All Chapters of Cinta Perlahan Sang Pengacara: Chapter 71 - Chapter 80

"Boleh nggak, kita nggak usah pulang?""Boleh."Shea tertawa.Pagi pertama di Blue Mountains sangat menakjubkan. Udaranya sejuk, lumayan menusuk kulit, beruntung mereka sempat berbelanja pakaian hangat selama perjalanan. Dari balkon, Shea bisa melihat kabut tipis bergelayut di antara pepohonan eucalyptus, menebarkan aroma khas yang segar seperti bau minyak alami, mungkin berasal dari jutaan daun eucalyptus yang terpanggang sinar matahari.Pertama mereka menuju Echo Point Lookout, spot paling terkenal untuk melihat Three Sisters. Dari sana, lembah luas bernama Jamison Valley terhampar seperti samudra hijau, ditemani kicau burung lyrebird yang bisa menirukan suara ranting patah, beradu dengan bunyi kamera dari turis di sekitar mereka."Kayak lukisan, Bang." Shea tidak henti-hentinya memuji. Dalam hati dia merasa menyesal karena tidak membawa peralatan melukis. Tapi setelah pulang nanti, mungkin dia akan menyimpan dan menuangkannya di atas k

"Dia mau buat pameran untuk gaun pengantin rancangannya. Mungkin dia pengin lo datang juga ke sana." Jawaban Alisa tentang masalah kedatangan Kalina membuat hati Shea yang awalnya cemas langsung berubah prihatin. Nasihat suaminya kalau manusia sulit berubah ternyata benar. Padahal Shea sudah bela-belain mengejar deadline pekerjaan dari Livia, agar bisa segera bertemu dan membahas sesuatu yang dia pikir akan terdengar penting tapi hasilnya membuat Shea kecewa. Karena kenapa? Apakah Kalina hanya ingin membuat Shea semakin tampak kerdil karena akhirnya dia menang? "Maksudnya dikomersilkan juga nggak?" Akhirnya dengan menekan perasaan sesak dan dongkol Shea bertanya masuk akal. "Udah pasti, Mamanya punya butik, tinggal nunggu waktu sampai dia bikin itu gaun pengantin dan dipajang di butiknya." "Terus sekarang dia di mana?" "Gue juga jarang ketemu di kampus, dia cuma datang kalau lagi

Jerikho sudah terbiasa mendengar kabar Papa yang mendadak drop, jadi dia tidak terlalu memusingkan masalah itu.Kesehatan Papa selama setahun terakhir memang on-off. Lihat saja, dia baru bersikap sombong pada Shea ketika di Sydney tapi begitu mendarat di Jakarta rumah sakit langsung menyambutnya."Aku benar-benar minta maaf, Bang." Yang justru membuat Jerikho tidak menduga dia harus berpapasan dengan Adimas dalam perjalanan menjenguk."Kenapa minta maaf?""Shea pasti kesulitan."Sekarang dia baru paham?"Itu bukan salah kamu." Livia terdengar menginterupsi, membela adiknya. "Keguguran bisa karena banyak faktor, mungkin dia kelelahan selama ini, kerja, kuliah, mengurus rumah tangga. Aku sendiri akan memilih cuti kalau sedang berada di posisi perempuan itu."Yah, sayangnya Shea bukan kamu.Jerikho menelan ludah, menekan perasaannya dalam-dalam. Bukan perasaan yang dulu ia rasakan. Melainkan hanya keingan

Pelajaran menyetirnya gagal total, sepertinya Shea harus mendaftar kursus atau meminta Pak Aidan yang mengajarkan. Suaminya terlalu tegang, dia selalu khawatir Shea akan nabrak. Jadi begitu sudah duduk di kursi pengemudi Shea hanya boleh memutar-mutar stir seperti bocah dalam keadaan mobil sedang terparkir. "Makan siang di mana Mba?" Beruntunglah kantor lumayan hethic di hari berikutnya, jadi Shea bisa mengalihkan perhatian. "Lah, katanya kamu mau ke kampus?" Mba Naomi yang baru balik dari persidangan bersama suaminya balas berseru. "Dosen pembimbing akunya belum ada." Lagipula Shea masih harus merevisi sedikit moodboard desainnya yang terbaru sebelum benar-benar lanjut diskusi. Tapi di pertemuan terakhir Bu Winda menyambut ide Shea dengan gembira. "Nah, inilah Shea yang Ibu kenal. Optimis. Makasih ya karena kamu nggak menyerah." Begitulah kata Bu Winda tempo hari saat Shea ke kampus bertepata

"Mau aku beliin sarapan Mba? Kelihatannya lemas banget hari ini?" Mas Farhan, OB Mahendra menegur Shea di pantry ketika sedang mengaduk teh.Shea hanya menoleh sekilas lalu tersenyum lesu. "Makasih Pak, tadi udah sarapan kok di rumah."Memang benar Shea sempat menjejalkam roti tawar dan hanya duduk sendirian di kitchen. Jerikho kalau marah itu menakutkan, dia langsung pergi ke kantor tanpa pamit, bahkan tidak menanyakan apakah Shea ingin berangkat bersama.Alhasil Shea ke kantor diantar Pak Aidan, padahal tadinya Shea ingin meminta beliau untuk mengajarkannya menyetir, tapi suasana hatinya yang mendung ketika terbangun pagi ini, membuatnya mengurungkan niat tersebut.Sekarang dia belum bertemu lagi dengan Jerikho, karena suaminya itu sedang ada meeting dengan klien di luar."Maaf ya Mba Shea kalau saya lancang," lanjut Mas Farhan sambil berpura-pura mengelap meja panjang. "Apa benar Mba sudah menikah sama Pak Jerikho? Ini saya dengar dari