"Katanya kemarin mereka komplain ke Mbak Winda. Eh kok komplain sih nyebutnya, bukan komplain. Lebih ke kasih masukan. Soal bahan yang akhir-akhir ini di bawah standar." "Padahal pesanan lagi banyak-banyaknya. Kok malah kualitasnya diturunin. Bukannya dipertahankan." "Apa karena itu mereka dipecat." "Wah, ngeri kali ya. Ayoklah, kita balik kerja. Jangan sampai kita kena pecar juga. Hidup lagi susah begini, jangan sampai kehilangan sumber penghasilan. Mau beli beras pakai apa kita." Ekor mata Livi melirik kerumunan yang seketika bubar, kembali ke pos masing-masing. Suara mesin jahit mulai terdengar. Gadis itu menopang dagu sambil berpikir. "Masak iya, gara-gara kasih masukan dipecat. Gak masuk akal," gumam Livi sambil membuka pekerjaannya. Gadis itu menggelengkan kepala, lalu mulai input data, tapi kemudian dia melihat satu keanehan. "Kok stok kainnya beda. Kemarin perasaan gak segini," katanya heran. Livi melihat ke ruangan Winda, sebagai kepala bagian produksi, perempu
Last Updated : 2025-07-29 Read more