Lahat ng Kabanata ng DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN: Kabanata 181 - Kabanata 190

Yang diteriaki langsung membalas, "Memangnya siapa yang berani masuk ke sini selain aku. Matthias atau Caleb. Atau Satria?!"Livi menghentikan aksi pemberontakannya begitu mendengar suara dari arah belakang. "Arch! Bukannya kamu lagi dinas. Kata Caleb baru pulang malam ini.""Batal terbang, cuaca buruk!" Sambar Arch asal."Cuaca buruk?" Kutip Livi heran. Memangnya separah apa hujan semalam sampai penerbangan dibatalkan.Livi seketika berbalik, menghadap Arch yang tampak pucat. "Kamu sakit?" Livi menyentuh dahi Arch, panas."Kena hujan semalam mungkin. Sudahlah, aku mau tidur lagi.""Kamu beneran sakit. Minum obat atau panggil dokter?""Gak perlu, aku sudah minum obat.""Mau aku buatin bubur?""Boleh, tapi masak bubur jangan ledakin dapur."Livi mencebik kesal. "Aku tidak separah itu." Dia beranjak turun dari kasur. Sebelum ditahan Arch. "Ganti baju. Ada Caleb sama Matthias," Arch mengingatkan, melihat Livi yang hanya mengenakan tank top dan hot pants."Aku tahu," jawab Livi sebelum p

"Dari mana dia mendapatkan benda ini?" Arch menunjukkan benda dalam botol kecil yang Ralph ambil dari air mineral yang kemarin Arch minum. Bella rupanya cukup cerdas, Arch tidak mungkin minum teh pemberiannya. Sebab pria itu mulai waspada padanya.Jadi perempuan itu menyuntikkan benda tadi ke air mineral. Itulah kenapa meja makan sedikit basah."Yang jelas benda ini adalah jenis yang kalian larang diedarkan secara luas," Ralph menjawab setelah sebelumnya secara samar dia menyebut telah bermalam dengan Bella.Arch tidak masalah dengan hal itu. Ralph pun sama, mereka sudah sama-sama dewasa. Paham kalau terkadang berbagai kondisi bisa membuat mereka terjebak dalam one night stand."Kalau begitu Bella ada hubungan dengan Chen Wei?" Tandas Arch."Masih diselidiki. Yang aku takutkan, jika mereka menggunakan Bella untuk memata-mataimu tanpa dia sadari.""Aku tidak punya informasi penting soal klan di tanganku.""Tapi kamu salah satu tokoh penting yang masih punya pengaruh di dunia bawah. Ek

Bella coba menutup pintu, tapi sosok yang berdiri di hadapannya mengganjal benda tadi dengan kaki. Satu sentakan, Bella kalah. Perempuan itu mundur, dengan figur tadi merangsek masuk."Aku mau bicara!" Suara itu terdengar dingin. Tidak berperasaan, membuat Bella terluka."Apalagi yang perlu dibicarakan. Semua sudah jelas bukan?" Bella pada akhirnya mengalah. Dia biarkan orang itu duduk di sofa ruang tamu."Kalau begitu, katakan dari mana kamu dapatkan benda itu. Kamu tahu benar kalau benda itu tidak bisa didapatkan dengan mudah.""Aku cuma iseng beli, untuk menjebakmu," aku Bella tanpa ragu.Tangan lelaki di depan Bella terkepal. "Aku tidak punya pilihan. Kamu tidak memberiku pilihan. Arch, kamu yang memaksaku melakukan ini. Kamu pemicunya!" Bella mulai emosi.Sementara Arch hanya bisa menghela napas. "Bella, jika kamu memang tulus mencintaiku, kamu tidak akan merusak kebahagiaanku."Bella tertegun mendengar ucapan Arch. Kepalanya mendadak kosong. "Kamu tidak mencintaiku. Kamu obses

Bukan satu orang, tapi tiga orang sebenarnya. Tapi yang berani berkoar-koar cuma satu orang. Dua orang lainnya hanya diam sambil menundukkan kepala.Livi hanya diam, meski makian itu tertuju jelas padanya. Livi hanya tidak ingin membuat nama baik Arch buruk di mata rekan-rekannya."He! Malah diam! Apa yang mau kamu lakukan di sini? Mau cari mangsa? Kamu pikir dengan dandanan seperti itu, akan ada yang melirikmu. Mimpi saja sana!"Istri Arch memutar bola matanya malas. Sebenarnya orang di depannya ada masalah apa dengannya. Livi pikir tidak pernah membuat masalah dengan mereka. Kenapa mereka begitu membencinya. Salahnya di mana?"Cassie! Kenapa kamu diam saja! Bukannya kamu saudaranya CEO kita, apa kamu akan biarkan wanita ini merusak acara kita. Stacy! Kamu juga. Kamu yang bilang dia itu murahan! Dapatin kontrak modal badan."Benar sekali, tiga orang itu Cassie, Stacy dan satu lagi Livi tidak tahu siapa. Satu perempuan yang begitu agresif menyerang Livi sejak pertama bertemu. Seolah w

"Serius?" "Itu tulisan segede gaban kamu gak lihat."Ucapan Zico membuat Livi mendongak. Hingga tulisan perayaan ulang tahun ke dua puluh DL Grup terlihat. Gadis itu meringis di bawah pelototan sang ayah."Aduh, Vi. Kamu bikin Tante terluka. Ini Tante sama Tante Irene lo yang bikin." Lea menyentuh dadanya berlagak kecewa."Aduh, maaf. Bukan bermaksud begitu. Habis dia bilang ini pesta ulang tahun temennya. Livi gak ekspek kalau ulang tahun perusahaan." "Ulang tahun temenlah. Teman seperjuangan," sambar Miguel."Nah ini baru betul," Zio menyahut.Meja utama benar-benar meriah. Baru kali ini tamu undangan disuguhi pemandangan dua keluarga ternama duduk di satu meja yang sama.Berita pernikahan Livi dan Arch sontak menjadi fokus banyak orang. Ada yang menyebut romantis sekali kisah percintaan keduanya. Tapi ada juga yang berbisik, ini hanyalah pernikahan bisnis. Tidak ada cinta di dalamnya.Apapun itu, Arch tampaknya tidak peduli. Yang dia pedulikan hanya Livi yang terlihat sangat baha