Todos los capítulos de Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!: Capítulo 131 - Capítulo 140

Hari sudah hampir malam, Chloe sudah membuat janji dengan Amelia untuk makan malam bersama di kediaman sahabatnya tersebut. Si kembar juga sangat antusias, mereka sangat senang bila sudah bersama Amelia. Karena di halaman rumah Amelia luas, ada tanaman anggur hijau dan stroberi dengan buah yang sangat lebat. "Ayo ... Ayo! Alvano dan Dylan kita tinggal, biar mereka dibawa sama hantu!" pekik Diego sambil berlari bergandengan dengan Adele dan Alvino. "Iya! Ayo, Kakak Dylan biar dibawa hantu juga..." Adele begitu senang, Alvino juga tertawa-tawa gembira. Sedangkan Chloe, wanita itu berjalan paling belakang karena harus mengawasi mereka semua. Dylan mendengkus pelan menatap dua kembarannya yang sangat-sangat aktif tersebut. Dan entah mengapa Alvino malah bergabung dengan mereka. "Mimpi apa aku sampai punya adik sebanyak ini?" gumam Dylan dengan nada berat. "Dulu, aku punya adik Diego saja sudah membuatku hipertensi. Sekarang ditambah Kurcaci, Diego, Alvino ... jangan sampai Alvino pu

Caesar terlihat sibuk dengan ponselnya. Laki-laki itu masih berada dalam perjalanan menuju ke Nantes saat ini.Melihat pesan gambar yang dikirim oleh Dylan padanya beberapa detik yang lalu, Caesar terlihat kesal karena anaknya menunjukkan fotonya bersama seorang laki-laki tampan yang usianya jelas lebih muda Caesar tengah berfoto dengan Chloe dan si kembar. Parahnya dalam foto tersebut, laki-laki itu memeluk Diego dan memangku Adele bersama Alvino. Kening Caesar mengerut, alisnya menukik tajam seketika. "Siapa laki-laki ini?" gumamnya sambil berusaha menelfon Chloe. Dari arah kursi kemudi, Eric memperhatikan Tuannya. "Ada apa, Tuan? Apa ada masalah?" tanyanya. Caesar hampir mengangguk, tapi ini terlalu sepele. Yang ada ia akan diejek dan ditertawakan oleh Eric. "Tidak," jawabnya cuek. "Tuan terlihat sibuk menghubungi seseorang. Saya pikir ada urusan mendadak," kata Eric. "Tidak ada. Sudah! Fokuslah mengemudi, Ric!" "Iya, Tuan." Meskipun Tuannya tidak mengaku, tetapi Eric tahu

Hari telah berganti, Chloe pagi ini pergi ke rumah sakit seperti biasa. Setelah menitipkan si kembar ke penitipan, Chloe segera menyebrangi jalan untuk ke rumah sakit. Tanpa sengaja, kedatangannya bersamaan dengan datangnya Adrien. Laki-laki itu yang tiba-tiba muncul dan berdiri di belakang Chloe yang tengah melewati desakan orang-orang yang hendak masuk ke dalam rumah sakit. "Aduh..." Chloe terdorong ke belakang saat seorang laki-laki bertubuh besar di depannya tiba-tiba mundur dengan cepat. Chloe yang hampir terjerembab, dengan sigapnya Adrien merengkuh pundaknya. Chloe tercengang, ia mendongak menatap laki-laki yang tinggi besar itu yang menjaganya. "Jangan berdesakan, Tuan. Kalau sedang menjawab telfon, silakan di luar!" Adrien menatap laki-laki yang hampir membuat Chloe terjatuh itu. Chloe hanya diam dan ia merasakan jemari tangan Adrien yang masih terasa erat meremas pelan puncak lengannya. "Kau tidak apa-apa, Chloe?" tanyanya. Chloe menggeleng kecil. "Terima kasih

Si kembar tercengang hebat mendengar apa yang baru saja Caesar katakan pada mereka berdua. Alih-alih takut, terkejut setengah mati, atau syok! Mereka malah menatap aneh pada Caesar. Tiga dari anak kembar itu, termasuk Dylan, Alvano, dan Diego kini wajahnya memerah bersamaan dan pipi gembilnya menggembung. "Ppfff..." Diego tidak tahan untuk tidak tertawa. "Daddy bilang apa barusan? Hanya Daddy seorang Papa kita di dunia ini?" cicit Alvano sebelum tawanya pecah. "Hahaha..! Menjadi anak Daddy memang hidup kita penuh komedi, ya!" serunya. Dylan menggeleng-gelengkan kepalanya dan bersedekap di hadapan Caesar. "Ishh, ishh, ishh ... terlalu percaya diri seperti biasa," ucapnya dengan nada pelan. Caesar menatap mereka semua dan laki-laki itu melihat menu makan siang yang ada di atas meja. Makanan itu cukup mahal, dan benar saja, si kembar bercerita bahwa laki-laki tanga mendekati Mamanya adalah laki-laki yang kaya, lima porsi makanan itu juga pasti tidak akan membuat lusuh dompe

Hari sudah sore, Chloe berjalan keluar dari dalam rumah sakit membawa tas miliknya dan wanita itu kini berdiri di tepian jalan untuk menyebrang. Sepasang matanya menatap ke langit barat yang terang dan cerah dengan cahaya jingga matahari memayungi langit Paris. Chloe terdiam dengan perasaan tidak enak. Entah mengapa ia tidak tahu. "Chloe..." Suara Adrien terdengar di telinga Chloe. Wanita cantik itu membalikkan badannya dan menoleh ke arah Adrien yang berdiri di belakangnya dan sedikit berjarak. Adrien tersenyum tipis dan hangat. "Besok, pulang denganku, ya," ajaknya. Chloe menganggukkan kepalanya. "Iya, Adrien." "Heem. Hati-hati di jalan..." Laki-laki itu melambaikan tangannya saat Chloe menyeberangi jalanan. Dari seberang jalan, seseorang tengah mengamati Chloe dan Adrien dalam diam. Caesar yang berada di dalam mobilnya, diam menatap jeli pada dua insan itu. Ia tahu betul, bagaimana tatapan Adrien pada Chloe. Tatapan yang hangat dan jelas menunjukkan kalau laki-laki itu leb