Keheningan yang mengikuti terasa berbeda—bukan lagi canggung, tapi penuh antisipasi.Langkah kaki terdengar menuruni tangga, dan Irwan muncul di dapur, sudah berpakaian rapi untuk bekerja. Maya secara otomatis menjauh sedikit, tangannya refleks menutup hidung."Sorry, Say," kata Maya dengan suara teredam dari balik tangannya. "Parfumnya...""Oh, sori," Irwan mengambil jarak, tampak kecewa tapi berusaha memahami. "Aku lupa kamu sensitif banget sekarang.""Saya permisi dulu, Pak, Bu," Pak Karyo berkata sopan, bersiap meninggalkan dapur."Sebentar, Pak Karyo," Irwan menghentikannya. "Saya mau bicara sebentar sebelum berangkat." Dia menoleh pada Maya, "Sayang, sepertinya untuk beberapa minggu ke depan, Pak Karyo yang lebih cocok ngurusin kamu. Kamu nggak keganggu sama baunya, kan?"Maya menggeleng. "Nggak sama sekali. Aneh ya, aku malah nyaman sama Pak Karyo.""Baguslah," Irwan m
Terakhir Diperbarui : 2025-10-24 Baca selengkapnya