All Chapters of Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!: Chapter 151 - Chapter 160

Caesar keluar dari ruangan keluarga membawa Dylan yang kini ada dalam gendongannya. Anak itu menyembunyikan wajahnya dari Chloe dan keempat kembaran yang mengerumuni Diego. Chloe menatap Caesar dengan tatapan jengah, seolah ia sudah tahu kalau anaknya yang sedang ia hukum agar tidak nakal itu, pasti dibebaskan oleh Caesar. "Aku akan membawa Dylan sebentar," ujar Caesar. "Mau kau bawa ke mana? Dylan belum mandi," jawab Chloe mencoba menghalangi. "Jangan khawatir, aku akan memandikannya di rumah. Aku hanya ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar," jawab Caesar menjelaskan. Keempat kembaran Dylan itu menatapnya dengan dahi mengernyit, termasuk Alvano. Dylan yang biasanya menjadi anak nomor satu yang 'Anti dengan Daddy' kini malah digendong oleh Caesar dan enggan menatap mereka semua. Chloe tahu, Dylan pasti merajuk karena ia marahi. Anaknya itu pasti ada di pihak Caesar, apalagi setelah mendengar kata jalan-jalan dari Caesar, sudah jelas Dylan akan ikut siapa. "Sayang ...

Dylan masih terdiam, anak itu mengusap-usap celengan ayam yang berada dalam pelukannya dengan bibir cemberut dan sepasang matanya yang mengerjap gelisah. "Bagaimana, Sayang? Dylan mau 'kan?" Irina menatap cucunya itu dengan lekat dan penuh harapan. Sedangkan Dylan, anak itu menoleh dengan tatapan bingung. "Daddy?" "Heem? Bagaimana? Apakah Dylan setuju? Kalau Dylan setuju, Tuan Edisen akan sering ke sini membawa uang untuk Dylan," ujar Caesar memeluk anaknya itu. Dylan mengembuskan napasnya panjang. "Dylan suka uang, tapi permintaan Daddy itu tidak masuk akal!" serunya. "Tidak masuk akal bagaimana, Sayang?" Caesar memutar tubuh kecil Dylan untuk menatapnya. "Masa Daddy mau membawa Mommy dan adik-adikku ke sini! Daddy kan masih punya Nenek Sihir!" seru Dylan dengan jujur. "Lagipula, keenakan sekali Daddy kalau ingin pendekatan dengan Mommy tapi tidak mau berjuang sendiri. Sama saja Daddy membeli tenaga dan pikiranku, bukan memberikan uang-uang ini padaku secara tulus! Cih … Daddy

Saat Caesar datang bersama Dylan, detik itu juga Adrien berpamitan pulang pada Chloe, karena Adrien tidak mau ada keributan antara dirinya dan Caesar di sana. Alvano dan tiga kembarannya seketika mengerumuni Dylan yang kini menata beberapa celengan ayamnya di atas meja. "Woaahh ... Semuanya berat, berarti benar-benar ada uangnya!" seru Alvino mengintip dari lubang kecil celangan itu. "Tentu saja! Kau pikir aku ini bohong! Celengan ayam ini memang ada isinya. Isinya bisa buat beli stok susu kita semua lima tahun!" seru Dylan dengan bangganya. "Tapi, memangnya boleh celengannya dibuka?" sahut Diego dengan ragu. "Tentu saja tidak boleh!" pekik Dylan. "Aku kan mau punya peternakan ayam yang makannya uang!" Alvano langsung mendengkus kesal mendengar jawaban Dylan. Anak itu mendekati Dylan dan menyenggol lengannya dengan sengaja. "Daddy tidak meminta macam-macam 'kan padamu, kau sampai diberi uang sebanyak ini?" tanyanya dengan penasaran. "Emmm ... sebenarnya ada, tapi aku tidak ped

"Bodoh! Bisa-bisanya kalian tidak bisa masuk ke dalam rumah itu hanya karena melihat anak kecil saja! Dasar tidak berguna!" Suara teriakan seorang wanita itu menggema di dalam ruangan di sebuah apartemen mewah. Wanita itu adalah Vidia, yang kini tengah sangat marah pada dua orang yang ia bayar untuk menguntit Chloe dan kelima anaknya. Salah satu dari dua laki-laki itu menatapnya lekat. "Kami tidak bisa bukan karena kami tidak berani dengan anak kecil, Nyonya. Tapi di sana ada beberapa orang laki-laki. Kami hanya dia orang, pasti bisa tertangkap," jelasnya. "Pasti itu Caesar dan ajudannya, Vidia," sahut Melvin—sahabat Vidia. Vidia sudah menduganya, wanita itu mengepalkan kedua tangannya geram. Setelah ia diusir oleh Caesar tanpa sepeser uang pun, kemarin siang ia kedatangan pengacara Caesar yang membahas tentang pengajuan cerai yang Caesar layangkan untuknya. Bibir Vidia menipis geram. "Semua memang gara-gara Chloe dan anak-anaknya itu!" seru Vidia berapi-api. "Sampai kapanpun, a

"Ekhemm ... Daddy sedang apa dekat-dekat dan bisik-bisik seperti itu pada Mommy?!" Dylan berdeham keras dan berucap lantang saat melihat Caesar mendekatkan wajahnya di hadapan Chloe, juga laki-laki itu tampak membisikkan sesuatu. Suara Dylan yang keras dan melengking, sontak membuat Chloe pun ikut menoleh. Wanita itu mendorong pelan dada Caesar untuk menjaga jarak darinya. "Tidak ada kok, Sayang ... Daddy tidak bicara apa-apa dengan Mommy," jawab Chloe, wanita itu tersenyum manis mendekati Dylan. "Bohong..." Dylan berseru penuh keyakinan. "Dylan lihat, Daddy bicara di depan wajah Mommy. Pasti Mommy dirayu-rayu, ya?" tanyanya. "Eh, ti-tidak! Ya ampun, Dylan," lirih Chloe mengusap rambut cokelat gelak milik putranya itu. Caesar mendekati anaknya. "Memangnya tidak boleh, kalau Daddy merayu Mommy?" Alis tebal Dylan mengerut, anak itu mengulurkan tangannya. "Bayar dulu!" serunya. "Bayar berapa?" Caesar malah meladeni. "Yang banyak pokoknya, Dad!" jawab anak itu. Caesar