Lahat ng Kabanata ng Terpaksa Menjadi GIGOLO : Kabanata 11 - Kabanata 20

Rendi saat itu terdiam, ia nampak menimbang-nimbang apa yang dikatakan oleh Tante Dewi yang menawarkan dirinya untuk melanjutkan menjadi seorang gigolo. "Tante, apa dengan cara itu aku bisa cepat mendapatkan uang banyak? lalu bagaimana caranya aku bisa jadi gigolo selamanya?" tanya Rendi yang masih bingung. "Tentu bisa, Ren. kamu pasti bisa mendapatkan semuanya dengan cepat, dan mengenai caranya nanti tante yang akan bantuin kamu, tante yang akan cariin temen-temen tante yang kesepian, yang butuh kepuasan. Karena jika kamu berhasil membuat mereka puas, mereka pasti akan ngasih uang banyak sama kamu, termasuk tante Yeni waktu itu," jawab tante Dewi menjelaskan. Rendi terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mulai paham dengan apa yang diutarakan oleh tante Dewi. Dengan demikian maka Rendi merasa mantap untuk mengikuti usulan yang disarankan oleh tante Dewi, yang akan membuat dirinya cepat kaya supaya bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna yang sampai saat ini masih merendahk

Lastri menatap heran kearah Rendi. Di satu sisi ia merasa penasaran karena Rendi yang senyum-senyum sendiri. "Ayok dong, Om. cerita aja, pake syarat-syarat segala," ucap Lastri kembali yang merasa semakin penasaran. "Iya harus lah, kalau kamu mau tahu sih, kamu harus memenuhi syaratnya," balas Rendi tersenyum, ia nampak sengaja membuat keponakannya itu penasaran. "Iya udah iya, apa syaratnya." Lastri kemudian menegaskan karena sangat penasaran kenapa Rendi terlihat bahagia pagi itu. "Nanti deh om kasih tahu, udah sekarang kamu sekolah aja, belajar yang giat," ucap Rendi sambil tertawa kecil. "Tuh kan gitu! Sekarang aja lah, Om. Bilang aja syaratnya apa. Kalau enggak di kasih tahu sekarang, nanti yang ada aku makin penasaran, terus aku enggak bisa ngerjain tugas sekolah karena kepikiran terus." Lastri nampak memprotes kembali. "Ya udah iya," balas Rendi yang kemudian meminggirkan mobilnya terus berhenti.Hal itu membuat Lastri kaget, ia menatap Rendi, merasa aneh dengan omnya it

Rendi masih terlihat tegang sekaligus heran dengan perlakuan baik dari kedua orangtua Lisna, namun ia mencoba untuk terlihat tenang dalam situasi saat itu. Hingga perlahan-lahan Rendi dan kedua orangtua Lisna ngobrol-ngobrol membicarakan perihal tanggal pernikahan, hal itu tentunya membuat Rendi sedikit kaget. Akan tetapi ia mulai tenang ketika mengingat dirinya kini sudah mempunyai penghasilan yang cukup besar. "Jadi begini, Ren. Pernikahan kamu sama Lisna akan di langsungkan sekitar enam mingguan lagi. Jadi bapak harap kamu harus siap untuk segera menikahi Lisna," ucap pak Anggara menatap penuh kearah Rendi. "Baik, Pak. Saya juga maunya seperti itu, dan pastinya saya siap, Pak," jawab Rendi dengan mantap, ia tersenyum di depan kedua orangtua Lisna.Mendengar ucapan Rendi yang terdengar sangat percaya diri, tentunya hal itu membuat kedua orangtua Lisna tersenyum dan mulai yakin sepenuhnya terhadap Rendi. "O iya, Ren. Kamu sekarang kerja dimana?" tanya pak Anggara yang penasaran.

Rendi terlihat kebingungan, namun ia hanya senyum-senyum sambil menatap tante Dewi. Melihat hal itu tante Dewi sedikit tertawa. "Kamu pasti abis mainin burung iya? Ngaku aja," ledek tante Dewi sambil sedikit tertawa. "Enggk, Tante. Sok tahu." Rendi mengelak karena malu. "Aduh, Ren. Kenapa sih kamu ngelakuin itu? Harusnya kalau kamu mau, kan kamu bisa bangunin tante. Pasti tante layanin kok," ucap tante Dewi sambil senyum-senyum. "Hehe, iya kan enggk enak, Tan. Tadi itu kan tante tidur, jadinya aku terpaksa main sendiri," jawab Rendi mencoba membuat tante Dewi percaya, Karana ia sangat takut jika sampai perbuatanya dengan Lastri diketahui. "Iya sih, ya sudah kamu mau istirahat atau bagaimana?' tanya tante Dewi menatap penuh kearah Rendi. "Istirahat lah, Tante." Rendi menjawabnya singkat kemudian tersenyum. "Iya bener. Kamu sekarang istirahat yang cukup, Ren. Besok ada temen tante yang minta main sama kamu, jadi kamu sebisa mungkin harus memuaskan dia," ucap tante Dewi memberitah

Rendi terlihat berusaha untuk terus membuat kekasihnya tenang. Walaupun sebenarnya ia merasa senang jika sampai benar kekasihnya itu hamil, akan tetapi ia merasa kasihan dan juga takut jika sampai kedua orangtua Lisna berbuat yang tidak baik untuk hubungannya dengan Lisna.Malam itu ia berusaha untuk terus membuat kekasihnya tetap tenang dan tidak panik, karena jika sampai begitu, tentunya akan membuat kedua orangtuanya curiga dengan keadaan Lisna yang terdengar mual-mual. Hingga akhirnya Lisna pun paham dengan ucapan Rendi.Di kediaman Lisna, terlihat orangtunya memasuki kamar anaknya itu karena mendengar suara Lisna yang sedang mengalami mual-mual. Melihat orangtuanya memasuki kamarnya, sontak Lisna berpura-pura untuk terlihat tenang. "Kamu kenapa, Lis?" tanya bu Ratna menatap putrinya. "Kayaknya aku masuk angin, Mah. Kecapekan juga sih dari kemarin banyak aktivitas," jawab Lisna mencoba meyakinkan orangtuanya. "Ya sudah nanti mamah ambilkan obat dulu yah, apa mau periksa aja ke