Mendengar ucapan Tante Dewi yang meminta dirinya untuk mempercepat gerakannya, Rendi pun segera menurutinya, karena ia juga mulai merasakan kenikmatan yang luar bisa dari jepitan goa tante Dewi yang mencengkram kuat. Hal itu membuat Rendi semakin bernafsu untuk memuaskan hasrat birahinya yang semakin memuncak. "Ahh... Enak, Sayang. Lagi Ren, yang kenceng. Awhhh." Tante Dewi sudah meracau, mendesah-desah merasakan kenikmatan yang luar biasa dari rudal perkasa milik Rendi yang berukuran besar.Saat itu juga Rendi terus mempercepat gerakannya, rudal itu menghujam keras di goa milik tante Dewi. Hingga membuat tante Dewi semakin mengeraskan desahannya, tidak lama kemudian tubuh tante Dewi mengejang, merasakan miliknya mengeluarkan cairan birahi. Rendi tersenyum sambil menghentikan gerakanya dan membiarkan tante Dewi yang menggeliat merasakan puncak kenikmatan. "Uhhhh ... Enak banget, Sayang. Tante udah keluar, ahhh." Tante Dewi benar-benar merasakan kenikmatan bercinta dengan keponakan
Rendi saat itu terdiam, ia nampak menimbang-nimbang apa yang dikatakan oleh Tante Dewi yang menawarkan dirinya untuk melanjutkan menjadi seorang gigolo. "Tante, apa dengan cara itu aku bisa cepat mendapatkan uang banyak? lalu bagaimana caranya aku bisa jadi gigolo selamanya?" tanya Rendi yang masih bingung. "Tentu bisa, Ren. kamu pasti bisa mendapatkan semuanya dengan cepat, dan mengenai caranya nanti tante yang akan bantuin kamu, tante yang akan cariin temen-temen tante yang kesepian, yang butuh kepuasan. Karena jika kamu berhasil membuat mereka puas, mereka pasti akan ngasih uang banyak sama kamu, termasuk tante Yeni waktu itu," jawab tante Dewi menjelaskan.Rendi terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mulai paham dengan apa yang diutarakan oleh tante Dewi. Dengan demikian maka Rendi merasa mantap untuk mengikuti usulan yang disarankan oleh tante Dewi, yang akan membuat dirinya cepat kaya supaya bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna yang sampai saat ini masih merendahkann
Karena merasa kelelahan Lisna terlihat tidak bisa apa-apa, tubuhnya berasa sangat lemas. Rendi yang melihat Lisna seperti itu, ia kemudian berbaring di sebelahnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Dilihatnya wajah Lisna yang berkeringat serta nafasnya yang berat.Saat itu Rendi benar-benar merasakan puas bisa menanam benih di rahim kekasihnya, ia sangat berharap bisa segera mempunyai anak hasil hubungannya dengan Lisna, walaupun mereka belum menikah, namun Rendi merasa percaya diri kalau dirinya bisa segera menikahi Lisna, wanita yang sangat dicintainya dari sejak masih sekolah SMP.Kini Lisna telah jatuh dipeluknya, dan mahkota kewanitaannya telah berhasil ia renggut. Akan tetapi, Rendi sudah berani bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya kepada Lisna. "Sayang ... Minum dulu, Sayang. Lemes banget yah," ucap Rendi sambil mengusap-usap rambut kekasihnya."Iya, Sayang. Aku lemas banget," jawab Lisna dengan nafas yang berat.Mendengar ucapan kekasihnya, Rendi kemudian bangkit l
Hehe. Punya lah, Sayang. Aku dikasih bonus sama paman, pokonya kerjaan ini uangnya cukup banyak, dan tentunya aku bisa kumpulin buat biaya pernikahan kita," jawab Rendi tersenyum, tangan kirinya memegangi tangan kekasihnya. Pada saat itu Lisna tersenyum, ia terdiam seolah tidak mau lebih dalam tentang pekerjaan kekasihnya. Lisna semakin merasa yakin dengan perkataan Rendi yang selalu membuatnya tenang. Karena semula Lisna ketakutan jika Rendi sampai tidak bisa menikahinya dalam waktu dekat, hal itu tentunya akan membuat kedua orangtuanya marah, dan terpaksa akan menjodohkan dirinya dengan pria lain. Lisna terdiam menatap penuh kearah kekasihnya yang nampak tersenyum bahagia sambil menyetir mobil itu. "Sayang. Kita ke hotel aja yuk," ucap Rendi mengajak. "Ke hotel? Mau ngapain, Mas?" Lisna terlihat kaget mendengar Rendi yang mengajak ke sebuah hotel. "Aku butuh kepuasan, Sayang. Aku ingin menikmati lagi tubuh kamu," jawab Rendi sedikit tertawa sambil mencubit lembut pipi Lisna.
"Hallo," ucap tante Dewi seteleh meletakan handphone itu di telinganya. "Iya, hallo. Loh kok tante yang angkat? Rendi kemana, Tante?" sahut Lisna dari sebrang sana, yang merasa heran. "Rendi lagi di kolam renang, Lis. Biasa dia kalau jam segini suka renang," jawab tanye Dewi yang kemudian bangkit dari duduknya lalu berjalan untuk menghampiri Rendi. "Sebentar yah, tante kasih samperin Rendi dulu," sambungnya. Beberapa saat kemudian tante Dewi memanggil yang sedang berenang menikmati segarnya air kolam. Rendi yang mendengar panggilan itu, ia kemudian bergegas untuk menghampirinya tante Dewi, Rendi kemudian naik dengan tubuh yang masih basah. "Ada apa, Tante?" tanya Rendi kebingungan "Ini Lisna yang telfon, nih," jawab tante Dewi sambil mengasongkan handphone itu. Rendi langsung meraihnya dan terus berbicara dengan kekasihnya itu. Sementara tante Dewi berjalan masuk kembali. Rendi duduk di kursi santai, ia terlihat senyum-senyum sendiri karena kekasihnya mengajaknya jalan. "
Rendi tidak henti-hentinya memainkan senjatanya walaupun perempuan itu sudah menepuk-nepuk pahanya, memberikan kode agar Rendi melepaskan miliknya. Setelah cukup lama, Rendi kemudian mengeluarkan miliknya dari dalami mulut perempuan itu. Terlihat jika dia seakan merasakan mual hingga tidak terasa matanya berkaca-kaca.Rendi tersenyum melihat perempuan itu, kemudian meminta untuk melebarkan kakinya, setelah itu ia mengarahkan mikiknya tepat di bibir mahkota milik Yeni. "Ren ... Pelan-pelan yah. Punya kamu gede banget," pinta tante Yeni memelas, nafasnya sudah tersengal-sengal. "Iya, Sayang ... Nikmati aja," jawab Rendi tersenyum menatap tante Yeni.Tidak menunggu lama lagi, Rendi dengan perlahan menekan senjatanya hingga masuk kedalam goa milik tante Yeni. Saat itu juga tante Yeni mengerang, ia meringis saat merasakan benda keras memasuki area mahkotanya. Namun Rendi menekannya hingga masuk lebih dalam. "Awwww... Ahhhh, Ren. Ahhhh," pekik tante Yeni mengerang, karena baru merasa