Ketika wajahku perlahan mendekati wajah Siti, pandangan mataku tiba-tiba menangkap sesuatu di belakangnya. Foto preweddingku dengan Tanika yang tergantung di tembok kamar mulai terlihat buram, tetapi perlahan-lahan menjadi semakin jelas. Senyuman Tanika dalam foto itu, tatapan lembutnya, seolah kembali mengingatkanku pada sesuatu yang lebih besar—lebih berarti—yang sedang kupertaruhkan.Aku terdiam, tubuhku kaku sejenak. Bayangan Tanika dari masa lalu menyeruak, menghentikan semua hasutan yang membakar pikiranku. Dengan tarikan napas panjang, aku memaksakan diriku untuk mundur dari wajah Siti. Perlahan, tangannya yang sedang mengusap tanganku dengan handuk kecil aku geser lembut, menjauhkannya.“Enggak apa-apa, Ti. Enggak panas kok,” ucapku, nadaku berubah, lebih tegas, tetapi berusaha terdengar tenang.
Last Updated : 2025-07-16 Read more