Pukul 12 malam. Jarum jam menunjuk tepat di angka dua belas. Diana menelan ludah, jantungnya berdegup seperti genderang perang. Kakinya terasa seberat timah, tapi ia paksa melangkah menelusuri lorong panjang yang sunyi. Bayangan lampu dinding memantul di dinding hitam, seakan menertawakannya. Satu per satu pintu ia coba buka. Pintu pertama—kosong, penuh buku berdebu. Pintu kedua—ruang kosong dengan ranjang berselimut merah, sepi. Hingga kini ia berdiri di depan pintu ketiga. Tangannya terangkat, siap mengetuk, tapi kembali turun. Ragu menusuk dadanya. Ia menarik napas dalam, berusaha menstabilkan detak jantungnya. Tok! Tok! Diana menggigit bibir, menanti jawaban, namun beberapa saat tak ada suara apapun. Ia mengetuk sekali lagi.Tok! Tok! Dan tiba-tiba krieett! Dan sedetik kemudian, pintu terbuka menampilkan seorang pria bertelanjang dada. Bram. Diana menahan napas, wajahnya seketika memanas. “Masuklah.” Suara berat itu menusuk telinganya. Diana melangkah dengan kaku, ud
Last Updated : 2025-08-23 Read more