All Chapters of Dibutakan Cinta CEO Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

“Aku harus bicara denganmu, Shen!”Nada suara yang pelan namun terasa penuh kecurigaan. Sky masih sama saja, mendengarkan orang lain yang belum tentu benar dari dirinya sendiri.Nyonya Fernandes sudah meninggalkan pesta sejak tadi. Kepergiannya menimbulkan prasangka besar, semua orang tak lagi menikmati pesta. Semuanya menjadi kacau, perayaan besar-besaran itu berubah menjadi malapetaka.Jantung Judy agaknya kembali bermasalah, Jordan dan keluarga Andromeda yang lain buru-buru melarikannya ke rumah sakit. Hingga yang tersisa kini hanya Sky semata, Shenina dan Sarinah, dengan Ayla dan Daniell kecil menanti di luar.“Katakan saja di sini!”“Aku harus bicara berdua denganmu.” Ia melirik Sarinah yang masih berdiri di samping Shenina. Hingga gadis itu diberi kode, ia langsung paham dan berjalan keluar. Meski dalam hatinya ia takut setengah mati, takut Shenina akan menjadi korban kemarahan Sky Andromeda.“Hhhuufhht!”Sky menarik nafas panjang sebelum berbicara lagi.“Kau tahu hari

“Hai, pa!”Han membuka pintu mobil, langsung disambut oleh Dasen yang sudah gelisah menunggu sejak tadi. Kekhawatiran jelas tercetak pada wajahnya yang mulai berkeriput itu. Ia melirik ke dalam mobil, melihat Shenina sedang terlelap pulas.“Apa kubangunkan saja?”Tangan Dasen mengisyaratkan penolakan. Ia hanya sampai di depan mobil lalu berkata, “Bawa saja ke kamar, biarkan dia tidur lebih lama.”“Baiklah, pa!”Hansandy membuka pintu mobil sisi satunya dan mengangkat tubuh Shen dengan pelan. Malam itu, Udara di Seapearls cukup lembab. Angin laut bertiup kencang, membuat siapa pun yang sedang berada di luar rumah tidak akan tahan.Mereka buru-buru masuk. Diletakkannya Shenina di kamar tamu. Hansandy meminta Emma untuk mengganti pakaiannya saja.Setelah mengantar Shen, Han merebahkan diri di Sofa ruang tamu, yang terlihat Dasen mulai menghampirinya dan duduk di sebelah sofa yang lain.“Apa kau lelah?”“Oh, tidak apa-apa, pa! Hanya sedikit saja.”“Bagaimana kondisi di sana? Ap

Lagu “Sweet Glam’ mengalun diiringi remix disco yang memecahkan suasana malam di club. Sarinah sedang menikmati sebatang rokok dengan mengepulkan asapnya ke udara secara bersahaja. Sesekali kepalanya berputar, irama music membuat geraknya kadang tak terhenti, gila sendiri, namun di sana memang lah tempat untuk menggilakan diri. Ia memperhatikan tamu-tamu yang baru datang dengan diam, namun mulutnya sibuk meresapi benda itu dalam-dalam.Ada seorang pria berpakaian jas rapi selalu melirik ke arahnya, dan Sari sudah lama menyadari akan itu. Ia kembali menggetarkan abu rokok di sela jarinya hingga mengenai lantai yang cukup kotor. Siapa yang peduli? Tempat itu adalah satu-satunya ia bisa bebas berekspresi.Dengan tersenyum Sari membalas anggukan si pria, entah apa yang dipikirkannya, tapi merasa membuat Sarinah pasrah, itu bukan hal yang mudah. Ia terus mendekat, pelan tapi pasti akhirnya pria itu sampai di hadapan Sari.Dengan mencondongkan tubuhnya kepada Sari, ia berlagak menguasa

Sebelum ventilator terpasang di atas wajahnya, ia menghisap udara dalam-dalam. Takut, seakan ia tak bisa merasa udara yang sesungguhnya lagi. Takut, yang dalam benaknya, seujung kuku pun tak pernah ingin disentuh oleh peralatan medis.Ia merasakan nyeri di sekitar nadi, di mana ada jarum besar yang tertancap diikuti selang infus yang mulai mengalir perlahan. Ia mengingat, hal yang membayanginya seolah diambang kematian, ketakutan pun tak lagi wujud karena otaknya yang mulai tenang.Hanya wajah dokter Evans yang terakhir kali ia lihat setelahnya ... Gelap.Tidak tahu berapa lama ia bermimpi, matanya kembali terbuka dengan pelan. Ia sibuk memikirkan terakhir kali apa yang terjadi, ruang serba putih seperti apa yang sedang ia huni, terasa sepi ...Dingin, Dan asing.Didengarnya langkah sepatu dari luar, seseorang menarik gagang pintu, dan muncul di hadapannya dengan jas putih dan masker kesehatan cukup tebal. Matanya yang dihiasi lensa kaca mata bening, mengindikasikan bahwa ia ad

“Hei, Yo!”“Kumpul sekarang juga! Malam ini, ada pembalap tantangan dari geng Biru!”“Yeahhhhhh!!!”“Huuuuuuu!!!”Suara sorakan bergemuruh. Seluruh area sebesar itu dipadati banyak lawan jenis yang mencari kesenangan malam. Ada panggung besar yang bahkan dibuat khusus untuk penempatan sound-sound besar dengan suara mencapai puncak langit.Musik menggema di langit kota.Tampak Sari menarik tangan Ayla yang sibuk menutupi telinganya. Rasanya ia akan sesak nafas, beramai-ramai sama sekali tidak masuk daftar rutinnya.“Liukkan pinggangmu girls!!” seru seorang pria memegang microphone di atas panggung.“Apa tempat seheboh ini tidak digrebek polisi?” teriak Ayla karena tak tahan.“Jangan kolot dong! Hal seperti ini sudah lumrah dan sudah diberikan dana tutup mulutnya!”Kehidupan kota memang keras sekali. Jujur saja ini pertama kalinya Ayla keluar dari kost untuk ikut kegiatan tak bermanfaat.“Dragooooonnnn!!!”Teriak pria itu lebih keras lagi.Ayla dan Sarinah menyaksikannya