Lahat ng Kabanata ng Dibutakan Cinta CEO Tampan: Kabanata 101 - Kabanata 110

Shen berjalan di lorong rumah sakit dengan pandangan aneh orang-orang yang penuh prasangka. Semua pasti berpikir ia datang untuk menyesal, atau mencoba menyakitinya kembali. Tapi ia tidak peduli, berapa banyak anggota keluarga Andromeda atau Bussara yang ada di sana, akan ia hadapi.“Sedang apa kau di sini?!”Tangan kekar itu menahannya.Dragon berdiri dan menggenggam tangannya sebelum ia membuka pintu ruangan tempat Ruby dirawat.Yang paling mengejutkan adalah bahwa Shen hanya diam. Dengan pandangan paling dingin ia sama sekali tak menggubris ucapan Dragon. Justru dengan sekali hentakan, tangan kekar itu terhempas menjauhi tubuhnya.“Jangan masuk ke dalam! Semua orang akan menyakitimu!”Barulah ia kembali membuka mulut.‘Aku heran! Saat aku tak punya masalah, kau selalu membawaku ke dalam masalah. Sekarang, saat aku ingin membuat masalah, kau malah sok jagoan menghalanginya. Maksudmu apa? Apa aku tampak seperti orang bodoh?!”Dragon paham kata-kata itu. Kesalahannya cukup be

Pandanglah yang lurus, jatuhkan kepercayaan pada orang-orang yang mempercayaimu. Terlalu berburuk sangka, hanya mengurangi rasa kepercayaan pada orang lain. Membuka diri, toh jauh lebih bermakna daripada diselimuti bayang-bayang yang membuat pikiran kacau. Ketenangan. Satu hal yang lahir kalau mampu memahami setiap suasana dengan logika dan hati. Tahu bertindak paling efektif, menjadikan diri sendiri sebagai tumpuan utama untuk bertahan hidup. Cinta, keluarga, dan orang-orang terdekat. Semua memang dibutuhkan, tapi sewajarnya. Hampir ribut segala isi kepala Shen yang membawanya melamun jauh saat melewati koridor-koridor rumah sakit itu. Ia yakin, langkahnya sekarang adalah untuk menyongsong ketidakadilan yang ia terima selama ini. Mau sampai kapan ia menjadi anak yang baik? Sampai air matanya menitik, sumpah demi apa pun ia menyesal ditindas sejak dulu! Shen menghapus air matanya. Sebelum ia menekan gagang pintu, ia menarik nafas panjangnya sambil menghapus airmata

Sarinah kini bekerja menjadi penerima tamu sebuah hotel. Ia mendapatkan pekerjaan itu dengan bantuan Dragon. Hotel yang merupakan salah satu properti Bussara itu memberikan harapan baru untuk Sari.Ia cantik, bisa berkomunikasi, hanya latar pendidikan yang tidak membuat ia bisa bekerja layak. Kini, berkat Dragon, kehidupannya membaik. Tak banyak yang tahu akhir-akhir ini mereka semakin akrab, kerap bertemu saat membutuhkan satu sama lain.Sari sering menemaninya saat malam-malam sepi. Dunia malam menjadi hiburan mereka saat setiap orang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Ayla dengan pekerjaannya, dan Shen dengan keluarga barunya.Hanya dia yang merasa tak berguna sendirian.Seperti malam ini, Dragon sudah mengiriminya pesan. Mereka akan menghabiskan malam di club semalam suntuk karena Sari bekerja hanya sampai jam 5. Yang paling aneh, ia tidak bisa menebak perasaannya.Semenjak mereka akrab, sejak itu hidup dengan Dragon sudah terbiasa. Jika tak ada kabarnya ia resah, saat w

“Kau tidak menginap?” melirik dengan ekspresi dingin kepada istrinya. Ia baru mengantarkan Ruby pulang ke rumah Bussara setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter. Ia tahu, istrinya itu berusaha mendapatkan perhatiannya, namun entah kenapa rasanya hatinya menolak.Ia hanya memandangi Ruby dengan tatapan kasihan. Tak lepas ia menyalahkan diri sendiri karena bagaimana pun semua dipicu oleh kedekatannya dengan Shen kembali. Sebelum Shen muncul saja, Ruby tetap uring-uringan, apalagi ia melihatnya langsung di depan mata.Ruby berusaha meraih tangan suaminya, ia memandang penuh harap agar Sky mau tinggal sebentar.“Apa kau tidak khawatir padaku?” ucapnya memelas.“Aku punya rapat penting besok. Pagi-pagi sekali ...”“Aku akan membangunkanmu dan menyiapkan sarapan. Kumohon, ya?”Hatinya membenarkan, seharusnya pun, Ruby adalah istri sahnya. Kalau ia mengabaikan, bukankah ia menelantarkannya?Akhirnya Sky membuka jasnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Wani

Gubrakkkkk!!“Hei! Ada apa? Kau bisa membukanya pelan, kan?”Han langsung masuk. Tak peduli lagi setidak-sopan apa orang menganggapnya, ia hanya perlu bicara dengan Sky saat itu juga. Han berdiri di depan Sky dengan wajah marah. Ketidak-tahuan Sky membuat otaknya berpikir lebih kalut. Kenapa semua orang di kantor tenang-tenang saja sementara adiknya tengah merana di rumah sakit!“Sia-sia papa mengeluarkan semua uangnya di perusahaanmu! Kau tahu apa yang membuatnya yakin? Shen ingin melakukannya. Sebagai balas budi karena ia ditampung di sana dengan baik, meski semua orang juga tahu perlakuan buruk keluargamu kepadanya!”Sky berdiri. Tak mengerti dengan permasalahan yang diucapkan Han tiba-tiba. Tapi ia jelas tahu, ada yang salah.“Kau bisa bicara baik-baik? Aku tak pernah mengizinkan keluargaku menyakitinya.”“Baik, aku akan coba bicara baik-baik.” Han duduk di hadapan meja kerja Sky dengan sedikit senyum paksaan. “Apa kau tahu Shen tak masuk kerja?”Sky sama sekali tak tahu