All Chapters of Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam: Chapter 311 - Chapter 320

Seperti pada umumnya Elf, Sorrel tidak menyukai kegiatan membunuh maupun menyakiti makhluk hidup. Tapi sebenarnya Sorrel menyukai pertarungan yang seru. Tidak harus sampai berdarah. Asalkan melibatkan adu kemampuan otot dan otak, maka hal itu sudah cukup bagi Sorrel. Menurut Sorrel, pikiran makhluk apapun saat bertarung adalah sama. Pikiran yang penuh tekad, dan terpusat pada satu tujuan. Masing-masing sisi mengolah strategi dalam pikiran untuk memenangan pertarungan. Ini sangat menarik bagi Sorrel. Dia lalu membuat perbandingan strategi dalam kelapa masing-masing petarung, membuat perkiraan kira-kira siapa yang menang. Sampai akhirnya, melihat bagaimana strategi itu dipraktekkan dalam pertarungan. Hiburan unik yang hanya bisa dimengerti oleh Sorrel, hanya dia yang bisa membaca pikiran. Karena itu, sejak tadi wajahnya terpantau ceria. Sorrel sedikit menyayangkan saat Abel harus pergi bersama Rad, karena dia ingin melihat perkembangan cara Abel bertarung. Tapi dia paham rencana y

Suara berdebam saat Amory melemparkan kepala Nox ke dalam api, membuat Ben menoleh, dan melihat tubuh tanpa kepala dari Nox. Membuatnya menyadari jika satunya sekutu yang dia punya saat ini sudah hilang. Panik menyerbu, dan dengan tergesa, Ben menjejakkan kaki ke tanah membentuk sihir perpindahan. Ben sudah sangat paham jika tak mungkin lagi memenangkan pertarungan ini. Tidak dengan adanya Abel dan juga Bree yang membantunya “Jangan lari!” Terdengar seruan dari Bree. Dan ini membuat Ben menatapnya, sesaat sebelum menghilang. Segala apa yang terjadi tadi—kunci kedudukan pertarungannya dengan Abel, menjadi berubah semenjak Bree ada. Dan kenyataan jika Bree bisa menyerangnya adalah yang paling mengagetkan. Ben lebih mengenalnya sebagai wanita biasa yang kebetulan menjadi istri Rad. Wanita yang memunculkan niat dalam diri Ben untuk membuatnya menjadi korban. Sayang, Bree tidak tersentuh. Bree tidak tergoda dengan segala rayuan yang dia coba lontarkan. Bree menanggapi dengan ding

“YOUR GRACE!” Pekikan terkejut menyambut mereka saat Rad melangkah masuk ke dalam kastil. “Kenapa gelap sekali?” Bree yang memprotes. Dia nyaris tidak bisa melihat saat Campy berlari menyambut mereka. “Saya pikir tidak akan pernah melihat Anda lagi. Saya mencoba untuk mencari ibu Anda, tapi beliau tidak ada juga.” Campy sekarang setengah meratap. Dia pasti khawatir sekali selama ini. “Jika kau mengkhawatirkan ibuku, dia baik-baik saja. Tapi sekarang aku tidak tahu dia kemana." Rad menyahut dengan sedikit kesal. “Bukan begitu, Your Grace. Saya mencari kesana karena ingin menolong Anda. Berharap beliau akan menolong Anda.” Campy membantah, lalu membungkukkan kepala. “Dia memang menolongku, tapi ceritanya panjang. Untuk sekarang, aku tidak bisa menceritakannya padamu. Aku lelah,” kata Rad dan "Tentu. Anda harus beristirahat dulu." Campy mengangguk "Kau belum menjawab pertanyaanku, Campy. Kenapa semuanya gelap" ulang Bree Bree sedikit kesal karena, merasa sudah cukup tersandu

Setelah kembali dari ruang waktu yang aneh milik Ara itu, Bree terkadang merasa kebingungan tentang kapan dan dimana dirinya berada saat bangun tidur. Insting tubuhnya untuk merasakan waktu sedikit kacau. Kali ini juga sama. Bree terbangun dan langsung duduk dengan terperanjat. Merasa melakukan kesalahan, padahal tidak sama sekali. Tidak kesiangan atau apapun. Dia tak punya janji apa-apa hari ini. “Ada apa?” Rad yang ada di sebelahnya, ikut terbangun, merasakan gerakan tiba-tiba dari Bree. “Tidak ada. Maaf. Aku hanya terkejut.” Bree memandang sekitar kamarnya yang remang-remang. Hari sudah pagi, dan sepertinya cuaca mendung seperti biasa. Bree lalu merebahkan diri kembali. “Mimpi buruk?” tanya Rad, sambil menarik Bree mendekat, dan merapatkan selimut yang menutupi mereka. Meski tidak direncanakan, apa yang ada di benak mereka sama. Mereka ingin kembali tidur. Segala kejadian beberapa hari ini, tidak cukup hanya ditebus dengan tidur semalaman. “Tidak. Hanya terkejut saja. Aku ta

Abel muncul dengan wajah yang masih tampak sangat letih, dan sulit sekali membuka mata. Beberapa kali mengusap wajah dan matanya, sebelum bisa terbuka. Dan baru kali ini Rad melihat Abel begitu kesal. Abel ternyata tipe orang yang tidak ingin diganggu saat dia sedang tidur, karena ramah dan sabar yang biasanya selalu menghiasi wajahnya, kini tidak tersisa. Tapi Rad juga melihat Abel bertelanjang dada, hanya celana panjang saja. Dia berantakan yang pasti. “Apa ada yang penting sampai kalian harus bertengkar di sini?!” Abel kembali membentak, sambil menyandarkan tubuh pada kusen pintu. Awalnya dia menatap Rad yang berdiri lebih jauh, lalu matanya turun menyadari ada makhluk lain di dekatnya. Lawan Rad berdebat ternyata berdiri sangat dekat dengannya. “WOAA!” Mata Abel melebar sempurna —bahkan lebih lebar dari yang biasa, saat melihat semua dengan jelas. Dia langsung mengenali Amory, tapi masalahnya bukan sosok Amory. Dari depan—yang Rad lihat, tubuh Amory tertutup semuanya, tap