All Chapters of Bukan Mantan Biasa: Chapter 351 - Chapter 360

Saking kesalnya, Brielle membanting pintu saat keluar. Apa maksud senyum tipis Raka barusan itu? Apakah dia mengira Brielle masih peduli padanya? Mengira itu tanda cemburu? Kalau begitu, pria ini benar-benar berpikir terlalu jauh.Brielle harus mengakui, Raka memang masih bisa mengguncang emosinya dengan mudah, karena luka yang dia tinggalkan terlalu dalam.Karena tahu Raka akan menjemput Anya, tanpa sadar Brielle justru kembali tenggelam dalam pekerjaannya di laboratorium. Ketika dia melepas kacamata pelindung, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Brielle kaget dan buru-buru membereskan diri untuk pulang.Begitu sampai rumah, waktu sudah hampir pukul 21.40. Dia membuka pintu dan langsung mendengar suara tawa putrinya bercampur dengan suara Raka. Begitu Brielle masuk, Gaga segera bangkit menyambut majikannya."Mama!" Anya berlari memeluknya, wajah kecilnya terlihat sangat gembira malam ini."Nyona, sudah makan? Perlu saya masakkan sesuatu?" tanya Lastri dengan penuh perhatian.B

Saat itu, Devina berinisiatif mengambilkan sepotong foie gras dan meletakkannya di piring Raka."Brielle." Lambert membuka percakapan di sisinya, sambil menyodorkan seporsi hidangan kecil yang tertata indah. "Aku rasa ini cocok dengan seleramu.""Terima kasih." Brielle tersenyum menerimanya, sengaja mengabaikan tatapan yang melintas dari seberang meja.Tepat saat itu, Hubert bangkit memberikan sambutan. "Malam ini, kami sangat beruntung bisa mengundang para elite dari berbagai bidang. Selamat datang semuanya."Tepuk tangan pun bergemuruh. Para tamu mengobrol santai sembari menikmati hidangan lezat. Sesekali, ada yang bangkit mengangkat gelas untuk bersulang.Di sisi Raka, orang-orang yang datang menghampiri untuk bersulang lebih ramai dibanding yang lain. Seorang tamu yang tidak mengetahui hubungan Raka dengan Devina tanpa sungkan bertanya, "Apakah ini calon Nyonya Pramudita?"Devina menunduk dengan senyum tipis. Dia menopang dagunya dengan jemari, sorot matanya penuh manja menunggu Ra

Brielle kembali ke rumah, mengenyahkan emosi yang sempat dipengaruhi oleh Raline. Setelah mandi, dia langsung mulai memeriksa email. Dia punya dua alamat email. Satu untuk urusan laboratorium, satu lagi untuk mengurus hal-hal terkait perusahaan. Frederick selalu mengirimkan laporan rekap perusahaan setiap minggu dengan tepat waktu.Awalnya Brielle sama sekali tidak mengerti cara kerja dunia bisnis, tetapi Frederick selalu membuat laporan keuangan dengan sangat rinci, sehingga Brielle perlahan bisa memahami konsep dasar perusahaan. Lambat laun, dia juga mulai terbiasa membaca tabel-tabel rumit itu.Setelah selesai dengan urusan pekerjaan, jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Tanpa putrinya di sisinya, Brielle perlu mendengarkan sesuatu agar bisa tidur nyenyak.Biasanya, dia akan membeli rekaman kuliah dari profesor-profesor ternama dan memutarnya di telinga sambil perlahan terlelap.Keesokan paginya, Brielle tiba di laboratorium. Madeline datang menemuinya dan berkata bahwa Universi

Harvis tersenyum dan mengangguk. "Benar."Dia lalu membawa Brielle dan Cherlina naik ke ruang VIP di lantai dua. Saat itu, tim dari MD sudah lengkap, sementara dari Universitas Clamen hanya ada seorang kepala jurusan yang datang untuk menyambut.Brielle memperhatikan bahwa Raka belum tiba, jadi dia duduk dengan tenang. Namun, tak lama kemudian, seseorang yang baru kembali dari toilet melihat ke arahnya dan wajahnya seketika berubah masam.Ternyata itu Faye. Dia sama sekali tak menyangka bahwa dalam waktu singkat ruang VIP itu sudah kedatangan dua orang baru dan salah satunya adalah orang yang paling tidak ingin dia temui."Faye," sapa Cherlina lebih dulu.Faye duduk di sampingnya dengan tampak agak heran. "Kalian kok bisa ada di sini?"Cherlina lantas berbisik menjelaskan bahwa Brielle tadi menggantikan Louie untuk memberikan seminar di Universitas Clamen.Wajah Faye semakin suram. Belakangan ini dia memang lebih sering berada di kantor MD, sehingga tak terlalu mengikuti perkembangan d

Begitu Brielle kembali ke ruang VIP, dia mendapati semua orang kini memandangnya dengan lebih hormat. Rupanya saat dia pergi tadi, Thomas terus memuji nilai ilmiah dari makalah penelitiannya di depan semua orang.Tak lama kemudian, Faye kembali dengan ekspresi yang sudah kembali tenang seolah-olah tak terjadi apa-apa.Acara makan malam itu berlangsung dari pukul 6 sampai 8.30. Setelah acara berakhir, Raka dan rombongan bersiap pulang. Mereka datang dengan mobil. Dari Kota Clamen menuju Kota Amadeus butuh sekitar enam jam perjalanan darat.Total ada tiga mobil. Satu milik Jared, satu milik Raka, dan satu lagi milik Harvis. Saat mereka membagi tempat duduk untuk perjalanan pulang, Raka menatap ke arah Brielle, sementara Brielle justru berkata kepada Harvis, "Kak Harvis, aku ikut mobilmu ya.""Aku juga ikut mobil Kak Harvis," kata Cherlina.Faye sengaja meninggikan suaranya, seolah-olah ingin memastikan semua orang mendengar. "Kalau begitu, aku nggak akan berebut tempat dengan kalian. Aku