Share

Bab 28

Penulis: Nn_Effendie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 15:20:38
Matahari sudah cukup tinggi ketika Diana akhirnya berhasil bangun lagi. Tubuhnya masih terasa letih, tapi Bram sudah lebih dulu menariknya untuk turun ke ruang makan.

Meja makan itu panjang, dengan taplak putih bersih dan peralatan makan berkilat rapi berjajar. Piring porselen putih di hadapan mereka hanya berisi menu bermacam-macam sup hangat, ayam panggang, beberapa olahan ikan dan potongan buah segar. Terlihat mewah bagia Diana yang terbiasa makan dengan orek tempe, aroma masakannya menusuk hidungnya, nikmat dan berkelas khas rumah besar dengan chef profesional.

Namun anehnya, ruang makan yang luas itu terasa kosong. Hening.

Tidak ada maid yang berbaris di sisi ruangan seperti kemarin, tidak ada bodyguard yang lalu-lalang menjaga. Hanya mereka berdua. Sunyi begitu kental hingga suara sendok menyentuh piring terdengar terlalu jelas.

Diana duduk agak menunduk, berusaha makan dengan tenang, meski tangannya sedikit gemetar. Sementara Bram duduk tegap di ujung meja, menikmati mak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 29

    "Cara apa yang harus ku lakukan untuk mendapatkan liontin itu." "Dan, di mana Reza menyimpan liontin itu." "Apakah mungkin di rumah ini? Tapi di mana?" Diana berputar-putar menatap sekeliling kamar. Otaknya berpikir keras mencari di mana letak liontin itu. "Bodoh. Bahkan bentuk liontin itu aku tidak tahu." Diana memukul kepalanya. "Lalu bagaimana caranya bisa tahu dan mencarinya?" Bahkan ia lupa bertanya pada Bram bentuk dan bagaiaman liontin itu. Tangannya membuka lemari, lemari yang dulu ia acak-acak kini kembali ia bongkar. Ia tak peduli pada tubuhnya yang terasa lelah remuk redam. "Di mana ya?" gumam Diana sambil menarik tumpukan pakaian Reza. Walaupun baju mereka dalam satu lemari yang sama namun tidak jadi satu tempat. Dan hanya lemari itu Diana mengijinkan Reza menyimpan barang yang sama ndgsna Diana. Dikarenakan mereka cukup lama pisah ranjang, lebih tepatnya sejak Reza berubah menjadi brengsek dan tak tahu diri itu. Bahkan ia tak peduli jika pria itu sakit bad

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 28

    Matahari sudah cukup tinggi ketika Diana akhirnya berhasil bangun lagi. Tubuhnya masih terasa letih, tapi Bram sudah lebih dulu menariknya untuk turun ke ruang makan. Meja makan itu panjang, dengan taplak putih bersih dan peralatan makan berkilat rapi berjajar. Piring porselen putih di hadapan mereka hanya berisi menu bermacam-macam sup hangat, ayam panggang, beberapa olahan ikan dan potongan buah segar. Terlihat mewah bagia Diana yang terbiasa makan dengan orek tempe, aroma masakannya menusuk hidungnya, nikmat dan berkelas khas rumah besar dengan chef profesional. Namun anehnya, ruang makan yang luas itu terasa kosong. Hening. Tidak ada maid yang berbaris di sisi ruangan seperti kemarin, tidak ada bodyguard yang lalu-lalang menjaga. Hanya mereka berdua. Sunyi begitu kental hingga suara sendok menyentuh piring terdengar terlalu jelas. Diana duduk agak menunduk, berusaha makan dengan tenang, meski tangannya sedikit gemetar. Sementara Bram duduk tegap di ujung meja, menikmati mak

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 27

    Perlahan, kelopak mata Diana terangkat. Pandangannya langsung tertumbuk pada dada bidang yang tengah merengkuhnya erat. Hangat. Nyaman. Dan… terlalu dekat.Ia terdiam sejenak, membiarkan telinganya menangkap dentum jantung Bram yang berdetak stabil di dadanya. Lengan kokoh pria itu melingkar di pinggangnya, membuatnya tak bisa bergerak kemana-mana. Pipi Diana memanas, semburat merah menjalar hingga telinganya.'Nafasnya begitu teratur… bahkan hembusannya saja bisa membuatku gugup begini.'Matanya pelan-pelan mengangkat kepala, menatap wajah Bram yang masih terpejam. Rambut hitam pria itu sedikit berantakan, garis rahangnya tegas, dan ada sedikit sisa lelah di rautnya. Namun justru di situlah letak ketampanannya wajah pria dewasa yang baru saja memberikan malam panjang tak terlupakan.Diana menahan napasnya. "Ya Tuhan, bagaimana bisa ia terlihat lebih tampan saat tidur begini?" Bibirnya bergerak tanpa suara, seperti ingin tersenyum tapi malu sendiri.Ia mencoba menarik tubuhnya menjauh

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 26

    Diana menelan ludah kasar. Lidahnya mendadak kaku dan mata yang tak bisa mengalihkan dari pemandangan itu.Otaknya mendadak kosong.Mainkan?Seperti makan lolipop?Apakah itu artinya dia harus memasukkan benda itu ke dalam mulutnya? Benda besar dan sepanjang itu?Diana bergidik ngeri saat melirik lengannya yang sama dengan senjata Bram.Pria itu duduk angkuh, menatap Diana yang dilema. Raut tak sabar terpancar di wajah Bram.“Cepat, Diana!”Diana tersentak, tangannya sigap memegang benda itu.Panas dan keras. Wajahnya memerah.Ia melirik Bram dengan keraguan besar, namun pria itu mengedikan dagu, seolah berkata mainkan! tanpa sedikitpun menerima bantahan.Diana menarik napas panjang, namun yang terasa aroma berbeda merasuk ke dalam hidungnya. Entah apa ia harus menyebut itu, tapi ia tahu aroma itu berasal dari kejantanan Bram yang perlahan mengeluarkan cairan bening di ujungnya.Ia menjulurkan lidah, menjilat benda keras itu dengan jantung berdegup kencang. Tanpa ia sadari, tangannya

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 25

    Tanpa memberi kesempatan menjawab, Bram tiba-tiba menarik tengkuk Diana dan menyatukan bibir mereka. “Mmhh—!” Diana spontan berontak. Tangannya menekan dada Bram, berusaha menjauh. Namun tenaga besarnya seperti tembok kokoh yang tak tergoyahkan. Bram melumat bibir Diana dengan kasar, tak memberi celah sekecil apa pun untuknya bernapas. “T-tunggu…” suara Diana teredam, tubuhnya bergetar. Napasnya terengah-engah ketika akhirnya Bram melepaskan tautan itu. Wajahnya memerah, bibirnya berdenyut perih, matanya memandang tajam penuh amarah. “Kau… hampir membunuhku!” bentaknya sambil mengusap bibir yang basah. Alih-alih merasa bersalah, Bram hanya terkekeh. “Mungkin… tapi bukankah suatu kehormatan mati di bawah kungkunganku?” Urat di leher Diana menegang, tubuhnya merinding. “Gila!” Bram mengangkat bahu santai, lalu menarik Diana hingga berdiri. Tubuhnya hampir limbung jika saja pria itu tak menahan pinggangnya. Kini mereka begitu dekat, tubuhnya di himpit diantara meja. D

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 24

    “Pembunuh?” ulang Diana berbisik. Ia menunduk menatap tanganya yang tiba-tiba bergetar hebat. “Ya,” Bram menjawab datar. “Bukankah aku sudah tunjukkan videonya kemarin?” Diana mengangguk pelan, lalu Bram kembali bertanya. “Kau… kau tak tahu siapa pria itu?” Diana menggeleng, bibirnya kering. “Salah satunya adalah suamimu.” “TIDAK! TIDAK MUNGKIN!!” Diana menatap Bram dengan napas memburu. Reza memang bukan suami yang baik. Dia brengsek, kasar, bahkan tak pernah benar-benar menganggapnya istri. Tapi membunuh orang? Tidak. Itu terlalu jauh. Ia mengenal Reza… setidaknya, ia yakin begitu. “Apakah bukti itu masih kurang valid?” Bram tiba-tiba menjambak rambut Diana, memaksa wajahnya mendongak. “Shhh… sakit!” jerit Diana, tangannya berusaha melepaskan cengkeraman itu. “Kau tahu, aku sudah menunggu 15 tahun untuk calon pewaris

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status