All Chapters of Legenda Pendekar Biru: Chapter 671 - Chapter 680

Buk! BUMMM!Ledakan terjadi dari pertemuan energi mereka, membuat Arga dan Raja Balungan terpental secara bersamaan.Tetapi selepas itu, keduanya kembali sama-sama maju bertukar serangan.Wush! Trang! Trang! Buk! Sring! Cruaaat!Satu tebasan pedang berhasil melukai Arga, membuat wajah kiri pemuda itu mengalami pendarahan.“Tidak heran, ternyata kau cukup pintar mahluk busuk!” Arga menyeka darah di wajahnya, kemudian menjilat telapak tangan penuh darah yang tadi digunakan untuk menyeka seperti halnya Galuh ketika terluka dalam pertarungan.“Jirahmu boleh kuat, tetapi tetap saja, tidak semua tubuhmu tertutupi jirah bukan? Hahaha,” raja Balungan tertawa.“Harus kuakui, kau memang benar,” Arga kembali menyeringai.Selanjutnya dalam sekejap, luka robek pada wajah Arga tiba-tiba memudar terpulihkan oleh energi regenerasi.Melihat itu, tentu saja Raja Balungan mengumpat kesal. Tidak ingin membuang waktu, dia segera kembali melesat melayangkan serangan.Wush! Sring! Trang!Trang! Trang! Wush!

Asap tebal mengepul menutupi pandangan, membuat Balada tidak bisa melihat entah apa yang terjadi.Kemudian tidak lama, Lintang muncul melesat dari balik asap dengan membawa Arga bersamanya.“Syukurlah!” Balada menarik napas lega, begitu juga dengan Anantari, Putri Purbararang dan Shanti Kinasih.“Maaf, aku lengah kak,” ucap Arga kepada Lintang.Mereka saat ini tengah berdiri berdampingan melayang di atas cakrawala.“Tidak masalah,” Lintang menepuk pendak Arga.Sementara di depan mereka, asap tebal dari ledakan seketika berputar membentuk pusaran.Bersamaan dengan itu, tertawa raja Balungan terdengar menggema memenuhi angkasa.“Hahaha, hebat! Hebat! Kalian memang hebat!” pujian tersebutlah yang dilontarkan Raja Balungan kepada Lintang dan Arga.Kemudian beberapa tarikan napas berikutnya, pusaran asap tebal seketika sirna dihempaskan Raja Balungan, menunjukan sosok mahluk putih bertanduk dengan Batu Api Abadi di telapak tangan kanan.“Di-dia,” Balada menelan ludah tidak bisa membaca ent

Selepas tewasnya raja Balungan, Lintang masih tertegun terkagum dengan kekuatan Jagat sekarang.Dia tidak menyangka, Jagat akan bisa berkembang sampai sejauh itu dalam waktu hanya beberapa puluh tahun saja.“Takdir memang tidak ke mana, kita akhirnya dipertemukan kembali, Jagat,” ucap Lintang bahagia.Namun entah mengapa, setiap kali Lintang berbicara, Jagat hanya bisa bergetar saja seakan kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan tuannya. Padahal dulu, Jagat bisa berbicara layaknya ruh yang memiliki Jiwa.Hal itu tentu membuat Lintang sedih, sehingga beberapa kali kesadaran Lintang menyelam ke dalam dunia dimensi milik Jagat, mencari sosok sahabatnya berharap dapat berjumpa seperti dulu lagi.Namun sekeras apa pun Lintang mencari, sebanyak apa pun dia memanggil, Jagat tidak pernah merespon selain hanya dengan guncangan pada tubuhnya.“Ini? Ada apa sebetulnya?” kesadaran Lintang kembali dalam keadaan bingung.Tidak lama, Anantari bersama yang lain berdatangan menghampiri dirinya.“Apa

“Bagaimana tuan, apa anda suka makanan kedai kami?” tanya sang pemilik kedai.“Bukan hanya suka, paman. Ini adalah makanan terenak yang pernah aku makan. Daging ini, kuah ini, serta bumbu yang ada di dalamnya sungguh sempurna seakan diolah dengan hati dan pengalaman panjang,” jawab Lintang mengungkap apa yang dia temui.“Hahahaha, anda terlalu memuji tuan. Ini hanya hidangan biasa,” sang pemilik kedai tertawa riang semakin tertarik kepada Lintang.“Anda sepertinya memang bukan mahluk sembarangan, tuan. Tidak banyak orang yang mengerti akan makanan di sini, mereka para Pohaci biasanya makan hanya untuk menjaga stamina mereka saja tanpa memperdulikan akan rasa. Tapi anda, anda sungguh teliti,” Sang pemilik kedai tersenyum ramah menyambut Lintang.“Hehehe, aku bukan siapa-siapa paman. Seperti kataku, aku hanya seorang pengembara. Namun aku memang suka dengan makanan, terlebih makanan lezat seperti makanan yang kedai paman hidangkan,” ungkap Lintang.“Hahaha, dirimu sungguh menarik, tuan,

Wush!Lintang melesat menyambar tubuh Anjeli, waktu itu bertepatan dengan lesatan anak panah pusaka dari salah satu raja yang berniat membunuh Anjeli.Namun beruntung, kecepatan laju Lintang jauh lebih unggul sehingga nyawa Anjeli dapat terselamatkan.Sieng! BUMMMM!Anak panah pusaka menjelma menjadi ledakan dahsyat, menyebabkan langit hitam berubah menjadi terang-benderang.Badai cahaya menderu, menyeruak menerpa Lintang dan Anjeli, membuat tubuh mereka terpundur beberapa langkah.Setelah itu, asap tebal tercipta menutupi pandangan, sehingga Lintang dan Anjeli tidak terlihat terkurung asap.“Siapa mereka? Apa mereka sudah tewas?” salah satu raja penguasa wilayah Pasir Batang menyipitkan mata menatap ke arah kepulan asap tebal.Tidak main-main, dia datang bersama 20 juta pasukan kuat berniat menjaga keamana perbatasan wilayahnya.“Hahaha, ternyata hanya penyusup kecil! Buang-buang waktuku saja,” Raja Muara Beres tertawa mengira Lintang dan Anjeli telah binasa.Sosoknya tinggi besar de