All Chapters of Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas: Chapter 61 - Chapter 70

Pagi menyapa kediaman perdana menteri lewat kabut tipis dan tetesan embun yang menghiasi dedaunan. Saat udara masih sangat dingin, para pelayan sudah sibuk menyiapkan berbagai hal. Mulai dari membersihkan pispot para majikan, menyiapkan air pembasuh muka dan makanan. Ada juga yang sibuk menyuci sambil menyesali hari yang terlalu cepat berganti. Ketika mentari akhirnya mengintip malu-malu di balik ranting pepohonan yang mulai mengering, Ming Lan berjalan menuju kediaman nyonya tua. Wajahnya yang cantik tetap tenang tanpa riak. "Selamat pagi, Ibu. Semoga kesehatan anda baik-baik saja."Nyonya tua menanggapinya dengan gumaman yang sukar diartikan. Matanya setengah terpejam, seperti belum sadar sepenuhnya. Meski sambutan ini dingin, Ming Lan tak terpengaruh. Sosok tenangnya lama-lama membuat nyonya tua tak nyaman. Dia memberi isyarat pada pelayan Liu. Wanita paruh baya itu melangkah ragu. Tak ada lagi sosok angkuh yang pernah di

Selicik apapun, Lin Yue tetaplah gadis remaja. Matanya menatap nanar terhadap penghakiman di wajah semua orang, sebelum melirik ibunya yang menggeleng pelan. "A--aku tidak begitu. Aku... .""Masih berbohong?" tuntut Ming Lan tak terima. "Kalau bukan karena Anggrek begitu sigap menarikmu tadi malam, sudah pasti keluarga kita jadi buah bibir sekarang."Dibawah tatapan nyonya utama, Lin Yue akhirnya menyerah. Tubuhnya merosot ke lantai, bersujud. "Maaf ibu, sa--saya memang salah. Ta--tapi saya hanya berniat membantu tuan Wang.""Kalau pun dia tenggelam, seharusnya gadis sepertimu memanggil pelayan. Bukan berdua-duaan dengan laki-laki yang merupakan suami orang," potong Ming Lan dingin. Terhadap nasib Lin Yue, sukar bagi Ming Lan untuk iba. Gadis semuda ini sudah bersiasat dan berbohong hanya demi jabatan dan harta. Tidak salah bila seseorang berniat mengubah nasib, tapi jika sampai mengorbankan keluarga sendiri, bahkan

Kabut tipis masih menyelimuti xiangfu, sementara tetes air menghiasi sisa pepohonan yang kini gundul setelah melewati musim gugur. Dinginnya pagi yang menusuk, bikin serangga pun enggan terbang. Dalam ruangannya, Ming Lan merapatkan diri dalam dekapan selimut hangat. Jam segini perutnya sudah mulai mengerang, minta diisi. Musim dingin tak pernah menyenangkan. Selain udara beku yang membuat siapapun jadi malas, perut juga lebih cepat lapar. "Lan'er, kau kedinginan?"Suara berat suaminya membuat Ming Lan berhenti menggosok-gosok tangan. Matanya jelas tak bisa lagi terpejam."Siapa yang tidak? Musim dingin kali ini sepertinya lebih parah."Menyadari bahwa Fei Yang sudah bangun, membuatnya enggan berlama-lama di ranjang, terlebih setelah percakapan ambigu semalam. "Aku keluar sebentar. Mau memeriksa apa saja yang mereka sajikan untuk sarapan."Pelayan ternyata sudah menyiapkan makanan yang padat gizi untuk sarapan. Ada bu

Suasana berlangsung alot di ruang pertemuan agung, sebab para menteri terbagi dalam dua faksi. Ada yang menginginkan perdana menteri segera dicopot jabatannya, ada juga yang meminta kaisar menunggu kedatangannya. "Yang mulia, kita tak mungkin menunggu lebih lama. Saat ini situasi sudah makin genting. Banyak rakyat yang menunggu bantuan di luar sana," ujar sekretaris negara meyakinkan. "Fuhuang (ayah kerajaan), apa yang dikatakan sekretaris benar adanya. Satu orang pejabat apa artinya dibanding nyawa ribuan rakyat. Perdana menteri bukan hanya gagal melakukan tugas, tapi juga melarikan diri. Sampai sekarang tak ada yang tahu dimana beliau berada.""Benar baginda. Jangan sampai kesalahan satu orang, membuat rakyat makin menderita. Sebaiknya, kediaman perdana menteri juga harus segera diselidiki." Menteri Kehakiman ikut menambahkan. Dikelilingi banyak orang, kaisar selalu merasa sendirian. Orang-orang ini selalu bersiasat demi kepentingan mereka se

Sidang di istana ternyata punya pengaruh dengan kediaman perdana menteri. Sekitar tengah hari saat penghuni rumah sibuk dengan kegiatan masing-masing, utusan dari istana datang membawa sebuah dekrit. Semua anggota keluarga Chu, mulai dari Nyonya tua sampai putri termuda yang dilahirkan Kecubung, bersujud di pelataran luar. Kasim Hong selaku ketua utusan, menatap dingin. "Panggil Chu furen kemari. Harus beliau yang menerima dekrit ini."Nyonya tua saling tatap dengan Yang Yan. Kualifikasi apa yang dimiliki Ming Lan hingga dikenal Kaisar? Beliau tak punya waktu berpikir lebih lama. Wajah sangar kasim Hong memaksanya bergegas memanggil menantu yang belum pulang dari restoran Yunxi Lou. Ketika Ming Lan akhirnya sampai di kediaman, nyonya tua bergegas menyuruhnya bersujud. "Hua Ming Lan, istri dari perdana menteri Chu dan putri keluarga Hua, bijaksana dan berbudi luhur. Atas mandat langit, zhen menganugerahkan kepadanya gelar wan