Suara pintu yang dibanting kasar membuat Arch menoleh. "Attitude, Vi."Dua kata dan itu cukup untuk menyiram bara kemarahan Livi berubah beku. Macam es, seperti ekspresi pria yang baru menegurnya."Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan. Makanya kamu bisa setenang itu," adu Livi tanpa ragu. Entah kenapa, Arch tampak asing, tapi terasa begitu dekat dengannya. Berada di dekat pria itu membuat Livi bisa jadi dirinya sendiri. Tidak perlu berpura-pura kuat."Perempuan itu memang ribet. Baperan."Tuh kan, pedes bener itu mulut kalau ngomong. Kadang Livi lebih suka Arch diam saja. Terlihat lebih manis, manis yang maskulin.Bagaimana ya menyebutnya. Pokoknya manis tapi tidak seperti perempuan."Diam kamu!" Sembur Livi seraya melemparkan diri ke kasur. Dia asal lepas heels-nya. Masa bodoh dengan Arch yang sempat melotot padanya."Axel kurang ajar. Brengsek! Sialan!" Maki Livi tanpa jeda. Meski detik setelahnya air mata meleleh di sudut matanya. Dia masih teringat kejadian di kantor beberapa wa
Last Updated : 2025-07-15 Read more