All Chapters of Liontin Pemikat Hasrat: Chapter 131 - Chapter 140

“Aizar, aku ingin mengulangi apa yang pernah kamu lakukan padaku,” ucap tuan putri setengah berbisik sambil menatap lekat pada Aizar yang berada begitu dekat di hadapannya.“I-iya, Tuan Putri…” balas Aizar balas menatap wajah tuan putri.Detik berikutnya, melihat tuan putri memejamkan mata, Aizar tak mampu lagi menahan diri. Perlahan ia mendekatkan bibirnya pada bibir tuan putri, keduanya pun saling memagut dengan penuh hasrat yang tak tertahan lagi. “Ahhh.. Aizarrr…” tuan putri mulai mendesah saat Aizar mulai menciumi lehernya yang jenjang dan putih itu, apalagi saat Aizar mulai mendekatkan wajah pada kedua bulatan di dadanya, ia tampak lunglai di pelukan Aizar.Kemesraan Aizar dan Putri Ungu di dalam telaga biru berlanjut di tepian telaga, Tuan putri merebahkan tubuh di atas rerumputan yang sebagiannya tergenang air, “Lakukanlah seperti yang pernah kamu lakukan dulu saat di istana,” pinta tuan putri terbaring pasrah.Tanpa ingin menyiakan kesempatan di depan matanya, Aizar lantas me

Aizar berjalan perlahan mendekati perkampungan orang bunian. Pertama yang dilakukannya adalah mengambil pakaian salah satu penduduk kampung yang dijemur di luar rumah. Untunglah baju dan celana serba hitam itu pas di badannya. Lalu, ia mendekati ke rumah ketua kampung yang sedang mengadakan pesta.Hingar bingar musik begitu kuat terdengar, rupanya sedang ada pertunjukan tarian. Di atas panggung tampak beberapa penari perempuan berpakaian minim sedang menari dengan lemah gemulai. Walaupun tanpa make up wajah-wajah wanita itu terlihat cantik alami dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai. Sementara di bawah panggung puluhan lelaki menonton sambil berjoget seirama dengan musik yang diperdengarkan. Kehadiran Aizar di tengah kerumunan orang itu sama sekali tidak ada seorang pun yang memerhatikan, semua mata orang-orang tertuju ke atas panggung. Namun, ketika Aizar melintas dekat sekelompok gadis, langsung saja mencuri perhatian mereka…“Hai ganteng… sinilah mendekat…” goda salah seor

Aizar dengan tegang duduk di bangku empuk hanya mengenakan celana boxernya, sementara Nyi Mas berdiri membelakangi persis di hadapannya. Lalu wanita bertubuh sintal itu kembali menari dengan gerakan erotis. Sepasang buah apel di bagian bawah tubuhnya tampak bergerak-gerak seirama gerakan tubuhnya. Melihat pemandangan itu tangan Aizar sudah gatal ingin menyentuhnya. Namun, lagi-lagi ia berusaha menahan diri, tidak ingin terlihat terlalu bernafsu, meskipun dalam dirinya telah mengebu-gebu ingin menyentuh tubuh Nyi Mas.Detik berikutnya ketiga wanita penari lainnya kembali mendekati Nyi Mas, lalu secara bersamaaan perlahan-lahan mereka menanggalkan bra dan celana dalam Nyi Mas. Gelora dalam diri Aizar kian bergemuruh melihat pemandangan seorang penari telanjang persis berada di depan dirinya, “Peganglah, Kang Putra…” ucap Nyi Mas saat ia mendakat bagian belakang tubuhnya pada Aizar. Aizar pun menuruti keinginan Nyi Mas yang masih membelakangi tubuhnya itu.Sepasang buah apel di belakang

"Pagi Pa Boss…” sapa Adirah dengan hangat sambil menundukkan sedikit badannya pada Aizar. “Mau langsung ke ruangan Pak Pram… atau mau langsung ke ruang kerja Pa Boss?” tambah gadis berponi itu menanyakan.“Jangan bercanda kamu Adirah. Sejak kapan aku punya ruangan?” tegas Aizar sambil mengerutkan kening.“Mulai hari ini, Pa…” jelas Adirah dengan sebaris senyum. “Tolong jangan bikin aku bingung, Adirah,” tegas Aizar sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.“Iya Pak, mulai hari ini Pak Aizar sudah punya ruangan kerja sendiri. Pak Pram sendiri yang menyiapkan ruangannya. Kalau mau ke sana sekarang, ayo aku antar, Pa,” jelas Adirah.Aizar dengan penuh rasa penasaran hanya mengikuti langkah gadis bertubuh mungil yang berseragam tosca di depannya masuk ke dalam lift.“Lantai 9,” Adirah menekan tombol angka di depannya.“Bukannya ruang perkantoran kita hanya sampai lantai 8? Jadi, kamu mau apa mengajakku ke atap gedung Adirah?” tanya Aizar keheranan.“Sabar ya, Pak, Nanti Pak Aizar

“Debby… buka pintunya, Nak!” ucap Cempaka saat ia sudah berpakaian rapi. Namun, setelah menunggu cukup lama anak bungsunya itu tidak merespons panggilannya. “Sebentar lagi Papa pulang, jadi kalau ada perlu apa-apa tinggal bilang ke Papa saja ya? Mama mau pergi sebentar menemani kakakmu,” tambahnya memberitahu Debby di dalam kamar.Sementara itu Aizar sudah menunggu di teras depan, ia tampak gagah menggunakan kemeja biru langit berbalut jas berwarna biru tua yang fit di tubuhnya. “Mau menunggu Om Sony pulang apa kita pergi sekarang saja, Mah?” tanya Aizar pada mamanya.“Tadi orang kantor bilang Papa sudah perjalanan pulang, kan?” tegas Cemapaka ingin memastikan.“Iya, barusan aku telepon, Tante Sisilia bilang begitu,” jelas Aizar.“Ya sudahlah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Lagi pula Debby sepertinya sedang tidur pulas, Mama pangil-panggil tidak menyahut,” putus Cempaka.Aizar dan mamanya pun sesuai jadwal berkunjung ke kantor Aiwa diantar Kang Kamal sebagai supir pribadi