Perawat itu tidak mau tahu, apakah pria di depannya itu adalah seorang penguasa atau pun kaya raya. Dia menjunjung tinggi pekerjaannya dan semua pasien berhak untuk istirahat.Namun karena keduanya diam saja, ia mengangkat dagunya sedikit, suaranya kali ini lebih keras, “MASUK. SEKARANG. Atau saya panggil sekuriti.”Ucapan itu menggema di koridor yang sunyi. Suaranya sedikit keras dan itu membuat kedua pria tersentak, terkejut.Seperti sedang dimarahi oleh seorang guru di sekolah. Namun, perawat itu bukan fokus mereka.Deon menatap Afgan, Afgan menatap balik, dan dalam sekejap tatapan mereka kembali menjadi medan perang.“Kalau bukan karena Jannah, aku sudah menghajarmu tadi,” desis Deon.Afgan tersenyum sinis. “Dan kalau bukan karena dia, aku sudah menguburmu di garasi belakang rumah sakit ini.”Perawat menghela napas kasar, kehilangan kesabaran.“BAIK! KALIAN KELUAR ATAU—”“Kami pergi, kami pergi,” Deon memotong cepat sebelum perawat benar-benar mengamuk. Ia masuk ke dalam lift dulu
Last Updated : 2025-11-24 Read more