panjang, lalu berdiri pelan.

“Gi, lo denger dan liat kan?!” Rian masih meledak. “Mereka buang kita kayak sampah! Padahal semua bukti—”

“Udah, Rian.”

Suara Gio tenang tapi keras. “Sekarang bukan waktunya marah.”

Alma menatap keduanya. Air mata yang ia tahan sejak rapat kemarin akhirnya jatuh. “Tidak hormat…” bisiknya. “Itu artinya kita ditandai selamanya, Gi. Semua tempat kerja bakal tahu.”

Gio menatapnya, tatapannya dalam tapi lembut. “Aku tahu. Tapi dengar, Alma. Yang di kasih tanda itu bukan kita. Mereka yang takut kebenaran.”

Rian menyapu rambutnya kasar, berjalan mondar-mandir. “Gue sumpah, gue nggak akan diem aja. Gue masih punya log asli, Gi. Bukti itu bisa—”

“Belum sekarang,” potong Gio cepat. “Kalo lo keluarin sekarang, mer
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dead&Queen   Bab 95 : Sistem lama

    Ruang kerjanya sunyi, Reina berdiri di depan jendela kaca, menatap gedung-gedung tinggi yang berjejer di luar sana. Matanya kosong, tapi tangan kirinya terus mengetuk meja—ritme kecil yang tak beraturan, tanda pikirannya sedang kacau. Suara pintu diketuk pelan. Ega masuk, membawa tablet. “Maaf ganggu, Mbak. Ada notifikasi aneh dari sistem lama.”Reina langsung menoleh. “Sistem lama?”“Iya. Server cadangan dua tahun lalu. Harusnya udah dinonaktifin. Tapi tadi pagi ada aktivitas masuk sekitar dua menit.”Darah Reina seolah berhenti mengalir sesaat.“Alamat IP-nya?”“Belum lengkap. Tapi kelihatannya bukan dari internal aktif. Kayak… user yang dulu pernah punya akses, tapi sekarang udah gak terdaftar.”Reina menatap Ega lama. “Rian.”Ega mengangguk pelan. “Kayaknya iya. Tapi dia gak mungkin bisa masuk kalau gak ada bantuan dari dalam.”Reina menarik napas panjang, lalu berjalan ke meja. Ia duduk perlahan, menyalakan laptop, membuka log monitoring. Benar saja — di sana ada jejak masuk sing

  • Dead&Queen   Bab 94 : Baris pertama kode untuk Skala

    File terbuka.Dan di dalamnya — deretan log asli dari proyek besar yang selama ini mereka dituduh memanipulasi. Waktu, tanda tangan digital, serta bukti perintah langsung dari akun manajer senior... milik Reina.Rian menatap layar itu lama. Setiap baris terasa seperti letupan kecil yang membakar semua kebohongan yang selama ini membungkus mereka.“Dia bohongin semua orang…” gumamnya.Suara sendiri terdengar asing di ruang sempit itu.Ia membuka tab baru, menulis pesan cepat ke Gio.“Gi, lu belum tidur kan?”“Dapet kiriman aneh dari server lama. Kayaknya dari Revan.”Balasan Gio datang cepat.“Beneran Revan?”“Ya. File-nya tentang laporan 2019. Reina yang tanda tangan asli.”Hening beberapa detik, lalu balasan muncul“Kalo itu valid, berarti ini tiket kita balik ke atas. Jangan buka lebih banyak dulu, tunggu gue besok.”Rian mengangguk sendiri. Tapi matanya tetap terpaku ke layar. Ia tahu Gio benar, tapi rasa penasaran di dadanya lebih besar daripada rasa takutnya.Ia klik file terakhi

  • Dead&Queen    Bab 93 : Revan?

    Rian memutus koneksi, mencabut kabel LAN dan router. Ruangan seketika hening lagi, hanya ada bunyi hujan dan napas mereka yang berat.Alma menatap mereka berdua. “Udah gak ada jalan balik, kan?”Gio menatap balik, kemudian tersenyum samar — lelah, tapi yakin.“Udah nggak ada. Tapi buat pertama kalinya… gue nggak takut.”Rian menatap keduanya, lalu berkata lirih, “Kalo mereka mau datang malam ini, kita tunggu aja. Kita gak kabur.”Alma tersenyum kecil, menatap dua orang di depannya.“Gue gak nyangka bisa sejauh ini bareng kalian.”“Belum selesai, Al,” balas Gio. “Besok pagi, dunia baru aja mulai baca cerita kita.”Malam makin larut. Di luar, sirene samar terdengar di kejauhan. Tapi di dalam gudang itu, tiga orang yang dulu dianggap pecundang kini sudah menulis ulang sejarah mereka sendiri — dengan keberanian dan sedikit keputusasaan yang sama besar.***Pagi itu tidak terasa seperti pagi. Langit berwarna abu pucat, seperti kertas yang sudah terlalu sering ditulisi kata-kata kemarahan.

  • Dead&Queen   Bab 92 : Buat Bu Henny

    Hening.Detak jam di dinding terasa terlalu keras.Reina menatapnya lama, lalu tertawa kecil — tawa yang tidak terdengar seperti manusia lepas beban, tapi seperti pisau ditarik dari sarungnya.“Jadi kamu kehilangan barang sebesar jempol, Ega?”“Dia mungkin sempat buang sebelum—”“Jangan kasih alasan.” Suaranya dingin, datar, tapi cukup tajam untuk membuat Ega menunduk.“Flashdisk itu satu-satunya hal yang bisa muter balik semua narasi yang udah saya bangun selama dua tahun.”Ia berdiri, berjalan ke arah jendela besar yang menatap kota. Lampu-lampu malam berpendar di kaca, dan wajahnya memantul di sana — bayangan seorang wanita yang sudah terlalu jauh untuk mundur.“Kalo mereka dapet itu… semua yang saya bangun bakal runtuh.”Ia menatap pantulan dirinya sendiri, lalu melanjutkan pelan, “Dan saya nggak akan biarkan itu terjadi.”Ega menatapnya dari belakang. “Mau saya lacak, Mbak?”Reina menoleh, matanya dingin. “Kamu pikir mereka bodoh? Flashdisk itu pasti udah di tangan orang yang mer

  • Dead&Queen   Bab 91 : Flashdisk dari Bu Henny

    Ia keluar ruangan dengan senyum sinis.Begitu pintu tertutup, Bu Henny langsung bergerak cepat. Ia membuka laci bawah meja, mengambil flashdisk kecil berwarna perak — salinan terakhir dari log manipulasi. Dengan tangan gemetar, ia menaruhnya di dalam dompet, lalu mengganti kartu ID-nya dengan ID tamu supaya tidak terdeteksi keluar tanpa izin.Kalau aku ketahuan sekarang, semuanya selesai.Di lorong, lampu-lampu menyala redup. Ia berjalan cepat, menyusuri jalur belakang menuju lift servis. Namun baru beberapa langkah, suara walkie-talkie terdengar di ujung koridor.“Target menuju sisi timur, lantai empat.”Darahnya berhenti mengalir sesaat.Jadi mereka udah tahu.Ia menunduk, menahan napas, lalu masuk ke ruang arsip tua yang pintunya sedikit terbuka. Dari balik rak penuh debu, ia bisa melihat dua petugas keamanan berjalan cepat melewati lorong.“Perintah dari Bu Reina langsung. Kalo ketemu, amankan komputernya,” kata salah satu dengan suara rendah.Bu Henny menunggu sampai langkah mere

  • Dead&Queen   Bab 90 : Buktikan

    Rian menatap layar ponselnya beberapa saat, lalu menghembuskan napas berat.Matanya jatuh ke papan tulis di dinding kamar. Tulisan besar BALAS yang dulu ia tempel kini mulai memudar warnanya. Ia tersenyum miring. “Kayaknya waktu buat nulis ulang kata itu udah datang.”Dengan spidol hitam, ia mencoret tulisan lama dan menggantinya dengan satu kata baru:BUKTIKAN.Di luar, hujan belum berhenti. Tapi kali ini, bagi Rian, suara hujan bukan ancaman — melainkan irama dari pertempuran yang akhirnya mulai seimbang.***Gudang itu kecil dan berdebu, terletak di sisi belakang gedung lama perusahaan — tempat dulu mereka sering numpuk barang promosi yang sudah tidak terpakai.Sekarang, tempat itu jadi ruang aman sementara. Cahaya matahari menembus jendela pecah, memantul di udara penuh debu. Gio datang paling awal, membawa thermos kopi dan map kecil. Tidak lama, suara langkah tergesa terdengar.Rian muncul duluan, wajahnya letih tapi matanya masih menyala.Alma datang beberapa menit setelahnya, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status