All Chapters of Cinta Perlahan Sang Pengacara: Chapter 61 - Chapter 70

“Kamu dengar nggak Jeri?” Pertanyaan itu terdengar di telinga Jerikho tapi dia seperti kehilangan fokus. Jerikho hanya mengerjap dan akhirnya mengangguk otomatis. Livia mendesah. “Kamu kenapa? Kalau nggak bisa malam ini kita bisa—” “Aku nggak bisa mengambil kasus ini.” “Jer.” “Terlalu beresiko,” tanpa menengok dari layar proyektor dengan pandangan menerawang, dia menambahkan. “Mr. Lenox memang terlibat melakukan pelanggaran, ini akan sulit.” “Tapi kamu sudah berjanji—” “Aku belum memutuskan apapun,” sela Jerikho tajam, menoleh pada Livia. Meja rapat mendadak menjadi hening. “Jangan mendesak, kalau kita kalah dalam persidangan, reputasi Mahendra juga dipertaruhkan, jadi lebih baik kita menghindar. Saat ini aku belum menemukan celah hukum untuk memenangkannya.” “Jujur ini bukan jawaban yang ingin saya dengar dari kamu. Tapi kalau memang keputusannya sudah final...” P

“Jadi Mama sama Sidra bisa pulang ini? Kamu beneran nggak butuh ditemenin?” tanya Mama, wajahnya serius menumbuk cabai karena beliau tidak bersahabat dengan blender yang katanya hasil sambalnya kurang maksimal. Shea mengangguk saja, mencomot tempe mendoan yang baru digoreng, lalu meletakkanya kembali karena masih panas. “Abang nggak mungkin bawa kalian. Aku juga udah nggak pa-pa.” “Perut kamu nggak ada sakit-sakit, Nduk? Kamu kalau kerja gimana?” “Biasa aja, Ma.” Shea ganti menyesap insufed water yang dibikin suaminya. Isinya blueberry, stroberi, lemon dan basil. “Aku malah senang jadi nambah teman.” “Gimana sama kuliah kamu? Bisa bagi waktunya antara kerjaan?” “Itu...” Mata Shea jelalatan, mulutnya mendadak kaku. Pertanyaan Mama sebenarnya mengandung rasa khawatir, karena meski tidak dimanja, tapi Shea sendiri belum pernah terjun langsung dalam dunia kerja selain pengalaman magang.

Shea tidak ingin mengerti, tapi dia mungkin memang ditakdirkan patuh. Perjalanan yang tadinya ingin diisi dengan produktif membaca jadi dipakai Shea untuk tidur.“Jangan bilang aku tidur sama Livia juga. Kalau gitu, mending aku nggak usah ikut.” Shea langsung menyindir ketika mereka mendarat tepat setelah ashar dan suaminya sedang check in kamar hotel.Dari balik kacamata hitam yang dipakainya saat mendarat, Jerikho mengernyit. “Kamu mau tidur sama dia?”“Abang malah nawarin?”“Then, nggak ada masalah.”Shea menarik embuskan napas sabar. Membuntuti suaminya bagaikan istri yang patuh, masuk ke kamar, melempar tas dan langsung pipis, sedangkan sesuai jadwal suaminya izin meeting di resto bawah.Beruntung pemandangan hotelnya cukup memukau dengan panorama kota Sydney yang tenang dan bebas polusi. Jadi Shea punya alasan buat foto-foto di kamar.“Pakai baju dinas yang lo bawa.” Alisa si laknat, memberinya saran ketika Shea cu

Keduanya adalah orang tua Jerikho. Tante Gina dan Papa Tony.Setelah hampir tiga bulan menikah, inilah pertama kalinya Shea bertemu mereka. Kesan perdana Shea, Tante Gina sangat mirip Adimas versi mengenakan makeup. Beliau bertubuh kurus dan mungil. Sementara Papa Tony, beliau seperti gambaran Gru yang ada di film Despicable Me. Tubuh bugar, rambutnya sudah menipis tapi rapi, dan matanya... Jika Jerikho punya mata yang nyaris tidak peduli, seakan tidak ada apa pun yang membuatnya tertarik, maka mata Papa Tony tampak menyelidik tajam.“Radit mengatakan kalau kalian baru saja memenangkan kode etik Armin dan kasus pelecahan Soerjo secara bersamaan. Itu pencapaian yang fantastis tahun ini.” Sebuah pujian dilontarkan Papa Tony di tengah dentingan suara sendok garpu.Shea melirik suaminya, mengukur reaksinya. Dan meskipun kata-kata itu diucapkan dengan penuh kebanggaan, tapi rahang Jerikho mengatup rapat.“Terima kasih Om, sebagai pengingat se

Shea berpikir akan menemukan dirinya dalam pelukan Jerikho dengan tungkai saling membelit. Lalu membuka mata dan menerima sapaan selamat pagi. Tapi yang dia dapatkan justru tangan dan kaki melintang memenuhi kasur dengan selimut yang tersingkap di paha. Lalu menyadari kalau dia sendirian. Shea miring ke kanan, lanjut tidur, terserah dengan suaminya, paling-paling Jerikho hanya ke bawah untuk sarapan. Syukur-syukur kalau dia mau membawakan Shea sarapan, atau Jerikho sedang olahraga di gym setelah apa yang mereka lakukan semalam. Mengingat itu bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Atau... suaminya sudah pergi ke kampus, bersama Ginting dan Livia. Shea mengernyit, khayalannya jadi terganggu, dia bergerak-gerak gelisah lalu perlahan membuka mata. Tangannya terulur meraba-raba nakas mencari ponsel, menyipit saat cahaya LED membutakan retinanya, dan melihat jam digital yang menunjukkan pukul sebelas pagi. Bagus, ja