“Papa sehat kok, Rain. Kamu jangan khawatir Rain. Ya sudah, Papa udah di jalan, ya. Salam buat Gendis,” ucap ayah Rain di akhir pembicaraan dengan nada lembut. “Iya, Pa. Hati-hati di jalan, ya,” balas Rain sambil tersenyum kecil. “Iya, Rain,” jawab ayahnya singkat sebelum mematikan panggilan. Rain menatap layar ponselnya yang kini gelap. Hening. Ada sesuatu di suaranya tadi—lembut, tapi berat, seperti menyimpan arti yang belum terucap. Tiba-tiba, bel apartemen berbunyi. “Sayang...” panggil Gendis dari dalam kamar, suaranya lembut namun terdengar penasaran. “Sebentar,” jawab Rain. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Seorang sekuriti berdiri di depan, membawa bungkusan besar berisi makanan. “Terima kasih, Mas,” ucap Rain sambil tersenyum menerima bungkusan itu. “Sama-sama, Pak,” sahut sekuriti dengan sopan sebelum kembali ke posnya. Rain menutup pintu dan berjalan masuk ke kamar. Di sana, Gendis menatapnya penuh antusias. “Dari Papa?” tanya Gendis dengan mata berbinar, t
Last Updated : 2025-11-04 Read more