Tak ada percakaoan dan tak ada yang memulai percakapan. Mungkin saja, semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Fatih berkali-kali mencium punggung tanganku, memastikan jika aku baik-baik saja. Meski otakku masih penuh dengan berita itu. Ternyata memang besar dampaknya. Bayu, yang duduk di depan bersama Bram, juga tak banyak bicara. Mereka lebih banyak diam, dengan wajah yang sama-sama mengeras. Begitu kami tiba di rumah, suasana tegang langsung menyambut. saat kulihat Kakek Pranata, Tante Arini, dan Pak Ibrahim sudah menunggu kami di ruang tengah. Wajah mereka tak kalah serius. Jelas berita itu sudah sampai ke telinga mereka."Kami sudah melihatnya,” kata Kakek Pranata begitu kami masuk, suaranya terdengar berat. “Ini jelas serangan terencana!" Belum sempat kami duduk atau menjawab, seorang ART datang dari arah depan dengan sedikit gugup. “Maaf, Kakek, Tante, em... Mas, Mbak.Safira. Ada tamu yang datang. Katanya urusan penting.” Mungkin dia telah diperintah untuk menola
Last Updated : 2025-10-25 Read more