BERISI ADEGAN 21++ Rendi Satria, pria berusia 28 tahun yang memiliki postur tubuh yang ideal juga wajah yang tampan, hal itu menjadi daya pikatnya sangat kuat dan banyak perempuan yang terpesona akan ketampanannya. Namun Rendi sudah memiliki kekasih, yaitu Lisna. Perempuan yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua orangtua Lisna tidak menyetujui hubungan mereka lantaran saat itu Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap. Suatu hari Rendi ditawari pekerjaan untuk menjadi gigolo oleh tantenya sendiri. Maka dari itu Rendi bersedia demi bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna. Lantas apakah yang akan terjadi dengan Rendi? Apakah dia benar-benar akan menikahi pujaan hatinya? Atau Rendi akan berubah pikiran setelahnya? Simak dan ikuti kisahnya
view more"Lisna, cepat kamu temui Bayu sana! Dia sudah jauh-jauh datang ke sini, dan sudah menunggu sejak dari tadi," ucap Bu Ratna dengan nada menekan.
"Bayu siapa sih, Mah... Aku gak kenal. Lagipula buat apa dia ke sini?" balas Lisna, suaranya terdengar malas. "Lisna!" Suara bu Ratna langsung menekan. Matanya menatap tajam ke arah Lisna yang masih berbaring. "Bayu itu anaknya pak Guntur, dia itu bos besar yang sekarang sedang kerja sama dengan perusahaan papahmu!" "Terus apa hubungannya sama aku, Mah?" Lisna mengerutkan keningnya. "Dengerin! Mamah sama papahmu lebih setuju jika kamu menikah dengan Bayu daripada kamu dinikahi si Rendi. Karena mamah sama papah nggak mau kamu hidup sengsara nantinya!" Mendengar perkataan ibunya, Lisna tersentak. Dia benar-benar tidak menyangka kedua orang tuanya mengambil tindakan tanpa persetujuannya. Lisna tahu jika kedua orang tuanya sangat mengharapkan mempunyai menantu yang mapan dan berkelas. Namun, Lisna juga tidak bisa membohongi hatinya yang sangat mencintai Rendi. Lelaki yang menurutnya sangat perhatian dan bertanggungjawab. "Jadi maksud mamah, aku mau dijodohkan sama dia?" "Iya!" jawab bu Ratna. "Buat apa kamu menunggu keseriusan dari lelaki yang tidak punya pekerjaan! Mamah sama papah sudah yakin jika Rendi itu tidak akan bisa membahagiakan kamu!" "Mah," ucap Lisna lirih. "Tolong jangan bicara seperti itu. Mas Rendi pasti akan menikahi aku, Mah. Dia sendiri yang bilang, jika dia sudah menyanggupi jika harus menikahi aku dalam waktu dekat. Sesuai apa yang di-" "Cukup!" potong bu Ratna dengan cepat. "Kamu tidak perlu lagi membela lelaki itu! Mamah tau kamu mencintai Rendi. Tetapi kamu perlu mikir jika kebahagiaan itu bukan soal cinta saja! Apa kamu mau hidup sengsara? Mau hidup serba kesusahan? Jangan membantah lagi, sekarang kamu bangun dan temui Bayu! Mamah tunggu!" Dengan raut wajah yang nanar, bu Ratna kemudian meninggalkan kamar anaknya. Lisna hanya bisa terdiam dengan perasaan yang hancur. Dia tidak ingin menemui lelaki yang tidak dikenalnya. Akan tetapi, tekanan dari orang tuanya itu membuat Lisna merasa tidak punya pilihan lain, selain menuruti perkataan ibunya. "Apa yang harus aku lakukan? Kalo aku gak menemui lelaki itu, yang ada mamah sama papah bakal marah besar. Tapi, aku juga tidak mau menikah dengan pria yang tidak aku cintai," gumam Lisna. Matanya berkaca-kaca. Setelah beberapa saat. Lisna memberanikan diri keluar dari kamarnya untuk menemui lelaki yang tidak ia kenali sebelumnya. Perasaan canggung terus menyelimutinya. Saat ia keluar dari kamarnya, matanya tertuju pada sosok pria asing yang berpenampilan rapih layaknya Seong bos besar. Dia terlihat begitu akrab dengan pak Anggara dan bu Ratna. "Lisna," ucap pak Anggara sembari memberikan kode agar Lisna cepat mendekat. Terlihat jika Lisna benar-benar gugup, terlebih lagi karena pria itu menatapnya terus-menerus sambil tersenyum. Setelah Lisna duduk bersama, pak Anggara dan bu Ratna kemudian mengenalkan Lisna pada Bayu. Di saat itu, Lisan lebih banyak diam, bicara pun seperlunya saja, dan bahkan dia lebih sering menundukkan kepalanya. ** Satu jam setelah Bayu pergi. Lisna yang tidak mau dijodohkan dengan Bayu. Dia segera mengambil ponselnya dan secepatnya mengirimkan pesan pada Rendi agar bertemu di sebuah cafe. Perasaannya benar-benar kacau balau karena tindakan kedua orang tuanya. "Aku harus minta agar Mas Rendi secepatnya menikahi aku. Aku nggak sudi jika harus menikah dengan Bayu," gumamnya. Setelah mengganti pakaiannya, Lisna kemudian keluar. Namun langkahnya terhenti karena melihat bu Ratna sedang duduk di ruang keluarga. Terlihat bu Ratna langsung mengarahkan pandangannya ke arah Lisna yang keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapih. "Lisna. Kamu mau ke mana?" tegur bu Ratna. "Aku mau keluar, Mah. Ada janji sama temen-temen. Biasa mau makan-makan," jawab Lisna terpaksa berbohong. "Yakin?" Bu Ratna menatap tajam. "Jangan bilang kamu kamu akan menemui Rendi!" DEG! Jantung Lisna seakan berhenti sesaat mendengar ucapan ibunya. "Enggak, Mah. Aku mau kumpul sama temen-temen aja," ucap Lisna meyakinkan. "Owh, ya sudah. Jangan pulang malam!" balas bu Ratna dengan tegas. *** Sekitar 30 menitan. Lisna akhirnya sampai di sebuah cafe. Dia kemudian turun dari mobilnya, lalu bergegas masuk. Matanya melihat ke segala arah mencari kekasihnya. Namun saat itu Lisna tidak melihat Rendi ada di situ. "Mas Rendi kenapa belum nyampe, padahal tempat tinggalnya lebih dekat ke cafe ini?" gumam Lisna merasa heran. Dia kemudian mencari tempat yang nyaman, lalu duduk. Ketika Lisna baru saja duduk, terlihat Rendi masuk ke dalam cafe itu. Dari kejauhan dia langsung tersenyum setelah melihat kekasihnya. "Maaf yah, Sayang. Aku telat dateng," ucap Rendi dengan lembut, kemudian ia duduk. "Nggak apa-apa, Mas. Oya kenapa bisa telat, Mas? Biasanya paling cepet," balas Lisna heran. "Iya, tadi mobil lagi dipake sama tante, jadi aku ke sini naik ojol," jawab Rendi tersenyum. Jawaban itu membuat Lisna merasa iba. Di satu sisi, ia ingin agar Rendi bisa secepatnya menikahinya. Tetapi, di lain sisi, Lisna sadar jika kekasihnya itu sedang terpuruk setelah dikeluarkan dari perusahaan tempatnya bekerja. "Kenapa melamun, Sayang?" tegur Rendi yang membuat Lisna terperanjat. "Owhh... Nggak, Mas. Jujur aku kasian aja sama kamu, Mas." "Kasian kenapa sih, Sayang? Aku udah biasa kayak gini." "Emmm... Nggak kok, Mas. Ya kasihan aja masa cowok aku naik ojol," jawab Lisna terkekeh. "Ya nggak apa-apa dong, yang penting kan nyampe sini, hehe," timpal Rendi. "Oiya, tumben jam segini ngajak ketemu? Memangnya ada apa, Sayang,?" Seketika itu juga Lisna langsung terdiam. Dia tidak tahu harus memulai dari mana, karena melihat Rendi yang memang dalam kesulitan ekonominya. Akan tetapi, Lisna sadar. Jika dia tidak membahas tentang perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya, dia takut tidak bisa menikah dengan lelaki yang sangat ia cintai. "Mas, aku boleh ngomong sesuatu nggak?" Suara Lisna terdengar pelan dan begitu serius. "Sesuatu? Ya boleh lah, Sayang... Emang kenapa kok serius gitu mukanya?" Rendi menatap dalam-dalam wajah kekasihnya. "Mmm... Kamu beneran mau nikahi aku kan, Mas?" "Ya ampun, Sayang... Kenapa nanya itu lagi? Apa kamu masih tidak percaya sama aku?" balas Rendi pelan. "Bukan begitu, Mas. Aku percaya, banget malahan. Tapi..." Lisna menghentikan kalimatnya. Hal itu membuat Rendi mengernyitkan keningnya. "Tapi apa, Sayang?" tanya Rendi penasaran. Di saat itu Lisna seakan kesulitan untuk menceritakannya pada Rendi. Dia tidak mau jika pernyataannya akan menggores hati lelaki yang sangat dicintainya. Sedangkan Rendi hanya terdiam menatapnya dalam-dalam. "Sayang," ucap Rendi pelan. Ia menggenggam tangan Lisna dengan lembut. "Jika ada hal serius yang ingin kamu bicarakan, katakan aja." "Tapi mas Rendi nggak akan marah kan sama aku?" balas Lisna pelan. "Marah? Ya nggak bakalan lah, Sayang. Kamu tidak usah ragu, aku pasti akan mendengarkan dengan baik. Katakan aja, karena aku juga ingin tahu," jawab Rendi meyakinkan. Terlihat Lisna begitu tegang, tetapi dia berusaha untuk tenang. "Mas... Kamu tahu kan jika aku tuh sayang banget sama kamu? Dan jujur aku sangat ingin kita secepatnya menikah. Tetapi, ada hal yang perlu kamu tahu, Mas," ucap Lisna pelan. Matanya berkaca-kaca. "Apa itu, Sayang?" Rendi menggenggam erat tangan kekasihnya. "Orang tuaku tidak yakin sama kamu, Mas. Dan bahkan aku akan dijodohkan dengan lelaki pilihan mereka," jawab Lisna yang tanpa sadar, air matanya jatuh. DEGG! "Apa?" Rendi terbelalak. *****Karena merasa kelelahan Lisna terlihat tidak bisa apa-apa, tubuhnya berasa sangat lemas. Rendi yang melihat Lisna seperti itu, ia kemudian berbaring di sebelahnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Dilihatnya wajah Lisna yang berkeringat serta nafasnya yang berat.Saat itu Rendi benar-benar merasakan puas bisa menanam benih di rahim kekasihnya, ia sangat berharap bisa segera mempunyai anak hasil hubungannya dengan Lisna, walaupun mereka belum menikah, namun Rendi merasa percaya diri kalau dirinya bisa segera menikahi Lisna, wanita yang sangat dicintainya dari sejak masih sekolah SMP.Kini Lisna telah jatuh dipeluknya, dan mahkota kewanitaannya telah berhasil ia renggut. Akan tetapi, Rendi sudah berani bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya kepada Lisna. "Sayang ... Minum dulu, Sayang. Lemes banget yah," ucap Rendi sambil mengusap-usap rambut kekasihnya."Iya, Sayang. Aku lemas banget," jawab Lisna dengan nafas yang berat.Mendengar ucapan kekasihnya, Rendi kemudian bangkit l
Hehe. Punya lah, Sayang. Aku dikasih bonus sama paman, pokonya kerjaan ini uangnya cukup banyak, dan tentunya aku bisa kumpulin buat biaya pernikahan kita," jawab Rendi tersenyum, tangan kirinya memegangi tangan kekasihnya. Pada saat itu Lisna tersenyum, ia terdiam seolah tidak mau lebih dalam tentang pekerjaan kekasihnya. Lisna semakin merasa yakin dengan perkataan Rendi yang selalu membuatnya tenang. Karena semula Lisna ketakutan jika Rendi sampai tidak bisa menikahinya dalam waktu dekat, hal itu tentunya akan membuat kedua orangtuanya marah, dan terpaksa akan menjodohkan dirinya dengan pria lain. Lisna terdiam menatap penuh kearah kekasihnya yang nampak tersenyum bahagia sambil menyetir mobil itu. "Sayang. Kita ke hotel aja yuk," ucap Rendi mengajak. "Ke hotel? Mau ngapain, Mas?" Lisna terlihat kaget mendengar Rendi yang mengajak ke sebuah hotel. "Aku butuh kepuasan, Sayang. Aku ingin menikmati lagi tubuh kamu," jawab Rendi sedikit tertawa sambil mencubit lembut pipi Lisna.
"Hallo," ucap tante Dewi seteleh meletakan handphone itu di telinganya. "Iya, hallo. Loh kok tante yang angkat? Rendi kemana, Tante?" sahut Lisna dari sebrang sana, yang merasa heran. "Rendi lagi di kolam renang, Lis. Biasa dia kalau jam segini suka renang," jawab tanye Dewi yang kemudian bangkit dari duduknya lalu berjalan untuk menghampiri Rendi. "Sebentar yah, tante kasih samperin Rendi dulu," sambungnya. Beberapa saat kemudian tante Dewi memanggil yang sedang berenang menikmati segarnya air kolam. Rendi yang mendengar panggilan itu, ia kemudian bergegas untuk menghampirinya tante Dewi, Rendi kemudian naik dengan tubuh yang masih basah. "Ada apa, Tante?" tanya Rendi kebingungan "Ini Lisna yang telfon, nih," jawab tante Dewi sambil mengasongkan handphone itu. Rendi langsung meraihnya dan terus berbicara dengan kekasihnya itu. Sementara tante Dewi berjalan masuk kembali. Rendi duduk di kursi santai, ia terlihat senyum-senyum sendiri karena kekasihnya mengajaknya jalan. "
Rendi tidak henti-hentinya memainkan senjatanya walaupun perempuan itu sudah menepuk-nepuk pahanya, memberikan kode agar Rendi melepaskan miliknya. Setelah cukup lama, Rendi kemudian mengeluarkan miliknya dari dalami mulut perempuan itu. Terlihat jika dia seakan merasakan mual hingga tidak terasa matanya berkaca-kaca.Rendi tersenyum melihat perempuan itu, kemudian meminta untuk melebarkan kakinya, setelah itu ia mengarahkan mikiknya tepat di bibir mahkota milik Yeni. "Ren ... Pelan-pelan yah. Punya kamu gede banget," pinta tante Yeni memelas, nafasnya sudah tersengal-sengal. "Iya, Sayang ... Nikmati aja," jawab Rendi tersenyum menatap tante Yeni.Tidak menunggu lama lagi, Rendi dengan perlahan menekan senjatanya hingga masuk kedalam goa milik tante Yeni. Saat itu juga tante Yeni mengerang, ia meringis saat merasakan benda keras memasuki area mahkotanya. Namun Rendi menekannya hingga masuk lebih dalam. "Awwww... Ahhhh, Ren. Ahhhh," pekik tante Yeni mengerang, karena baru merasa
"Ya sudah begini saja, nanti kalau dia benar-benar mau, terus aku bisa hamil, aku akan kasih dia uang," ucap Tante Yeni seolah sudah merasa mantap dengan niatnya. Dengan kesepakatan itu, pada akhirnya Tante Dewi memanggil Rendi yang sedang santai-santai di pinggir kolam. Mendengar tantenya yang memanggil, Rendi kemudian bergegas untuk menghampirinya. Rendi berjalan menuju rumah tamu. Saat itu Rendi yang hanya mengenakan kaos dan celana boxer pendek terlihat sedikit malu untuk menghampiri tantenya, terlebih lagi ada tamu. "Ada apa, Tan?" tanya Rendi dengan raut wajah kebingungan. "Kamu sini duduk dulu," jawab Tante Dewi menyuruhnya duduk. Tidak banyak bicara lagi, Rendi kemudian duduk di sofa itu. Pada saat itu juga perempuan yang berparas cantik dan bertubuh molek ituu menceritakan maksudnya yang berkaitan dengan masalah yang dialami oleh temannya. Saat itu Rendi hanya terdiam memanggutkan kepalanya, namun Rendi sempat kaget begitu mendengar dirinya diminta untuk berhubungan ba
Dalam keadaan yang kacau balau, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar dan berhenti tepat di depan pintu. Lisna menoleh, degup jantungnya berdetak kencang. Dia sudah mengira jika itu pasti Bayu, sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponselnya karena tidak mau jika Bayu merampasnya.KLEK!Mata Lisna membesar mendengar itu, ketegangan itu seketika berubah saat melihat ternyata yang datang itu seorang pelayan hotel. "Maaf jika saya lancang, Nona. Saya hanya mengantarkan minuman ini," ucap pelayan itu dengan sopan.Lisna sempat terdiam beberapa detik, dan dia segera bangkit dari duduknya setelah menyadari itu kesempatan untuk bisa kabur dari jerat lelaki yang menurutnya tidak beres."Tidak apa-apa, Mas. Taruh aja minumannya di situ. Aku mau keluar, ada urusan penting," ucap Lisna sembari merapihkan pakaiannya dan langsung meraih tasnya.Pelayanan itu hanya mengangguk kemudian meletakkan dua botol minuman di atas meja kecil. Sedangkan Lisna buru-buru keluar dari kamar itu. La
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments