All Chapters of Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!: Chapter 71 - Chapter 80

"Mommy, Dylan sudah bisa membaca. Kenapa setiap hari belajar terus!" Anak itu cemberut menatap Chloe yang kini duduk di sampingnya sambil membuka buku belajar milik Dylan. Sepertinya biasa, setiap malam Chloe selalu menyempatkan waktunya untuk mengajari si kembar mengenal huruf dan angka. Hingga anak-anaknya bisa membaca dan berhitung sebelum mereka masuk ke sekolah. "Dylan sudah pintar, Mommy..." "Meskipun sudah pintar, harus tetap belajar, Sayang," jawab Chloe menatap Dylan yang masih cemberut. "Ck! Kakak itu tidak bisa jadi anak panutan, Mom. Belajar saja malas! Kita harus belajar, Kakak, supaya kita pintar!" sahut Alvano sambil memangku buku bacaan yang siang tadi Chloe berikan untuk mereka. Dylan merotasikan kedua bola matanya. "Iya, iya! Si paling cari muka! Memang kau itu diam-diam minta ditonjok, ya!” sinisnya. "Sudah! Mau belajar atau mau ribut?! Atau mau Mommy tinggal saja!" tegas Chloe pada kedua anak itu.Lantas keduanya langsung merengek dan menahan lengan Chloe.

"Sayang, malam ini Mommy mungkin akan pulang larut malam. Dylan dan Diego menginap di rumah Auntie Amelia ya, Sayang?" Chloe membungkukkan badannya di hadapan kedua miniatur kecilnya yang mengerjap dengan dengan bibir cemberut kedua anak itu. Anak-anak itu marah, mereka tidak mau ditinggal lama-lama oleh Chloe, apalagi Alvano yang selalu khawatir pada Chloe. "Mommy bisa tidak, jangan lembur-lembur lagi kerjanya? Dylan dan Diego 'kan mau ditemani sama Mommy kalau malam," ujar anak itu memegangi tangan Chloe. Dylan mencoba untuk menahan Mommy-nya untuk tidak bekerja sehari semalam. Bagaimanapun juga, Dylan sangat khawatir pada kondisi kesehatan Chloe. Chloe yang paham dengan maksud dan tujuan Dylan, wanita cantik berbalut jas putih itu pun tersenyum, ia menekuk kedua lututnya di hadapan Dylan dan Alvano. Ibu jarinya membelai lembut pipi anak itu. "Kalau Mommy tidak bekerja, Mommy dapat uang dari mana, hm?" tanyanya pelan dan lembut. "Nanti, untuk membeli susu dan cemilan buat

Caesar menampik kata-kata benci dari bibir Chloe. Wanita ini tengah mabuk, pasti bicaranya meracau ke mana-mana. Caesar masih menatap wajah mabuk wanita itu dan ia juga melepaskan heels putih yang Chloe pakai karena sepatu itu menyulitkannya berjalan. "Kau mau bawa aku ke mana? Lepaskan ... aku bisa sendiri tanpa dirimu!" Chloe menepis tangan Caesar. "Kau tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini, Chloe!" Caesar kembali merangkulnya. "Ka-kau tidak tahu apa-apa tentang aku, ya!" ketus wanita itu, padahal matanya sudah sayu dan dia tidak kuat berdiri. Chloe berpegangan pada dinding dan berjalan perlahan-lahan sambil meracau. Caesar berjalan di belakangnya membawa sepasang heels milik Chloe. Caesar berpikir keras, tidak mungkin ia meninggalkan wanita ini, dan tidak mungkin juga ia mengantarkannya pulang dalam keadaan mabuk. Tanpa pikir panjang, Caesar mendekati Chloe. Dari belakang, Caesar merangkul dan mengangkat tubuh Chloe tiba-tiba hingga membuat wanita itu tersenta

"Mommy bohong! Katanya semalam pulang, ternyata kita malah ditinggal lagi!" Alvano mencebikkan bibirnya, dan ia marah-marah pada Chloe. Begitu juga Dylan yang kini duduk di pangkuan Amelia. "Mommy baru saja pulang, sudah mau berangkat lagi. Mommy tidak capek?" Dylan menatapnya dengan lekat. Chloe mendekati mereka berdua. "Mommy hanya pergi sebentar, satu pasien saja hari ini, Sayang," jelasnya. "Setelah itu, Mommy kembali ke sini menjemput kalian dan kita akan pulang bersama." Setelah Chloe membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya, wanita itu kini beralih membujuk Dylan dan Alvano yang tengah merajuk kesal padanya. Anak-anak itu menatapnya sedih. Mereka berdua turun dari pangkuan Amelia dan segera memeluk Chloe dengan erat. "Mommy tidak boleh kerja malam-malam lagi. Kami khawatir, Mommy," ucap Dylan menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher Chloe. Chloe berkaca-kaca. Ia mengangguk kecil dan mengecup pucuk kepala mereka. "Iya, Sayang. Tidak lagi, Mommy tidak akan

Hari sudah gelap, tidak seperti biasa-biasanya, malam ini Vidia berada di rumah dan sibuk di ruang makan. Wanita itu meminta semua pelayan di rumah untuk memasak menu makanan lebih banyak dari biasanya. Vidia melangkah mendekati ruang keluarga, ia melihat Caesar dan si kembar di sana. "Sayang, ayo makan malam dulu, makanannya sudah siap," ajak Vidia pada ketiga anaknya dan juga suaminya di sana. Caesar menutup laptopnya dan beranjak dari duduknya. Laki-laki itu memperhatikan si kembar yang tidak peduli sedikitpun dengan panggilan Vidia, mereka justru masih asik bermain. "Sayang, ayo..." Caesar mendekati mereka. "Huh, Daddy," gerutu Diego sambil cemberut. "Setelah makan malam, nanti bermain lagi," ujar Caesar mengelus pucuk kepala putranya. Mereka pun patuh, ketiga anak itu berjalan bersama-sama menuju ke ruang makan. Di sana, Vidia merasa berbunga-bunga menyambut mereka. Meskipun hal ini terlihat tidak seperti biasanya. Diego yang paling peka, dia paham kalau Nenek Sih